Share

Gadis Bercadar Tawanan Mafia Tampan
Gadis Bercadar Tawanan Mafia Tampan
Author: Sang_Dewi

Chapter 1.

Author: Sang_Dewi
last update Last Updated: 2024-08-15 13:34:33

"Ke mana sih, kenapa Adnan belum juga datang," ucap Naura sesekali melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya, sebal menunggu sang tunangan yang tak kunjung datang.

Padahal Adnan sendiri yang meminta dia untuk ketemuan di sebuah cafe. Tapi lama menunggu pemuda tampan itu tak kunjung menampakan batang hidungnya.

"Kalau tau gini aku juga nggak mau datang! Percuma kan, cuma buang-buang waktu. Aku juga jadi terlambat berangkat ke kampus!" Dengan kesal Naura beranjak dari tempat duduknya untuk pergi.

Namun sial. Dirinya yang berjalan tanpa memandang ke depan tak sengaja menabrak seseorang bertubuh besar yang membuat dia sedikit terpental ke belakang.

"Eh, aduh!"

Pria berusia sekitar 30 tahun itu tak juga melepas ponsel di telinganya sambil menelepon seseorang dan itu membuat Naura semakin kesal.

"Astagfirullah! Pelan-pelan bisa nggak kalau jalan?" Tapi pria itu tak perduli dengan ucapan itu, dia terus saja berjalan ke depan.

Merasa tidak dihiraukan, Naura kembali mengejarnya. "Hei, aku bicara denganmu! Kamu bisa pelan nggak kalau jalan?"

Pria itu berhenti dan memicingkan matanya ke arah Naura.

"Siapa kau?"

"Aku? Kamu nggak perlu tau siapa aku! Minta maaf atau ..."

"Atau apa?"

Pria itu maju mendekat, membuat Naura semakin mundur. Tatap matanya yang tajam membuat Naura seketika menundukkan pandangannya.

"Menyebalkan!" ucap si gadis bercadar sambil berlalu pergi karena tak ingin terlibat masalah lebih lanjut.

Sesampainya di kampus, dia disambut oleh temannya.

"Naura, kau baru sampai? Astaga udah jam berapa ini?" pekik gadis berambut pirang yang berteman sejak mereka baru masuk kuliah dulu.

“Aku menunggu Adnan datang. Dia sendiri yang memintaku bertemu di cafe, tapi ternyata….” Raut wajah kekecewaan Naura tunjukkan pada Natasya.

"Adnan tunanganmu itu? Astaga, ke mana dia? Kenapa tidak datang?" Gadis blasteran dengan rambut pirang itu tampak ikut kesal. Naura hanya mengangkat bahunya sebal.

"Oh iya, Naura. Kau ikut aku ke rumah, yah. Aku punya sesuatu untukmu."

"Kenapa nggak di sini aja? Kenapa harus ke rumahmu?"

"Barang itu aku tinggal di rumah, udah, kau ikut aja."

* * *

"Aku nggak mau tau, wanita itu harus cantik. Putih, tinggi, seksi dan yang paling penting dia belum pernah tersentuh!"

Sepulang dari café, Sean begitu serius berbicara dengan seseorang di sebrang sana. Dirinya yang merupakan pecinta wanita seksi merasa kesal karena wanita panggilan yang akan menemaninya malam ini belum juga dia dapatkan.

"Apa? Stok gadis orisinil sudah habis? Gila! Kalian menawarkanku barang bekas? Sial! Beraninya kalian!" umpatnya kesal ketika mendapatkan jawaban yang tidak sesuai dengan apa yang diinginkan.

"Awas aja! Kalau dalam 20 menit pesananku belum juga kau siapkan, akan kuhancurkan tempat bisnis kalian!"

Pria bertubuh gagah itu lalu mematikan ponselnya dan melonggarkan dasi yang sedikit mencekiknya. Meskipun ruangan ber AC di dalam rumah sebesar itu, tapi entah kenapa dia seperti cacing yang kepanasan. Apalagi kalau bukan karena membutuhkan belaian seorang wanita.

Kesal membuat dia merebahkan tubuhnya di atas sofa sambil menyenderkan kepalanya. Melihat langit-langit ruangan yang terdapat sebuah lampu gantung yang begitu indah terbuat dari kristal.

"Sial! Bisa-bisanya mereka mempermainkanku!"

Tiba-tiba seseorang memanggilnya dari depan. "Hai, Kak. Kau sudah pulang?"

"Hem," jawab Sean singkat tanpa menoleh pada sang adik sepupu.

"Kak, perkenalkan. Dia temanku, Naura!"

Mulanya, pria itu begitu tak acuh. Namun, ketika mendengar wanita bernama Naura itu berbicara, ia segera mengangkat kepala.

"Selamat siang, Kak." Gadis itu terlihat terkejut, “Kamu….”

Begitu pun dengan Sean. "Kau ..., untuk apa kau datang kemari?"

Natasya seketika dibuat bingung oleh mereka yang tiba-tiba saja beradu argumen. Wajah mereka berdua tampak kesal satu sama lain.

"Tunggu, tunggu! Ada apa ini? Jadi, kalian sudah saling mengenal? Astaga."

Dengan suasana hati yang memburuk, Naura buru-buru menggandeng Natasya menjauhi pria itu.

“Bukankah kamu bilang punya sesuatu untukku? Mana atau aku pulang sekarang."

"Eh, tunggu tunggu! Astaga segitunya kau ..., ya sudah, ikut aku sekarang!"

Di dalam kamar, Natasya mengambil sesuatu dari dalam lemari dan memberikannya pada Naura. "Pakai ini."

Naura memicingkan matanya.

"Baju? Untuk apa kamu memberi aku baju?"

"Sebenarnya aku beli untukku sendiri. Aku tertarik dengan penampilanmu! Tapi ternyata baju itu tidak cocok untukku. Pakailah."

Merasa aman karena hanya mereka berdua, Naura mulai membuka cadarnya dan membuka hijab. Kini tampak dirinya dengan rambut panjang berwarna hitam pekat menjuntai ke belakang.

Tanpa mereka sadari, Sean melintas dan tak sengaja menoleh pada celah pintu yang belum tertutup sempurna. Sean menghentikan langkahnya seketika seolah ada yang membius pandangannya.

Kring!

Kring!

Dering ponsel yang secara tiba-tiba membuat Sean segera mengalihkan agar tidak didengar oleh kedua wanita di dalam sana. Dari kejauhan Sean mengangkat ponselnya.

"Maaf, Tuan. Saya sudah menemukan wanita yang cocok untuk anda," ucap salah satu pelayan club malam yang sempat dia ancam. Tapi sepertinya Sean mendadak tak berselera.

"Batalkan saja semuanya. Aku sudah tidak berminat! Pastikan saja lain kali kau bisa lebih sigap.”

"Baik, Tuan."

Sean duduk termenung sendiri di sebuah ayunan yang terbuat dari besi di taman belakang rumah. Pandangannya menerawang ke depan di mana wanita bercadar itu tersenyum sambil berputar di depan cermin, menempelkan baju yang diberikan Tasya ke tubuh yang masih tertutup busana muslimnya.

Pesona wanita itu berhasil membuat dia tersenyum sendiri sampai Sean merasa heran dirinya seperti orang gila. Banyak wanita yang sudah menemani hari-harinya tapi tak ada satu pun yang berhasil menyentuh hatinya, terkecuali wanita yang satu ini.

Manik mata hitam dengan bulu mata lentik saat wanita itu memandang berbeda dengan tatapan wanita pada umumnya walaupun pandangan itu sangat singkat.

"Astaga, mungkin aku sudah gila. Mana bisa aku seperti ini! Aku siapa dan dia ..." Sean berbicara sendiri.

“Dor!”

Tiba-tiba Tasya menggedor-nya dari belakang yang membuat dirinya terperanjat kaget. Gadis itu tertawa melihat kakak sepupunya yang melonjak salah tingkah.

"Tasya, apa-apaan kau ini! Bagaimana kalau aku terkena serangan jantung?" Lagi-lagi Natasya tertawa karena merasa ucapan sepupunya itu lucu.

"Apa? Serangan jantung? Astaga, Kak. Mana mungkin orang segagah Kakak ini terkena serangan jantung. Kau ini ada-ada saja." Tapi Sean tidak tersenyum sama sekali yang membuat Natasya penasaran.

"Kakak kenapa? Sepertinya ada yang sedang kau pikirkan?"

"Ah, itu hanya perasaanmu," pekik Sean sambil melengos ke samping.

Tasya memicingkan matanya. "Oh, aku tau. Kau pasti belum menemukan partner ranjangmu, kan? Oleh karena itu, menikahlah! Kau ini sudah cukup umur. Kau kaya raya, lalu tunggu apa lagi, Kak?"

"Atau jangan-jangan kau ..."

BERSAMBUNG.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gadis Bercadar Tawanan Mafia Tampan   Chapter 111.

    Tuan Gultaf mengambil ponsel milik Sean yang tersimpan di saku celananya. "Bawa dia masuk ke dalam. Helena, kau bersiaplah." Dua memerintah kedua anak buahnya untuk mengangkat Sean yang sudah tidak berdaya membawanya ke dalam kamar.Sementara Helena masuk ke dalam kamar mandi dan mengganti baju yang dia kenakan menjadi baju tidur berbahan satin tipis berwarna hitam.Tuan George bertanya-tanya apa yang akan dilakukan oleh tuan Gultaf dengan ponsel milik putranya yang kini sedang dimainkan olehnya sambil menjauh."Apa yang sedang anda lakukan dengan ponsel anakku?" Dia memberanikan diri untuk bertanya.Tuan Gultaf justru menyerkitkan bibirnya. "Menyuruh Nyonya Alexander untuk datang kemari.""Apa?""Kenapa? Kau keberatan?""Tapi itu tidak ada dalam kesepakatan kita."Semula memang tuan George ingin memisahkan Sean dari Naura tapi entah mengapa sekarang hatinya berkata lain. Dia seperti tidak rela jika tuan Gultaf menyakiti Naura.Namun semua itu sia-sia, Naura bergegas kemari setelah t

  • Gadis Bercadar Tawanan Mafia Tampan   Chapter 110

    "Atau jangan-jangan kau belum bisa move one darinya?" Naura dibuat salah tingkah oleh ucapan Sean. "Apa maksud kamu? Aku bukan berniat untuk mengingat Adnan lagi tapi ..., tapi wanita itu_" ucapannya itu seperti tercekat di tenggorokan. Sean semakin penasaran. "Wanita? Siapa yang kau maksudkan?" Sambil menahan sebak di dada Naura berusaha mengatakan semuanya pada Sean. "Tadi ada seorang wanita datang ke sini dan mengatakan kalau kamu ada hubungannya dengan foto Adnan dan seorang wanita di hotel waktu itu. Tapi aku tidak tau siapa namanya." Sean menyerkitkan bibirnya. Rupanya masih ada yang ingin bermain-main dengannya. Dia berusaha mendekati Naura dengan halus, berharap tidak ada perlawanan lagi darinya. "Baby kau dengar. Banyak sekali orang di luaran sana yang berusaha menjatuhkan kita. Jadi aku harap kau jangan mudah percaya dengannya." Naura sadar kalau masa l

  • Gadis Bercadar Tawanan Mafia Tampan   Chapter 109.

    "Mencari aku? Untuk apa kamu mencari aku?"Kate kembali menyunggingkan senyumnya. "Kau memang bodoh! Bisa-bisanya kau tertipu oleh suamimu sendiri."Degh!"Apa maksud kamu?" Perasaan Naura semakin tidak enak. Wajahnya seketika memucat dengan nafas memburu karena merasa wanita ini tau banyak tentang Sean."Asal kau tau! Demi mendapatkan-mu Sean rela melakukan apa saja, termasuk menuduh kekasihmu itu.""Kekasihku?" Pikiran Naura mengingat kembali kekasih siapa yang Kate maksudkan. Sedang dia hanya punya satu mantan kekasih yaitu Adnan."Iya, kekasihmu yang sudah mati itu!"Tidak salah lagi, yang Kate maksudkan adalah si Adnan. "Adnan, me_memang apa yang sudah Sean lakukan pada Adnan?" Suara Naura bergetar. "Kau ini benar-benar bodoh! Coba kau pikir secara logika apa mungkin kekasihmu itu melakukan itu dengan wanita lain?" Jauh dari lubuk hati Naura memang dia menolak kenyataan itu karena dia tau bagaimana sifat A

  • Gadis Bercadar Tawanan Mafia Tampan   Chapter 108.

    Pagi hari Sean yang masih menutup matanya sambil tengkurap menggerayangi tempat tidur mencari istrinya, tapi Naura tidak ada di sampingnya.Penasaran apa yang sedang dilakukan oleh istrinya Sean pun membuka matanya dan segera beranjak turun.Dia mengendus, menghirup bau masakan yang tidak pernah terhirup di pagi harim"Hem, wangi sekali masakan ini."Dalam hatinya sudah menebak-nebak kalau yang masak di dapur adalah Naura. Walau Sean suka dengan aroma masakan itu tetapi dia mengerutkan keningnya.Dia tidak pernah mengizinkan orang yang disayang terjun langsung ke dapur dan mempercayakan pada kedua asisten rumah tangganya yakni Hilda dan Yusa.Sean turun. "Pagi, Honey," sapa Naura sambil tangannya tak berhenti memegang pekerjaan dapur."Sedang apa kau di sini?""Bikin nasi goreng! Kamu pasti suka nasi goreng buatanku.""Nasi goreng?" Rasanya nama itu tidak asing bagi Sean tapi dia belum pernah memakannya

  • Gadis Bercadar Tawanan Mafia Tampan   Chapter 107.

    "Kalian berdua sudah siap?""Tunggu sebentar, Honey." Naura berdiri sesaat melihat bangunan tua rumahnya. Rumah sederhana itu penuh dengan kenangan bersama sang ayah yang telah lama tiada. Hari ini dia harus ikut Sean ke kota untuk tinggal di istananya.Naura tak mungkin meninggalkan ibunya sendirian oleh karena itu dia mengajak bu Ningrum juga ikut ikut tinggal di sana.Sementara Jhoni sudah menunggu di dalam mobil. Sean mendekatinya dan memeluk Naura dari samping. "Aku tau ini tidak mudah untukmu, tapi aku yakin kalau Ayah pasti setuju dengan keputusanku." Naura menunduk sambil menahan air mata yang akan terjatuh."Kita berangkat sekarang." Karena Sean merasa dia akan lebih mudah untuk mengawasi dan melindungi keluarga barunya ini. Naura dan ibunya akan aman tinggal bersamanya.Mereka lalu berangkat ke istana Alexander dalam satu mobil yang dikendarai oleh Jhoni.Sekitar 15 menit mereka sampai di sana. Bu Ningrum membelalakkan matanya saat melintasi sebuah istana yang begitu besar

  • Gadis Bercadar Tawanan Mafia Tampan   Chapter 106.

    "Kau serius?" Tuan besar George mengangguk. "Iya, aku serius! Maafkan Daddy-mu ini, Nak." Sambil menahan rasa haru mereka mendekat satu sama lain dan berpelukan.Saat itu juga Naura keluar. "Hon, aku ..." Ucapannya terhenti saat melihat dua pria itu berpelukan. Dirinya yang baru saja selesai mandi kehilangan suaminya yang tidak ada di kamar, oleh karena itu Naura keluar untuk memastikan dimana Sean berada.Mendengar suara Naura datang mereka segera melepas pelukannya. Keduanya terlihat malu."Em, Babby. Kau sudah selesai mandi?" Naura menggeleng heran kenapa tuan George ada di sini. Kenapa mereka berpelukan, apakah mereka sudah baikan? Lalu apa tuan George mau menerima dirinya?Banyak sekali pertanyaan yang menaungi pikiran Naura saat ini."Kalian sedang apa di sini?""Kemari." Sean menyuruh Naura mendekat, tapi sepertinya dia masih ragu."Babby kemari." Wanita itu tidak melangkahkan kakinya sama sekali.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status