Share

Chapter 2.

Author: Sang_Dewi
last update Last Updated: 2024-08-15 13:35:14

"Sial! Apa itu bujang lapuk. Kalau semuanya sudah bisa aku dapatkan, untuk apa aku menikah!"

"Wanita hanya bisa membuatku pusing. Lebih baik aku beli setelah itu aku bisa membuangnya!"

Tapi perasaannya tak bisa dibohongi, semakin di mengelak semakin yakin kalau Sean memang jatuh cinta pada Naura.

Dia memikirkan sesuatu. "Aku harus mencari sesuatu."

Pria gagah itu mengendap-endap masuk ke dalam kamar Natasya dan mencari petunjuk yang mengarah pada gadis itu.

Sean membuka lemari bufet dan menemukan sebuah foto terselip di tengah lembaran buku tebal perlahan dia mengambilnya.

Ditatap lah wajah cantik yang hanya terlihat matanya saja. Manik mata coklat dengan bulu mata lentik membuat dia tanpa sadar tersenyum pada foto itu.

Suara bising Natasya yang semakin mendekat membuat dia segera menyimpan foto tersebut di balik saku jasnya.

Guprak!

"Na_Natasya!"

"Kakak, sedang apa kau di sini?"

Sean segera mencari alasan. "Em, aku ..., aku mencari changer hand phone apa kau melihatnya, Tasya?"

"Changer Hand phone? Tidak, aku tidak tau, Kak. Memangnya kau taruh di mana?"

"Kalau aku tau, aku tidak mungkin menanyakannya padamu. Permisi." balas Sean berlalu pergi.

Natasya hanya mengangkat bahunya karena dirasa sepupunya itu sangat aneh.

Di dalam kamar Sean kembali memandangi foto tersebut mendadak dia mempunyai gagasan untuk mencari tau lebih lanjut siapa si gadis bercadar itu.

Dia mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang di seberang sana. "Halo, cari informasi seseorang, fotonya aku kirim sekarang juga!"

"Baik, Tuan," balas orang tersebut.

Hanya dengan sekali klik foto tersebut berpindah ke layar ponsel yang membuat orang tersebut menyeringai.

* * *

"Naura, Naura, tunggu!" Adnan berlari menghampiri dan berusaha meraih tangan Naura, tapi dia menepisnya.

"Apalagi sih? Kalau nggak niat ketemuan harusnya jangan ngajak-ngajak! Kamu tau kalau aku paling benci dengan yang namanya menunggu!"

"Iya, aku minta maaf. Aku nggak datang karena satu alasan!"

"Alasan? Alasan apa? Kamu pasti sengaja ngerjain aku kan?" Naura seketika membalikkan badan menghadap ke Adnan.

"Eh, mana ada. Aku benar-benar ada alasan. Aku harus mengantar Ibu ke rumah sakit." Adnan menunduk lesu.

"Apa? Jadi ibumu sakit? Adnan mengangguk.

"Ya Allah, kenapa kamu nggak memberitahuku! Harusnya kamu bisa telepon dan bilang alasan kamu ini!"

Lagi-lagi pemuda itu minta maaf, "Iya, aku minta maaf. Aku sudah membuat kamu kecewa, tapi aku janji. Lain kali tidak akan terjadi lagi seperti ini," ucapnya sambil mengangkat jari kelingkingnya.

"Adnan, aku itu bukan orang lain! Kita sudah bertunangan dan sebentar lagi menikah. Aku mau kita terbuka satu sama lain."

"Iya, Sayang. Aku tau itu. Oleh karena itu aku datang kemari untuk menjelaskan semuanya padamu."

"Kalau begitu antar aku untuk menemui ibumu di rumah sakit."

"Kamu yakin?" Pasalnya beberapa kali Adnan mengajak Naura untuk bertemu dengan orang tuanya, Naura selalu menolak dengan alasan malu bertemu calon mertua. Tapi sekarang gadis itu justru yang mengajaknya.

"Loh, kenapa tidak! Ibu kamu sudah seperti ibuku sendiri, jadi apa salahnya jika aku menemuinya?"

Tentu dengan senang hati Adnan menuruti apa yang Naura katakan. Belum sampai masuk ke rumah, Naura pergi kembali dengan Adnan ke rumah sakit. Dan benar saja, seorang wanita tua tergeletak di atas berankar sambil memejamkan matanya.

Rasanya tak tega melihat bu Mima terbaring dengan beberapa selang menempel di bagian tubuhnya.

Perlahan Naura dan Adnan menghampirinya, memelankan langkanya agar tidak menimbulkan suara yang bisa didengar olehnya.

"Kasihan Ibu kamu, Adnan. Dia pasti lelah sekali."

Adnan menghela nafas kasar. ''Itulah, Nau. Aku ingin punya pekerjaan yang tetap agar bisa menggantikan posisi Ibu dalam bekerja. Aku nggak tega melihat dia banting tulang untuk membiayai kuliahku. Aku merasa cuma bisa jadi beban ibuku aja. Nau, apa kamu punya pandangan kerja untuk'ku?"

Naura berfikir sesaat dan menggeleng. "Aku nggak tau, Adnan. Tapi kamu jangan putus asa. Aku yakin kita pasti bisa lalui semua ini.

"Kamu benar, Nau. Aku pun nggak akan berhenti untuk cari kerja buat masa depan kita. Makasih udah mau menerima aku apa adanya." Pandangan mata Adnan begitu sendu pada wanita yang kini berdiri di sampingnya.

Mendengar mereka bicara bu Mima membuka matanya. Dia tersenyum melihat calon menantunya kini ada di hadapannya. "Naura, kamu ada di sini, Nak?"

"Ibu, maaf kami menggangu istirahatmu." Diraih lah tangan yang mulai keriput itu dan dicium lah oleh Naura sebagai rasa hormat terhadap calon mertuanya.

"Ibu senang melihat kalian seperti ini. Semoga hubungan kalian awet sampai menikah nanti. Sampai menjadi Kakek dan Nenek. Sampai maut yang memisahkan kalian."

"Aamiin, tapi Ibu harus sembuh. Ibu harus melihat kita menikah." Bu Mima tersenyum dan mengangguk.

Sekitar satu jam berada di rumah sakit kini saatnya Naura pulang karena dirasa sudah terlalu lama pergi. Dia khawatir dengan kedua orang tuanya yang kemungkinan cemas memikirkannya.

"Em, Ibu. Aku antar Naura pulang dulu. Habis itu aku ke sini lagi untuk temani Ibu."

"Iya, Nak. Kalian hati-hati. Sampaikan salam Ibu untuk kedua orang tuanya Naura."

"Aku permisi, Bu." Naura kembali menyalami tangan keriput itu sebelum pergi.

Mengendarai motor bututnya Adnan mengantar Naura pulang. Walau sudah bertunangan tapi Naura selalu menjaga jarak di antara tubuh mereka agar tak bersentuhan. Tiba-tiba saja sebuah motor sport berjalan begitu kencang dari arah belakang dan membunyikan klakson tepat di samping motor Adnan yang membuat mereka kaget.

Bib!

"Astagfirullah hal adzim! Woi, kalau jalan hati-hati!" teriak Naura.

"Kamu kenal dia?"

"Nggak lah, mana mungkin aku kenal orang seperti itu!"

Perjalanan mereka lanjutkan kembali sampai di rumah, tampak dua orang laki-laki bertubuh besar berdiri menghadap ke pintu.

"Siapa mereka?" tanya Adnan penasaran.

"Aku juga nggak tau."

Karena penasaran Adnan dan Naura turun dari motor dan menghampiri dua orang tersebut.

"Maaf, siapa kalian?"

Begitu mereka membalikkan badan, Naura dan Adnan mengerutkan alisnya karena bukan orang asing melainkan ...

"Untuk apa kamu datang kemari?"

BERSAMBUNG.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gadis Bercadar Tawanan Mafia Tampan   Chapter 111.

    Tuan Gultaf mengambil ponsel milik Sean yang tersimpan di saku celananya. "Bawa dia masuk ke dalam. Helena, kau bersiaplah." Dua memerintah kedua anak buahnya untuk mengangkat Sean yang sudah tidak berdaya membawanya ke dalam kamar.Sementara Helena masuk ke dalam kamar mandi dan mengganti baju yang dia kenakan menjadi baju tidur berbahan satin tipis berwarna hitam.Tuan George bertanya-tanya apa yang akan dilakukan oleh tuan Gultaf dengan ponsel milik putranya yang kini sedang dimainkan olehnya sambil menjauh."Apa yang sedang anda lakukan dengan ponsel anakku?" Dia memberanikan diri untuk bertanya.Tuan Gultaf justru menyerkitkan bibirnya. "Menyuruh Nyonya Alexander untuk datang kemari.""Apa?""Kenapa? Kau keberatan?""Tapi itu tidak ada dalam kesepakatan kita."Semula memang tuan George ingin memisahkan Sean dari Naura tapi entah mengapa sekarang hatinya berkata lain. Dia seperti tidak rela jika tuan Gultaf menyakiti Naura.Namun semua itu sia-sia, Naura bergegas kemari setelah t

  • Gadis Bercadar Tawanan Mafia Tampan   Chapter 110

    "Atau jangan-jangan kau belum bisa move one darinya?" Naura dibuat salah tingkah oleh ucapan Sean. "Apa maksud kamu? Aku bukan berniat untuk mengingat Adnan lagi tapi ..., tapi wanita itu_" ucapannya itu seperti tercekat di tenggorokan. Sean semakin penasaran. "Wanita? Siapa yang kau maksudkan?" Sambil menahan sebak di dada Naura berusaha mengatakan semuanya pada Sean. "Tadi ada seorang wanita datang ke sini dan mengatakan kalau kamu ada hubungannya dengan foto Adnan dan seorang wanita di hotel waktu itu. Tapi aku tidak tau siapa namanya." Sean menyerkitkan bibirnya. Rupanya masih ada yang ingin bermain-main dengannya. Dia berusaha mendekati Naura dengan halus, berharap tidak ada perlawanan lagi darinya. "Baby kau dengar. Banyak sekali orang di luaran sana yang berusaha menjatuhkan kita. Jadi aku harap kau jangan mudah percaya dengannya." Naura sadar kalau masa l

  • Gadis Bercadar Tawanan Mafia Tampan   Chapter 109.

    "Mencari aku? Untuk apa kamu mencari aku?"Kate kembali menyunggingkan senyumnya. "Kau memang bodoh! Bisa-bisanya kau tertipu oleh suamimu sendiri."Degh!"Apa maksud kamu?" Perasaan Naura semakin tidak enak. Wajahnya seketika memucat dengan nafas memburu karena merasa wanita ini tau banyak tentang Sean."Asal kau tau! Demi mendapatkan-mu Sean rela melakukan apa saja, termasuk menuduh kekasihmu itu.""Kekasihku?" Pikiran Naura mengingat kembali kekasih siapa yang Kate maksudkan. Sedang dia hanya punya satu mantan kekasih yaitu Adnan."Iya, kekasihmu yang sudah mati itu!"Tidak salah lagi, yang Kate maksudkan adalah si Adnan. "Adnan, me_memang apa yang sudah Sean lakukan pada Adnan?" Suara Naura bergetar. "Kau ini benar-benar bodoh! Coba kau pikir secara logika apa mungkin kekasihmu itu melakukan itu dengan wanita lain?" Jauh dari lubuk hati Naura memang dia menolak kenyataan itu karena dia tau bagaimana sifat A

  • Gadis Bercadar Tawanan Mafia Tampan   Chapter 108.

    Pagi hari Sean yang masih menutup matanya sambil tengkurap menggerayangi tempat tidur mencari istrinya, tapi Naura tidak ada di sampingnya.Penasaran apa yang sedang dilakukan oleh istrinya Sean pun membuka matanya dan segera beranjak turun.Dia mengendus, menghirup bau masakan yang tidak pernah terhirup di pagi harim"Hem, wangi sekali masakan ini."Dalam hatinya sudah menebak-nebak kalau yang masak di dapur adalah Naura. Walau Sean suka dengan aroma masakan itu tetapi dia mengerutkan keningnya.Dia tidak pernah mengizinkan orang yang disayang terjun langsung ke dapur dan mempercayakan pada kedua asisten rumah tangganya yakni Hilda dan Yusa.Sean turun. "Pagi, Honey," sapa Naura sambil tangannya tak berhenti memegang pekerjaan dapur."Sedang apa kau di sini?""Bikin nasi goreng! Kamu pasti suka nasi goreng buatanku.""Nasi goreng?" Rasanya nama itu tidak asing bagi Sean tapi dia belum pernah memakannya

  • Gadis Bercadar Tawanan Mafia Tampan   Chapter 107.

    "Kalian berdua sudah siap?""Tunggu sebentar, Honey." Naura berdiri sesaat melihat bangunan tua rumahnya. Rumah sederhana itu penuh dengan kenangan bersama sang ayah yang telah lama tiada. Hari ini dia harus ikut Sean ke kota untuk tinggal di istananya.Naura tak mungkin meninggalkan ibunya sendirian oleh karena itu dia mengajak bu Ningrum juga ikut ikut tinggal di sana.Sementara Jhoni sudah menunggu di dalam mobil. Sean mendekatinya dan memeluk Naura dari samping. "Aku tau ini tidak mudah untukmu, tapi aku yakin kalau Ayah pasti setuju dengan keputusanku." Naura menunduk sambil menahan air mata yang akan terjatuh."Kita berangkat sekarang." Karena Sean merasa dia akan lebih mudah untuk mengawasi dan melindungi keluarga barunya ini. Naura dan ibunya akan aman tinggal bersamanya.Mereka lalu berangkat ke istana Alexander dalam satu mobil yang dikendarai oleh Jhoni.Sekitar 15 menit mereka sampai di sana. Bu Ningrum membelalakkan matanya saat melintasi sebuah istana yang begitu besar

  • Gadis Bercadar Tawanan Mafia Tampan   Chapter 106.

    "Kau serius?" Tuan besar George mengangguk. "Iya, aku serius! Maafkan Daddy-mu ini, Nak." Sambil menahan rasa haru mereka mendekat satu sama lain dan berpelukan.Saat itu juga Naura keluar. "Hon, aku ..." Ucapannya terhenti saat melihat dua pria itu berpelukan. Dirinya yang baru saja selesai mandi kehilangan suaminya yang tidak ada di kamar, oleh karena itu Naura keluar untuk memastikan dimana Sean berada.Mendengar suara Naura datang mereka segera melepas pelukannya. Keduanya terlihat malu."Em, Babby. Kau sudah selesai mandi?" Naura menggeleng heran kenapa tuan George ada di sini. Kenapa mereka berpelukan, apakah mereka sudah baikan? Lalu apa tuan George mau menerima dirinya?Banyak sekali pertanyaan yang menaungi pikiran Naura saat ini."Kalian sedang apa di sini?""Kemari." Sean menyuruh Naura mendekat, tapi sepertinya dia masih ragu."Babby kemari." Wanita itu tidak melangkahkan kakinya sama sekali.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status