Home / Romansa / Gadis Buta milik Mafia Kejam / Bab 17. Potongan Puzzle (2)

Share

Bab 17. Potongan Puzzle (2)

last update Last Updated: 2025-07-22 20:44:18
Lampu tidur menyala redup, menyinari separuh ruangan dalam cahaya temaram. Angin malam mengalir pelan dari celah jendela yang tak sepenuhnya tertutup, membawa aroma embun dan sedikit wangi parfum kayu cendana.

Zera terbangun lebih dulu. Ia duduk perlahan di sofa panjang, selimutnya melorot hingga ke pinggang. Dari tempatnya duduk, ia bisa mendengar napas Johnny—berat, teratur, dalam.

Perlahan, ia bangkit. Langkahnya ringan, hampir tanpa suara saat mendekati ranjang. Johnny terbaring miring, satu lengannya bersilang di atas dada, napasnya tenang dalam balutan kaus tipis berwarna gelap.

Zera berlutut di sisi ranjang. Jemarinya terulur pelan, ragu-ragu, sebelum akhirnya menyentuh pipi Johnny.

Kulitnya hangat.

Jari Zera menyusuri garis rahang Johnny, perlahan ke dagu, lalu naik ke tulang pipi. Ia membayangkan setiap lekuknya, merekam bentuknya dalam pikirannya yang buta cahaya.

“Kau... terlihat tenang saat tidur,” bisiknya lirih, hampir seperti doa yang tak ingin terdengar.

S
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Gadis Buta milik Mafia Kejam   Bab 17. Potongan Puzzle (2)

    Lampu tidur menyala redup, menyinari separuh ruangan dalam cahaya temaram. Angin malam mengalir pelan dari celah jendela yang tak sepenuhnya tertutup, membawa aroma embun dan sedikit wangi parfum kayu cendana. Zera terbangun lebih dulu. Ia duduk perlahan di sofa panjang, selimutnya melorot hingga ke pinggang. Dari tempatnya duduk, ia bisa mendengar napas Johnny—berat, teratur, dalam. Perlahan, ia bangkit. Langkahnya ringan, hampir tanpa suara saat mendekati ranjang. Johnny terbaring miring, satu lengannya bersilang di atas dada, napasnya tenang dalam balutan kaus tipis berwarna gelap. Zera berlutut di sisi ranjang. Jemarinya terulur pelan, ragu-ragu, sebelum akhirnya menyentuh pipi Johnny. Kulitnya hangat. Jari Zera menyusuri garis rahang Johnny, perlahan ke dagu, lalu naik ke tulang pipi. Ia membayangkan setiap lekuknya, merekam bentuknya dalam pikirannya yang buta cahaya. “Kau... terlihat tenang saat tidur,” bisiknya lirih, hampir seperti doa yang tak ingin terdengar. S

  • Gadis Buta milik Mafia Kejam   Bab 16. Potongan puzzle

    Zera menghabiskan buburnya dalam diam. Namun saat ia meletakkan mangkuk kosong ke atas nampan, sebuah suara kecil dari dalam semak di ujung taman terdengar. Lembut... namun cukup untuk membuat tubuhnya menegang.Johnny juga mendengar.Dalam satu gerakan cepat, Johnny berdiri. Tangannya menyentuh pinggang, seolah mencari senjata yang biasa terselip di sana.“Masuk,” bisiknya pelan.Zera menoleh. “Apa maksudmu?”“Masuk ke dalam. Sekarang.”Nada suaranya berubah. Tegas. Tidak bisa ditawar.Zera berdiri dengan hati-hati. Namun sebelum ia sempat bergerak, dari arah semak itu, seorang pria berbaju hitam muncul—dengan wajah tertutup setengah dan luka panjang di lengan kirinya.Zera mundur setapak.Johnny segera maju, berdiri di antara Zera dan pria itu.“Leo?” desis Johnny tajam.Pria itu tersenyum tipis. “Masih cepat mengenali, ya?”“Apa yang kau lakukan di sini?” Johnny melirik kanan kiri, waspada.Leo melirik ke arah Zera. “Aku tak berniat membuat kegaduhan. Tapi... ada yang perlu kau tah

  • Gadis Buta milik Mafia Kejam   Bab 15. Melihat dengan Rasa

    Kamar itu senyap. Hanya suara rintik hujan di luar jendela dan detak jam dinding yang lambat namun konsisten mengisi udara. Lampu redup di sudut ruangan memandikan segalanya dalam cahaya kekuningan yang hangat, seolah ingin menyelimuti dinginnya malam yang terlalu panjang. Johnny duduk di sisi ranjang, mengenakan kaus tipis abu-abu dan celana panjang gelap. Tatapannya sesekali melirik ke arah sofa, tempat Zera membungkus dirinya dengan selimut. Gadis itu belum juga terlelap, hanya duduk memeluk lutut dengan tatapan kosong mengarah ke dinding. “Sudah lewat tengah malam,” gumam Johnny, pelan. “Kau tak lelah?” Zera menggeleng pelan. “Tubuhku lelah. Tapi pikiranku... belum bisa diam.” Johnny menatapnya dalam diam. Ia memahami maksud kalimat itu lebih dari siapa pun. Ketika tubuh menyerah, namun pikiran tetap bergemuruh. Beberapa menit berlalu, suara hujan seperti musik latar yang samar. “Johnny...” bisik Zera, nyaris seperti ragu. “Hm?” gumam pria itu, tanpa menoleh. “Bol

  • Gadis Buta milik Mafia Kejam   Bab 14. Harap dalam Pasrah

    Langkah kaki terdengar bergema di lorong batu yang sempit dan lembap. Bau logam dan debu memenuhi udara, membalut setiap napas dalam ketegangan. Cahaya senter di tangan Shio berpendar ke dinding, memantul pada kelembapan yang mengilap di permukaan kasar itu. Johnny Lawrence berjalan di depan, diam dan tegas. Rahangnya mengeras, sorot matanya tajam menatap pintu besi besar di ujung lorong—pintu yang sejak beberapa hari lalu ia perintahkan untuk dikunci. Shio menyusul dari belakang, suaranya pelan tapi sarkastik. “Ini caramu memperlakukan istri sendiri, ya? Dikurung di tempat gelap, di antara batu, debu, dan tikus?” Johnny tak menjawab. Hanya diam. “Aku bisa mengerti kalau kau ingin menghukum dia karena menampar Clarisse. Tapi kau sadar ini tempat macam apa?” Shio melanjutkan, nadanya meninggi. “Dia buta, Johnny. Dan kau biarkan dia sendirian di ruang seperti—” “Aku tahu,” potong Johnny tajam, berhenti di depan pintu. Tangannya terulur, memutar gagang logam tua. “Aku tahu.” S

  • Gadis Buta milik Mafia Kejam   Bab 13. Retakan di Dinding berbatu

    Hari Ketiga. Zera menggigil. Udara di bawah tanah lebih pengap dari biasanya. Bahkan napasnya terasa berat, seolah setiap tarikan mengisi paru-parunya dengan debu masa lalu yang menolak dilupakan. Setelah Johnny membawanya ke tempat ini dua hari lalu dan mengurungnya di salah satu kamar kosong berjeruji besi, Zera mulai terbiasa dengan bau tanah lembap dan bunyi tetesan air dari langit-langit. Tapi hari ini berbeda. Saat ia meraba dinding di ujung sel lantai bawah, jemarinya menyentuh sesuatu yang ganjil—rongga kecil dalam batu. Seperti garis tak alami. Persegi panjang sempit yang menyatu dengan dinding, nyaris tak terlihat. Rak kayu tua menutupi celah itu. Dengan bingung dan rasa penasaran yang menyala, Zera mendorong rak itu dengan seluruh tenaga. Sendi bahunya nyaris copot, tapi rak itu perlahan bergeser, mengeluarkan bunyi berderit. “Krekk…” Seketika, udara lembap menyembur dari balik celah. Lebih dingin. Lebih tajam. Bau logam, tanah busuk, dan… darah. Sebuah loron

  • Gadis Buta milik Mafia Kejam   Bab 12. Luka yang Dituduhkan

    Lorong marmer itu sunyi ketika Zera melangkah perlahan, mengandalkan ujung jarinya menyentuh dinding. Dia tahu Clarisse ada di sana. Aroma parfumnya menyengat seperti racun.“Clarisse?” gumam Zera. “Apa kau yang terakhir masuk ke kamar Nia sebelum dia—”"Akhirnya bertanya juga."Suara Clarisse terdengar ringan, tetapi sarat dengan niat jahat. “Sayang sekali, Zera. Menyedihkan sekali melihatmu masih mempercayai pelayan rendahan itu.”Zera mengerutkan alis. “Dia bukan pelayan rendahan.”Clarisse mendekat, langkah sepatunya menggema di lantai. “Oh, tentu saja dia bukan, kan? Dia sahabatmu. Teman bicaramu. Tapi tahukah kau? Nia itu pencuri.”Zera membeku. “Apa?”“Banyak barang milik Tante Evelyn yang hilang. Anting berlian, cincin pusaka. Dan tahu apa yang lucu? Semuanya lenyap satu per satu… sejak Nia ditugaskan untuk mengurus dirimu.”“Berhenti.” Suara Zera mulai gemetar. “Nia tidak mungkin mencuri. Dia tak akan menyentuh barang orang lain.”Clarisse tertawa kecil. “Lucu. Lalu siapa yan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status