Home / Romansa / Gadis Hina Penakluk Hati Suamimu / 3. Drop Out Dari Sekolah

Share

3. Drop Out Dari Sekolah

last update Last Updated: 2025-10-10 17:10:08

Devan merupakan mantan kekasih Sindy sewaktu masih menjadi mahasiswa di fakultas kedokteran yang sama.

Kisah cinta mereka kandas lantaran Sindy telah dijodohkan oleh keluarganya dengan Rizal yang kini menjadi suaminya. Dari pernikahan mereka yang kini sudah berumur hampir 7 tahun, mereka belum juga mendapatkan kesempatan memiliki momongan.

Devan yang sudah lama tidak pernah bertemu dengan Sindy, perasaannya yang dulu sudah membeku karena ditinggal nikah, kini mulai mencair kembali, tatkala ia bertemu kembali dengan Sindy.

"Baiklah, aku akan berusaha semampuku untuk mengobati suami kamu, tetapi aku tidak bisa berjanji, Sindy." Ucap Devan dengan memegang kedua tangan Sindy dan menatap dalam kedua bola mata wanita pujaan hatinya.

"Ehmm, Devan. aku sudah menikah, tidak baik seperti ini, nanti banyak orang yang salah paham."

Sindy berusaha menepis tangan Devan, membuat Devan menjadi salah tingkah. "Maaf ya, jujur perasaanku belum berubah sama kamu!" Kata itu keluar begitu saja dari mulut Devan sambil berusaha mengecek kesehatan Rizal.

Seketika ide gila Devan pun muncul, dimana ia harus berjuang kembali untuk mendapatkan hati Sindy.

Apa lagi saat melihat keadaan Rizal yang mengalami cidera yang cukup parah.

"Lebih baik aku biarkan saja dia lumpuh untuk selama-lamanya, dengan begitu aku bisa merebut kembali Sindy darinya."

"Devan, apa yang sedang kamu pikirkan? kenapa kamu tersenyum-senyum begitu?" Devan langsung menggelengkan kepalanya.

***

Ditempat lain, Nayla masih terus menangis terseduh-seduh saat melihat keadaan rumahnya yang sudah tidak berbentuk, dengan segala kemampuannya, ia mencoba membangun gubuk itu lagi dengan kardus yang sudah ia kutip disepanjang jalan.

"Ya Allah, sebegini sakitnya aku harus berjuang sendiri tanpa sosok Ibu. Kuatkan aku ya Allah!" Adunya dengan sang Pencipta.

Setelah selesai, dengan keadaan yang seadanya, ia mencoba untuk merebakan tubuhnya yang sudah sangat lelah itu.

Ia tertidur dalam keadaan terus mengeluarkan air mata, rasanya kejadian itu bagaikan mimpi buruk yang sayangnya berubah menjadi kenyataan yang harus ia terima.

Keesokan paginya, karena bingung harus mau ngapai dirumah, bahkan pakaian ganti juga tidak ada, semuanya telah dimusnakan oleh satpol pp. Ia pun menghelakan nafas panjang.

"Baiklah, aku akan mencari rongsokan dulu. Mudah-mudahan aku bisa membeli pakaian ganti."

Disaat ia sedang asik mencari rongsokan dan botol bekas, ia kembali berpapasan dengan teman sekolahnya yang hendak mau berangkat sekolah.

"Nayla!" Teriak teman sekolah, membuat Nayla tak lagi dapat bersembunyi.

Gadis tersebut mencibir penampilan Nayla yang semakin urakan, tatapannya sangat remeh, membuat Nayla enggan untuk berlama-lama dihadapan gadis tersebut.

Gadis itu mengeluarkan ponselnya dan bersiap untuk merekam Nayla, tidak lupa senyuman mengejek juga ia berikan pada Nayla.

"Lihatlah artis kita yang sebentar lagi akan di DO, bukannya sekolah, malah asik mulung. Dasar pengemis! Kamu memang layak jadi pengemis aja, hahah!"

Nayla yang marah, langsung merampas ponsel temannya dan di bantingnya ke jalanan, Gafis itu pun shock saat melihat ponsel keluaran terbaru hancur begitu saja ditangan Nayla.

Sedangkan Nayla kembali melanjutkan perjalanannya dan pergi begitu saja meninggalkan temannya yang terus berteriak penuh makian.

"Nayla! Kau di cariin ibu Veronika! Ambil surat DO mu besok!" Langkah Nayla pun terhenti, kala mendengar ucapan yang keluar dari mulut tanya.

"Apa! Aku di DO?" Gumam Nayla sebentar, ia masih tidak percaya dengan ucapan Nadya, teman sekolahnya.

******

Beberapa hari telah berlalu, akhirnya ia dapat membeli baju ganti, ia pun buru-buru menyuci pakaian sekolah yang hampir beberapa hari tidak ia ganti-ganti. ia menyucinya disalah satu toilet umum yang biasanya sering ia gunakan untuk mandi.

Ke esokan harinya pergilah Nayla menuju Sekolah tempat ia menimbah ilmu. Namun sesampainya ia disana, alangkah kagetnya ia kala melihat namanya telah tercoret dari daftar peserta lomba sains yang akan diadakan minggu depan di tingkat Kota.

Ia pun mempercepat langkahnya menuju ruangan ibu Veronika, wali kelasnya. untuk menanyakan kenapa dirinya dicoret begitu saja tanpa alasan apapun juga.

ia kecewa dengan berita tersebut, sebab tujuannya datang kesekolah selain untuk bertemu wali kelasnya, ia juga mau membahas perlombaan tersebut.

Nayla sangat berharap bisa memenangi lomba itu, sebab hadiah yang diperebutkan tahun ini adalah sebesar 5 juta rupiah untuk yang berhasil menyabet juara satu.

Dengan uang itu, ia bisa pergunakan untuk mencari tempat tinggal yang lebih layak lagi. Tetapi sesampainya ia diruang guru, dan belum juga meletakkan bokongnya ke kursi. Wali kelasnya sudah menatapnya dengan sengit.

"Sebenarnya motivasi kamu apa, Nayla! sudah ibu katakan beberapa kali padamu. jangan bolos lagi, kamu sudah kebanyakan libur. percuma kamu pintar, kalau kamu tidak disiplin untuk apa? hah!" Senggak ibu Veronika didepan para guru, membuat Nayla terpatung.

"Jangan tahunya nagis saja! sekarang jelaskan pada ibu! kenapa kamu sering bolos?" Nada bicara Veronika semakin meninggi. Melihat Nayla masih terdiam, ibu Veronika mengeluarkan penggaris besarnya.

"Pranggggg!"

Penggaris yang terbuat dari kayu berukuran 1,5 meter itu pun dipukulkan sang guru ke ujung meja, hingga Penggaris itu patah. Nayla semakin terkejut dan menangis sesenggukan.

"Beberapa hari lalu Ibu saya meninggal dunia Bu," Jawabnya membuat semua guru membisu beberapa menit.

lalu terdengar kembali sahut-sahutan mereka, jika mereka tak percaya lagi dengan bualan Nayla.

"Ehmm, kamu sudah tahukan bagaimana reaksi semua guru! kami tidak percaya lagi padamu. sebaiknya kamu angkat kaki saja dari sekolah ini dan carilah sekolah baru."

Nayla mulai mengerti mengapa namanya dicoret dari peserta lomba, ternyata dia benar telah di keluarkan dari sekolah.

Merasa tak ada gunanya lagi ia yang terus memohon, ia pun bangkit dan menghusap air matanya.

Diambilnya lah kertas yang berisi surat drop out-nya yang sepertinya sudah dipersiapkan dari jauh-jauh hari.

"Terima kasih Bu, Pak. Saya terima semuanya. tetapi kalau kalian ada waktu sudilah kiranya berkunjung ke lokasi tempat tinggal saya, mungkin kalau kalian tahu bagaimana saya berjuang mencari nafkah dan mengobati ibu saya, hingga akhirnya ibu saya juga telah meninggal dunia untuk selama-lamanya, . Kalian tak akan melakukan hal semacam ini pada saya. Saya izin pamit. Saya sadar hidup ini sangat kejam!" Ucapnya panjang lebar dengan bibir yang bergetar menahan tangisan.

Melihat Nayla telah keluar dengan berjalan gontai sambil memegang kertas drop outnya. Seseorang gadis tertawa begitu lepasnya, ya siapa lagi kalau bukan Nadya, gadis yang selalu berambisi mengalahkan Nayla.

Dengan keluarnya Nayla, maka ia akan mudah menduduki posisi Nayla tanpa harus bersaing ketat dengan yang lainnya lagi. sebab lawan terkuatnya juga telah pergi.

"Sampai jumpa Nayla, kamu memang layak jadi gembel!" Teriak Nadya diselingi gelak tawa.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gadis Hina Penakluk Hati Suamimu   10. Mulai Berani Membalas

    Bambang, selaku papanya Sindy pun sedikit membuka latar belakang keluarga Rizal pada sang anak. tetapi bagaimana respon Sindy? Ia tetap tidak ingin bersatu lagi dengan Rizal yang kini telah lumpuh untuk selama-lamanya. "Akh, sudahlah Pa. Mau dia CEO sekalipun, Aku sudah tidak tertarik dengannya lagi. Tidak mungkinkan Aku harus menghabiskan waktuku untuk mengurusi dia. ogah banget deh!" Bambang tak bisa berkata-kata lagi dibuat sang anak, ia pun memilih untuk meninggalkan Sindy begitu saja diruang tamu. Ibu Sindy hanya bisa menggelengkan kepala melihat anaknya yang tak bisa dinasehati. "Mama berharap kamu tidak akan pernah menyesali atas apa yang telah Kamu lakukan ini, Sindy!" "Apa-apaan sih Mama! lebay banget, wajar saja Aku mencari yang lebih dari Si Lumpuh itu kan!""Plak!" tamparan keras mendarat di pipi Sindy. "Tapi tidak harus menjadi Pelakor! Apa yang telah Kamu lakukan itu semua salah, Sindy! geram sang Ibu. Sindy memegangi pipinya dan menatap wajah sang Ibu d

  • Gadis Hina Penakluk Hati Suamimu   9. Sekolah Baru

    Nayla masuk kedalam rumah dan Edwin juga telah pergi dari kediaman bosnya menuju ke sebuah tempat. Didalam kamar, Rizal menelpon Ikhsan, asisten pribadinya yang selama ini ia tugakan untuk mengolah perusahaannya. "Mulai besok jadwalkan rumah sakit yang bagus untuk Saya! ingat jangan yang biasa-biasa saja. Saya ingin secepat mungkin bida sembuh!" ucap Rizal dari sambungan telpon. "Siap Bos!" Begitulah Ikhsan dalam bekerja, ia terlalu dingin dalam menyikapi apapun. Lain dengan Edwin yang bisa bersikap lebih santai. Sebelum tidur, Nayla kembali masuk ke kamar Rizal untuk memastikan bila Rizal telah tetidur atau belum. Melihat Nayla yang telah masuk le kamarnya, Rizal segera meletakkan ponselnya diatas nakas yang berada disebelah ranjang tempat ia berbaring. Dilihatnya Nayla yang begitu telaten melayani Rizal, bahkan Nayla juga memakaikan kaus kaki ke kaki Rizal agar kaki Rizal tetap dalam keadaan hangat. Setelah itu ia menyelimutinya. "Apa Kau juga merawat Ibumu seper

  • Gadis Hina Penakluk Hati Suamimu   8. Menuntut Balas

    Rizal menatap sinis kearah Edwin yang saat ini sedang mengangkatnya keatas ranjang. "Dia anak asuhku! jangan berpikir yang macam-macam!" Edwin mencoba untuk menahan tawanya, didalam benaknya sungguh ia tak percaya dengan ucapan bosnya. Bagaimana mungkin anak remaja yang sebentar lagi juga akan beranjak dewasa itu dijadikan anak asuh. Bahkan tadi saja ia sudah melihat sendiri keduanya yang saling bertindihan. Melihat Edwin yang terus menahan tawa, Rizal kembali menoyor kepala Edwin. "Aduh, Bos! Kenapa aku ditoyor? dari tadi aku kan diam saja!" "Kau diam, tetapi tidak dengan pikiranmu, Aku tahu apa yang ada di otakmu itu!" geram Rizal menatap sengit wajah Edwin. Edwin mengeluarkan beberapa berkas kehadapan Rizal, Rizal pun menatap lekat berkas-berkas itu. Ia membaca isinya dengan raut wajah penuh kekecewaan, bagaimana bisa ia dipecat secara tidak hormat dari kesatuannya, bila selama ini saja ia sudah mendedikasikan seluruh waktunya pada kesatuannya. sampai-sampai

  • Gadis Hina Penakluk Hati Suamimu   7. Diduga Melihara Anak-anak.

    Di kediaman Rizal, Rizal terus memperhatikan Nayla yang hampir satu harian terus bekerja, Ia sampai tidak tega melihat gadis kecil itu mengerjakan semua pekerjaan rumah. Diam-diam ia menghubungi orang kepercayaanya untuk mencarikan sekolah yang bagus buat Nayla. Disaat Rizal sedang fokus berbicara, Nayla berjalan pelan membawakan nampan yang berisikan sepiring makanan dan segelas air mineral. "Maaf pak, Ini makanannya." Tawar Nayla, lalu meletakkan makanan dan minuman itu diatas meja makan. Rizal mengangguk dan mengakhiri telponnya dan Nayla pun dengan sangat telaten mendorong kursi roda Rizal menuju meja makan. Rizal terpaku sebentar, Ia teringat oleh istrinya. Bila ternyata selama mereka menikah, Sindy tidak pernah melayaninya seperti Nayla. Bahkan biasanya malah Rizal lah yang terlalu memanjai Sindy. Ia tersenyum miris, ia baru sadar bila selama ini Ia telah berjuang seorang diri. Nyatanya setelah Ia mengalami kelumpuhan, sang Istri langsung menyingkirkannya begitu saja.

  • Gadis Hina Penakluk Hati Suamimu   6. Karma Menghampiri Mereka

    Beberapa hari berlalu, ditempat lain, ada seorang istri yang terus menunggu kepulangan suaminya yang sudah beberapa hari ini tak juga kunjung pulang. Pikirannya terus berkecamuk, setelah kemarin mendapatkan beberapa bukti perselingkuhan suaminya dari salah satu karyawannya. "Benarkah ia sedang bertugas keluar kota? Kenapa dia tak mengirimkan surat jalannya? Biasanya ia selalu memberi kabar padaku. hmm, apakah semua bukti ini adalah benar?" ucap Dira, istri yang dinikahi Devan hanya untuk sebuah status. Bahkan Devan rela berpura-pura bahagia agar Dira berlaku baik dengannya. Dira yang mulai curiga, bersiap untuk pergi kerumah sakit, tempat dimana suaminya bekerja. Ia juga tidak lupa membawa anaknya yang kini sudah berusia tiga tahun. Sesampainya ia disana, dan betapa terkejutnya ia kala mengetahui bila suaminya baru saja pulang dan mengatakan bila suaminya juga tetap praktek dirumah sakit, bukan diluar kota seperti apa yang dikatakan suaminya. "Masa sih, mbak! Tapi katan

  • Gadis Hina Penakluk Hati Suamimu   5. Rahasia Besar Yang Tidak Diketahui Oleh Sindy

    "Pak Polisi! Ya Bapak kan yang sudah membantu aku menguburkan ibuku. Bapak masih ingat aku kan? Kenapa bapak bisa seperti ini? Memangnya pa yang terjadi pada bapak?" Banyak pertanyaan yang Nayla lontarkan pada Rizal, hingga membuat Rizal semakin kesal. Namun lain halnya dengan Nayla yang begitu senang dapat bertemu kembali dengan sosok polisi yang pernah membantunya. Rizal terdiam memperhatikan penampilan Nayla yang semakin kotor tak terurus. Karena Rizal masih diam saja dan tak juga mengeluarkan sepatah katapun, Nayla bergegas membantu mengangkat tubuh Rizal yang besarnya dua kali lipat dari tubuh kecilnya itu. Saat itu pula keluarlah security perumahan dan berjalan mendekati mereka. "Hey, jangan bantuin dia! nanti kamu ketularan penyakit mematikan darinya!" Rizal kembali menatap security tersebut seolah berkata didalam hati, apa lagi yang sudah istrinya ucapkan pada security tersebut. Kenapa bisa bapak security bicara seperti itu. "Saya lumpuh! Bukan memiliki riway

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status