Home / Lainnya / GODAAN HARTA WARISAN / BAB 5 PINDAHAN

Share

BAB 5 PINDAHAN

Author: Anna Janitra
last update Last Updated: 2023-11-17 14:44:49

Semua barang milik Yu Surti dimuat dalam sebuah truk besar, dari kasur dan perkakas dapur yang menjadi andalannya pun di angkut satu persatu oleh para warga yang membantu.

Tak lupa juga rumah yang menjadi bagiannya yang diminta saat pertama ingin memisahkan diri dari orang tua mereka dibawa serta. Pak Sugi dan Mak Siti tidak ikut serta, mereka hanya mendoakan dari jauh, sebab terlalu ringkih raganya untuk di bawa pergi jauh.

Perjalanan memakan waktu sekitar lima belas menit, semua warga yang ikut membantu membawa satu persatu barang-barang itu turun dari truk.

"Hati-hati nanti pecah, itu barang mahal!" ucap Yu Surti pada salah satu pemuda yang membawa barang pecah belah.

"Iya, Yu," balasnya.

"Kerja kok sambil bercanda, nanti kalau ada apa-apa memang mau tanggung jawab?" ocehnya yang membuat para pemuda saling melirik satu dan yang lainnya.

Setelah semua diturunkan, sejenak mereka beristirahat dengan dijamu minuman dan gorengan sebagai balas jasa atas bantuan yang diberikan.

"Kalau di depan mau di tembok, terus yang ini mau ditaruh mana Kang?" tanya Lek Pri dengan mimik serius menunjuk rumah yang di bawa dari orang tuanya.

"Dapur lah, barang seperti itu ya cocoknya di belakang, itu kalau Bapak nggak maksa, aku juga nggak mau bawa kok," jawab Kang Paimin dengan senyum mengejek.

Wajah Lek Pri memerah menahan amarah, namun setelah melihat banyaknya orang yang memandang mereka, dihembuskannya nafasnya kasar.

Kang Paimin memang suka berbicara yang bertolak belakang, di depan baik lalu di belakang super tidak baik. Namun demi menjaga nama baik keluarga, Lek Pri terpaksa diam tidak mau membuka mulutnya untuk berdebat.

"Akhirnya, rumah yang aku impi-impikan terwujud ya, Kang," ujar Yu Surti kepada suaminya yang sedang memeriksa bahan-bahan untuk membuat rumah.

"Iya, nanti kamu di rumah saja sama anak-anak, aku mau ke pulau seberang lagi, biar nanti rumah kita bertambah megah. Lihat samping kiri kanan kita! Rumahnya sudah bagus-bagus semua Bu," kata Kang Paimin bersemangat.

Memang keadaan di kampung Kang Paimin berbeda dengan kampung asli Yu Surti, kebanyakan para penduduk bekerja di pulau seberang demi kesuksesan yang diimpikan. Rumah bagus, kendaraan banyak dan punya hewan ternak.

"Mau pergi lagi, Kang?" tanya Yu Surti dengan dahi mengkerut.

Kang Paimin hanya mengangguk pertanda jawabannya 'iya'.

"Kenapa ini pecah? Inikan barang mahal sekali, kalian sungguh tidak becus mengangkatnya?" teriak Yu Surti histeris karena kedapatan piring istimewanya pecah menjadi dua bagian.

Semua berlarian menuju sumber suara, alhasil Lek Pri hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah dari sang kakak. Tanpa bicara, pecahan piring itu di lempar ke tempat sampah oleh Lek Pri, yang membuat kedua mata Yu Surti terbelalak.

"Kamu gila, Pri?" Dengan sedikit tenaga, Yu Surti mendorong pundak sang adik yang jauh lebih tinggi darinya itu dan mengambil lagi pecahan piring.

"Inikan mahal, aku belinya saat masih bekerja di pulau seberang. Dari gaji pertama saat kerja dulu, nggak pantas kamu perlakukan seperti ini!" tegasnya dengan intonasi yang tinggi.

"Seharusnya kamu bersyukur dan mengucapkan terima kasih kepada para pemuda itu karena telah dengan suka rela membantumu pindahan rumah, Yu, bukannya marah-marah dengan hal yang nggak jelas. Piring seperti itu bisa kamu beli lagi di toko gerabah. Jangan mempermalukan dirimu sendiri di depan orang lain!" Tegas Lek Pri yang disetujui oleh Kang Paimin suaminya.

Meninggalkan kerumunan itu dengan mulut tak hentinya diam, Yu Surti melihat lagi benda-benda miliknya yang baru turun dari mobil pengangkut. Satu persatu di lihatnya dengan seksama, takut kalau kejadian barusan terulang lagi.

"Mereka tidak tahu betapa berharganya barang-barang ini yang aku beli dari hasil jerih payah sendiri, bisa-bisanya si Pri juga memarahiku di depan orang banyak," lirih Yu Surti dengan melirik sang adik yang masih sibuk mengambil barang bawaan dari truk.

"Sudah semuanya, Kang … kami balik, ya?" Teriak Lek Pri saat semua barang telah berpindah posisi. Para warga yang membantu menganggukkan kepala pertanda setuju akan ucapan Lek Pri.

"Terima kasih semuanya, terima kasih banyak. Maaf ya, tidak di suguhi makanan. Sebab di sini jauh dari warung," kata Kang Paimin dengan menangkupkan kedua tangannya di dada.

Semua orang-orang yang membantu menjawab iya, dan kembali naik truk untuk pulang.

❤️❤️❤️

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • GODAAN HARTA WARISAN    BAB 41 TAMAT

    “Ayah, lain kali diam saja nggak perlu mengeluarkan tenaga buat melawan mereka. Sayangi diri sendiri dan keluarga ini, buat apa susah payah membalas ucapan yang nggak masuk akal?” ujar Reni saat melihat sang ayah sudah tenang.“Kita hidup ini bukan hanya sekedar membalas segala umpatan dari orang yang nggak waras, jatuhnya nanti kita sendiri yang gila. Lebih baik perbanyak ibadah dan bulatkan niat buat ke tanah suci, insya allah nanti akan kami bantu sebisanya!” Mata Kang Tarjo membelalak tanpa kedip, lalu menoleh ke istrinya yang juga tak beda dengan apa yang ada di pikirannya.“Iya, kita sudah mendaftarkan kalian untuk ke Mekkah, semoga bisa terlaksana meskipun menunggu lama.” Lagi Reni seolah ingin menjawab apa yang dipikirkan oleh Kang Tarjo dan Yu Mini.“Kamu beneran? Kok nggak bilang-bilang ke kita?” tanya Yu Mini, saking kagetnya dia mendekati sang putri lalu memegang tangan Reni erat-erat.Reni pun mengangguk menyakinkan jika apa yang barus saja dikatakan olehnya itu benar ad

  • GODAAN HARTA WARISAN    BAB 40 PANIK

    “Tanah yang kamu buat rumah itu adalah hakku dan seharusnya kamu mengembalikan semuanya apa yang kamu punya pada kami! Dasar nggak punya muka, milik orang kok di klaim!” seru Tyo tanpa embel-embel hormat, malu dan juga sungkan.Kang Tarjo yang sedang minum kopi, tersedak. Semua apa yang sudah di dalam mulut seketika keluar dan membasahi meja. Mata itupun membelalak lebar bahkan nyaris keluar dari lubangnya. Terkejut bukan main mendengar suara yang sudah membuat mendidih darah tersebut.Laki-laki itu lantas berdiri dengan tatapan tajam bak elang yang siap menerkam mangsanya. Cuaca pun seolah tahu sehingga angin yang tadinya berhembus sepoi-sepoi menyejukkan jiwa kini berubah menjadi panas seperti musim kemarau.“Dasar setan! Kamu itu terlahir dari seorang ibu atau batu?” murka Kang Tarjo lantang.Yu Mini yang sejak tadi sibuk di dapur seketika berlari menuju ke teras, pemandangan yang membuat jantung wanita itu berdetak kencang dari biasanya. Ia pun panik, keringat dingin membasahi pun

  • GODAAN HARTA WARISAN    BAB 39 PANAS

    Namun, Kang Tarjo masih enggan untuk bergerak. Napasnya memburu dengan dada yang mengikuti irama jantung. Amarahnya semakin memuncak dan setelah mereka saling beradu pandang, Kang Tarjo mencoba untuk maju selangkah.“Kang, istighfar! Jangan sampai kamu kalah dengan setan yang membisikkan kalimat jahat, ingat jika nggak ada manfaatnya terpancing emosi. Kamu akan menyesal!” bujuk Yu Mini masih setengah berbisik.Dengan hati yang was-was wanita itu berusaha membujuk sang suami supaya tidak tersulut emosi yang tersimpan dalam hati. Dia berharap api itu segera padam dan bisa mendinginkan pikiran yang kacau bersama angin yang datang. Jantung pun mulai tak menentu dengan aliran darah yang mulai cepat hingga membuat tubuhnya terasa dingin.“Kang!” panggil Yu Mini dengan bibir bergetar.“Kamu pikir dengan sikap yang sok hebatmu itu bisa membuat aku takut? Nggak sama sekali!” gertak Tyo dengan pandangan nyalang.“Makan dengan hasil warisan saja mau belagu, ingat jika kamu itu laki-laki kosong,

  • GODAAN HARTA WARISAN    BAB 38 TYO

    Kang Tarjo pulang dengan napas memburu, amarahnya masih saja tersisa di dada. Apalagi saat di rumah melihat ayamnya mati semua, dengan menggerutu Kang Tarjo memungut semua hewan ternaknya satu persatu untuk di kubur.“Bagaimana bisa mati dalam bersamaan, apa yang terjadi?” gumam Kang Tarjo dengan tangan cekatan.“Ya Allah, Kang, apa yang terjadi? Kenapa ini?” tanya Yu Mini kaget.Saking terkejutnya Yu Mini terdiam di tempatnya tanpa bergerak sedikitpun. Ada rasa sakit dan ingin menangis kala melihat semua hewan ternaknya tidak bernyawa. Lalu Yu Mini pun ikut membantu sang suami memunguti hewannya tersebut. Air mata wanita itu pun menetes tanpa henti, ayam adalah salah satu tabungan yang dijaga.“Kang!” Suara Yu Mini terdengar parau. Dia menyapu air yang mengalir deras di pipi tersebut dengan cepat. Hatinya masih sakit melihat kejadian yang terjadi di depan mata itu.“Bukan rezeki kita, nanti kalau ada uang bisa membeli lagi,” hibur Kang Tarjo bijak meski dalam hati sudah teramat pilu.

  • GODAAN HARTA WARISAN    BAB 37 MENYINDIR

    Kang Tarjo menikmati kopinya di teras rumah, semilir angin membuat dedaunan kering ikut terbang. Sesekali lelaki itu melihat ke arah langit yang mulai gelap.“Sebentar lagi hujan, Alhamdulillah, berarti pekerjaan sawah akan segera dimulai,” ucapnya sambil menyesap kopinya.Musim kemarau sudah usai dan datanglah musim penghujan yang mana selalu dinantikan para petani yang daerahnya tadah hujan. Hanya mengandalkan air hujan sebab jika musim kemarau tiba maka kekeringan melanda.Wajah sumringah terbit kala gerimis mulai turun diiringi petir yang menggelegar bak irama yang saling bersahutan di sore hari itu.“Kang, hujan, masuk!” ajak Yu Mini pada suaminya yang masih duduk di teras, aroma tanah yang basah di hirupnya dalam-dalam.Kang Tarjo sangat menikmatinya hingga ajakan sang istri hanya dibalas dengan anggukkan kepala. Lelaki itu masih terpejam dan berbisik syukur kepada Tuhan semesta alam yang mana telah menurunkan hujan di sore itu. Harapan dia semoga air yang turun bisa memberikan

  • GODAAN HARTA WARISAN    BAB 36 REBUTAN

    "Pokoknya tanah ini adalah milikku, uang dua puluh juta sudah aku berikan pada Pakde Wardi. Dia meminta uangku sebanyak itu, kamu jangan coba-coba serakah!" pekik Tyo saat melihat tanah bagian Kang Wardi akan dibangun sebuah toko oleh Lusi. Dua anggota keluarga saling bersitegang dengan pembenarannya masing-masing. Tyo yang bersuara lantang mencoba untuk mendominasi keadaan dan menang. Sedang Yu Surti mencoba melawan tanpa rasa takut dihatinya.Kang Tarjo yang mendengar suara berisik mencoba untuk mendengarkan dulu dari rumahnya. Hembusan nafasnya yang kasar menandakan kalau pikirannya sedang berkecamuk menahan amarah. Saudara yang seharusnya saling menyayangi dan menghargai harus di nodai dengan perseteruan perihal warisan. Harta yang turun dari orang tua. Bahkan Kang Tarjo menggeleng pelan saat melihat yang bersikukuh atas tanah yang terbentang disamping kanan Kang Tarjo adalah Tyo. Seorang cucu yang seharusnya diam dan berterima kasih banyak kepada orang tuanya yang telah memberi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status