31Yudha menghela napas lega menatap langit hitam yang mulai kemerahan di ufuk timur, sepertinya malam akan segera beranjak berganti pagi yang indah. Menghirup teh hangat yang diulurkan perempuan paling dicintainya yang masih mengenakan balutan daster motif yang cerah, kontras dengan kulitnya yang kuning langsat." Terimakasih, Fa." Yudha tersenyum ke arah istrinya. Mengucapkan ucapan terimakasih entah yang keberapa ratus kali semenjak Haifa kembali dalam hidupnya.Bagi Yudha, mengucapkan kata terimakasih bukan hanya sekedar basa-basi pemecah sunyi diantara mereka belaka, melainkan murni ungkapan rasa syukur dan cinta buat perempuan yang telah rela menunggu dan kembali dalam hidupnya.Ungkapan apapun rasanya tak bisa menggambarkan ketulusan cinta Haifa, yang dengan iklas bertahun dan berpuluh purnama menunggu dirinya untuk men
32Seandainya takdir tidak mengembalikanmu padaku, mungkin aku hanyalah sosok lemah, yang memandang cinta dalam balutan air mata, Yudha berbisik dalam hati.Yudha menatap ke arah dua perempuan yang paling dicintainya dengan dada yang dipenuhi rasa syukur. Ibu dan Haifa. Perempuan terindah yang pernah dia miliki.Sinar lampu kristal yang jatuh di wajah Ibu dan Haifa, mempertegas kecantikan keduanya. Perempuan beda generasi yang terpaut umur, tapi disatukan dalam kehangatan cinta dan ketulusan.Demi Haifa Ibu berjuang untuk sembuh, dan demi Ibu Haifa rela melewati dua tahun menyakitkan dalam pernikahannya. Selalu tak ada sia-sia dalam cinta dan ketulusan, Yudha meyakini itu, saat dua perempuan paling disayanginya dengan akrab dan hangat saling berbagi cerita.Tiba-tiba Haifa bangkit."Aku bikinkan ibu wedang jahe dan cemilan, sudah lama aku t
33"Mas lihat," pekik Haifa dengan wajah dipenuhi binar kebahagiaan luar biasa."Garis dua?" MataYudha mengerjap ke arah test pack yang dipegang Haifa."Berarti?" Yudha menatapwajah Haifa."Aku...aku hamil,Mas." Suara Haifa bergetar."Masyaa Allah, kamu hamil Sayang?" Yudha menatap tak percaya."Insyaa Allah, Mas. Kita akan menjadi orang tua sebentar lagi."Terlihat wajah Yudha bersemu merah, tak bisa menyembunyikan rona bahagia di wajah tampannya. Sudut matanya sedikit basah saat tatapan nyajatuh di wajah Haifa."Makasih sayang, sudah membuatku menjadi pria sejati""Terimakasih juga sudah menjadikanku wanita sempurna." Haifa tersenyum, membiarkan tangan Yudha membelai lembut perutnya yang masih rata.
"woy turun, Boni. Mau Mbak mu sambit pakai batu?" Suara Surti terdengar membahana menyuruh bocah usia sembilan tahun itu turun dari pohon jambu. Lapat suara adzan dhuhur makin terdengar samar suaranya."Lo, mau sekolah kagak, Brew?"Kembali melotot dengan wajah emosi."Lo kagak dengar adzan sudah lewat? " Kali ini mendongak dengan membawa batu buat nimpukin bocah laki yang asyik makan jambu dan pura-pura tidak mendengar."Bon, jawab gue. Elo budek ya?""Bon, bon-bon, elo tuli ya?"Surti makin emosi. Adik laki-lakinya jangankan jawab nengok pun kagak." Heh, Bon cabe, elo sudah empat hari kagak masuk sekolah. Gue gak mau Bapak pulang kena omel lagi, sorenya kena omel Emak pula. Pecah kepala gue."Surti m
Air mata ErikaKata paling menyakitkan dalam hidup bagi seorang gadis angkuh seperti Erika adala kalah. Kata itu bukan hanya menyakitkan, memalukan tapi juga tidak pernah ada dalam kamusnya. Tapi itu dulu, sebelum gadis brengsek itu hadir dalam hidupnya dan merebut seorang pria paling dia incar selam ini, Rio.Seperti pagi ini mata Erika dan dua kalak iparnya dipaksa melotot pada penampakan dua sosok di depannya, Surti dan Rio yang juga tengah berjalan kaki melintasi trotoar tempat mereka memarkirkan mobilnya."Wait," desis Erika matanya melotot ke arah dua sosok yang sangat dikenalnya."Itu kan Si gadis bergajulan?" Shila melotot."Wow sama Rio. Ngapain lagi mereka berdua kayak gitu?" Meri geleng kepala.Tak habis pikir dengan selera tangan kanan Yudha, senang banget ngintilin Surti yang kalau dari level penampilan dengan Erika adik
Setelah HalalBagaimana rasanya jatuh cinta dan dicintai oleh orang yang tepat, jodoh terbaik yang ditakdirkan Allah dan ditulis dalam suratan nasib?Indah bukan?Mata Surti membasah saat mendengar ijab kabul dari laki-laki yang selama ini sering digodanya tanpa berpikir akan menjadi serius seperti ini.Suara Rio mantap, jelas dan bersungguh-sungguh saat mengucap ijab kabul pernikahannya, Suara khas seorang pria sejati dan bertanggung jawab."Saya terima nikahnya Safira Maharani Binti Iwan Ridwan, dengan mas kawin, mas seberat lima puluh gram dan seperangkat alat solat dibayar tunai." ucap Rio, menyebut nama asli Surti yang ternyata cukup indah."Bagaimana saksi, Sah?""Saaaah." Saksi dan hadirin menjawab dengan antusias. Membuat suasana seketika berubah semarak dan penuh haruTerlihat m
37Bulan terlihat lembut di luar sana, hari masih pukul setengah delapan malam. Yudha yang sudah kembali dari kantor beberapa jam yang lalu, kini berganti pakaian dengan kaos krem dan celana santai. Ganteng sekali.Sementara Yudha yang tampak menutup gordyn kamar lebih rapat, Haifa merebahkan tubuhnya yang terasa mudah lelah di tempat tidur. Di usia kehamilannya yang masih tergolong muda, rasanya bergerak sedikit saja membuatnya capek dan mudah lelah, ditambah dengan gangguan penciuman terasa sangat sensitif dan masih sangat mengganggunya .Beruntung Yudha adalah tipe suami yang pengertian dan penyayang. Bukan hanya memahami kalau Haifa sedang dalam kondisi lemah, tapi juga selalu siaga menemani Sang istri menjalani masa ngidam yang berat.Haifa lebih banyak menghabiskan waktu di tempat tidur. Ternyata dia memang merasakan gejala morning sicknes yang cukup serius.
Video Panas Meri Untuk Raka"Hah, apa katamu?" Meri yang kali ini datang tidak bersama Shila meradang. Mukanya basah efek mencuci muka karena matanya terkena cipratan sambel yang tersenggol sama Erika. Bulu matanya lepas entah kemana, pun make up licin dan gincu menyala yang hanyut terbawa air kran. Meri terlihat pucat dan tak menarik lagi."Kamu ngomong apa Haifa?" Meri kembali membentak, tatapannya terlihat menakutkan. Tatapan seorang maling yang tertangkap basah. Nekad dan mengerikan."Aku punya bukti semua perselingkuhanmu, selama Mas Raka pergi ke Amerika." Haifa menjawab tenang."Aku baru tahu, kau ternyata bukan hanya angkuh, kau juga bejat, Meri." Haifa melanjutkan."Kau kesepian kan? Hingga kau memiliki seorang kekasih di luar sana?"