Home / Young Adult / Gadis Incaran Duda Menawan / Pertemuan Daniel dan Charlotte

Share

Pertemuan Daniel dan Charlotte

Author: Author Mars
last update Last Updated: 2025-03-05 14:47:54

Calvin yang kesakitan menatap Charlotte dengan cemas, merasa dadanya sesak bukan hanya karena rasa sakit fisik tetapi juga ketakutan akan apa yang akan terjadi. Wanita yang berada di sebelahnya, seorang wanita berpenampilan modis dengan rambut tergerai panjang, menatap Charlotte dengan kebingungan sekaligus kemarahan.

"Ke-kenapa kamu ada di sini?" tanya Calvin dengan suara bergetar, berusaha bangkit dari rasa sakit yang menjalar di tubuhnya.

Namun sebelum Calvin bisa menjelaskan lebih jauh, wanita itu, yang tampak tidak tahu malu, melipat tangan di dada dan menatap Charlotte dengan pandangan merendahkan. "Hei, apa kau adalah pacarnya yang ceroboh itu? Kenapa kau begitu kasar?" tanyanya dengan nada sinis.

Charlotte tidak menjawab. Matanya hanya menatap wanita itu tajam, penuh amarah yang sudah tidak bisa dibendung. Dengan gerakan cepat, ia meraih cangkir berisi minuman di meja dan menyiramkan isinya ke wajah wanita itu tanpa peringatan. Cairan hangat itu mengalir di wajah wanita itu, membuatnya menjerit pelan.

"Menjadi selingkuhan dan masih berani ikut campur? Lebih baik kau diam sebelum aku menghajarmu juga," ujar Charlotte dingin, suaranya seperti pedang yang menusuk langsung ke hati wanita itu.

Calvin yang panik langsung bangkit, meski langkahnya goyah. "Lolipop, aku bisa menjelaskan semuanya," katanya dengan nada memelas, mencoba mendekati Charlotte.

Namun, Charlotte mengangkat tangannya, menghentikan Calvin yang mendekat. "Senyuman, pegang tangan, cium tangan, apa lagi yang harus kau jelaskan?" tanyanya dengan nada penuh kekecewaan, sebelum tiba-tiba ia melayangkan galon kosong yang dipegangnya. Dalam satu gerakan cepat, ia menghantamkan galon itu ke kepala Calvin.

Brak!

Suara benturan keras itu membuat para pengunjung kafe terkejut, sementara Calvin terhuyung ke belakang dan terjatuh ke lantai, terkapar dalam keadaan pusing.

"Aahh!" Calvin mengerang kesakitan, memegangi kepalanya yang kini terasa berdenyut hebat.

Wanita yang tadi berdiri di dekat Calvin langsung menjerit panik. "Calvin!" Ia berlutut, memegang bahunya dengan wajah cemas.

Charlotte hanya berdiri diam, menatap pemandangan itu dengan dingin. Ia melipat tangan di dada, lalu melangkah mendekati Calvin yang masih terbaring. "Sekarang aku yang mencampakkanmu," ucapnya tegas dengan suara rendah namun tajam. Tatapannya lalu beralih kepada wanita itu. "Kalau kau suka, ambil saja. Aku tidak mau lagi!" Setelah berkata demikian, Charlotte melemparkan galon kosong itu ke arah Calvin, meski tidak mengenainya, lalu berbalik, meninggalkan tempat itu tanpa sedikit pun menoleh.

Sementara itu, di pojok kafe, pria yang berpenampilan rapi dengan setelan jas hitam mengamati adegan tersebut dengan penuh minat. Ia menyilangkan kaki, tangannya yang memegang cangkir kopi berhenti di tengah perjalanan menuju bibirnya. Sudut bibirnya terangkat, membentuk senyuman kecil.

"Menarik," gumamnya pelan sambil memperhatikan Charlotte yang melangkah keluar dengan langkah penuh emosi. Ia tampak memikirkan sesuatu yang tidak seorang pun tahu.

Tak lama kemudian, seorang pelayan kafe mendekatinya dengan hati-hati, membawa secarik kertas di tangannya. "Tuan Harris, ini adalah alamat yang Anda minta," ujar pelayan itu dengan nada sopan, menyerahkan kertas tersebut.

Pria yang dipanggil Tuan Harris itu mengambil kertas tersebut tanpa tergesa, membacanya sekilas. Ia lalu mengeluarkan selembar uang dolar dan meletakkannya di meja sebagai tip. "Baiklah," jawabnya singkat sebelum berdiri. Senyum misterius masih tersungging di wajahnya.

Ia melangkah keluar, niatnya sudah bulat. Charlotte telah menarik perhatiannya, dan ia tidak berniat membiarkan wanita itu pergi begitu saja.

***

Malam itu, suasana di klub malam begitu ramai. Lampu-lampu neon berwarna-warni memantul di lantai dansa, menciptakan suasana yang semarak. Musik berdentum keras, menggetarkan dinding-dinding dan mengisi seluruh ruangan. Di salah satu sudut klub, Charlotte duduk bersama rekan kerjanya, Sally, di sebuah meja kecil yang penuh dengan gelas dan botol kosong. Matanya sedikit sayu, pipinya memerah akibat beberapa gelas minuman yang telah ia habiskan.

Sementara itu, di dekat resepsionis, seorang pria berpenampilan rapi, Tuan Harris, duduk dengan tenang sambil memegang segelas minuman. Ia tampak tidak tertarik dengan hingar-bingar di sekitarnya, tatapannya terfokus ke satu arah—Charlotte. Senyumnya tipis, namun matanya menyiratkan rasa penasaran yang dalam.

"Gadis semanis dia, malah dikhianati," gumamnya pelan, hampir seperti berbicara pada dirinya sendiri.

Di sisi lain, Charlotte sedang melampiaskan kekesalannya. Sally, yang duduk di sebelahnya, mencoba menenangkan suasana. "Lolipop, aku tahu kau sedang putus cinta. Tapi jangan sampai mabuk. Kau sudah menghabiskan beberapa gelas minuman," ujar Sally sambil menatap Charlotte dengan khawatir.

Charlotte mendengus, lalu mengangkat gelasnya lagi, menatap isinya yang hampir habis. "Kami pacaran dua tahun," katanya dengan nada kesal, suaranya sedikit tersendat karena emosi. "Dua tahun, Sally! Dan dia akhirnya berselingkuh. Aku menyesal sekali karena tidak pecahkan saja kepalanya tadi," gerutunya.

"Charlotte, kamu masih muda. Tidak usah pikirkan lagi, biarkan saja dia pergi!" kata Sally dengan nada lembut. "Lagi pula, pekerjaanmu sudah bagus. Lebih baik fokus saja pada dirimu sendiri."

Charlotte hanya menatap kosong ke arah gelasnya sebelum akhirnya tersenyum pahit. "Aku ingin ke toilet," ujarnya sambil berdiri, meski langkahnya sedikit terhuyung akibat efek alkohol yang mulai mempengaruhi tubuhnya.

Di meja dekat resepsionis, Tuan Harris terus mengawasi Charlotte yang berjalan menjauh. Sorot matanya tajam, seperti sedang mempelajari setiap gerakan wanita itu. Ia kemudian mengikuti langkah gadis itu yang menuju ke lorongan club malam.

Beberapa saat kemudian, Charlotte keluar dari toilet dengan langkah terhuyung-huyung. Wajahnya merah karena emosi yang ditahan.

"Dasar pria brengsek! Kalau kita bertemu lagi, aku tidak akan segan-segan memukul kepalamu!" gumamnya dengan suara pelan namun penuh amarah.

Namun, langkahnya terhenti ketika seseorang berdiri di hadapannya, menghalangi jalannya. Tuan Harris menatapnya tajam, senyum tipis terukir di wajahnya.

"Siapa kau? Jangan menghalangi jalanku," ujar Charlotte dengan nada kesal.

Tuan Harris mendekatkan wajahnya ke telinga Charlotte, membuat gadis itu mundur selangkah. Dengan suara rendah namun penuh ancaman, ia berbisik, "Aku adalah pria yang akan selalu mengincarmu, ke mana pun kau pergi."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gadis Incaran Duda Menawan   Rahasia Dalam Liontin

    Elvis dan Jhon saling bertatapan tajam, masing-masing tidak mau mengalah dalam ketegangan yang mulai memanas. Dengan ekspresi dingin, Elvis berkata dengan nada mengancam, “Tuan Jhon, jangan bertindak sesuka hati. Ini bukan wilayahmu. Siapa pun yang berani maju, akan kupastikan mereka tidak akan bisa pulang dengan hidup-hidup.”Anak buah Jhon yang berdiri di belakangnya mulai saling pandang, menyadari bahwa jumlah mereka kalah banyak dibanding kelompok Elvis. Meski begitu, Jhon tetap berdiri tegap, menatap pria di hadapannya dengan penuh selidik.“Tuan Wilson, apakah Anda seorang mafia?” tanyanya dengan nada tenang, tapi penuh kecurigaan.Mata Elvis sedikit menyipit, tetapi ia tidak langsung menjawab. Setelah beberapa detik hening, ia tersenyum tipis, tetapi tatapannya tetap tajam. "Kau tidak perlu tahu. Tapi satu hal yang harus kau ingat, jangan coba-coba mendekati putriku jika kau masih sayang dengan nyawamu," ujarnya dengan suara rendah

  • Gadis Incaran Duda Menawan   Siapa Elvis Sebenarnya

    Studio tempat Charlotte bekerjaKelvin, yang duduk di sebelah Charlotte, mencondongkan tubuhnya sedikit, melirik rekan kerjanya dengan rasa ingin tahu."Lolipop, semalam Jhon menemuimu, ada masalah apa?" tanyanya dengan nada santai, meskipun matanya menyiratkan rasa penasaran yang lebih dalam.Charlotte, yang tengah sibuk dengan desain di layar komputernya, menghela napas pelan sebelum menjawab. "Hanya memberi tawaran untuk bekerja dengannya," katanya tanpa mengalihkan pandangan dari pekerjaannya.Kelvin menaikkan alis. "Lihat dari ekspresimu, kau pasti menolak."Charlotte tersenyum tipis. "Aku di sini sudah terbiasa, untuk apa aku harus ganti suasana baru?" ucapnya sambil merapikan beberapa berkas di mejanya.Kelvin menyandarkan punggungnya ke kursi, lalu menyilangkan tangan di dada. "Kalau tawaran yang dia berikan tinggi, kau bisa pertimbangkan," katanya, mencoba menggoda Charlotte.Charlotte menggeleng. "Aku tidak mau. Aku lebih su

  • Gadis Incaran Duda Menawan   Mengincar Charlotte

    Malam itu, Levis mendatangi apartemen Daniel dengan ekspresi serius. Hujan rintik-rintik membasahi jaketnya, menambah aura ketegangan yang memenuhi ruangan. Daniel duduk di sofa dengan satu tangan memegang gelas whiskey.Levis menarik napas dalam sebelum membuka pembicaraan. "Bos, Jhon yang menemui kakak ipar baru saja datang dari luar negeri. Sepertinya dia mencurigakan. Bukan hanya sekadar pemilik studio di sana," ucapnya dengan nada penuh kewaspadaan.Daniel menyipitkan mata, menaruh gelasnya ke meja dengan suara pelan tapi tegas. "Jelaskan!" titahnya, matanya tak lepas dari Levis.Levis sedikit maju, bersandar pada lututnya. "Jhon sepertinya sering keluar-masuk studio bersama anak buahnya. Walaupun setiap hari studionya buka seperti biasa dan memiliki banyak pelanggan, tetap saja ada sesuatu yang mencurigakan. Yang jadi pertanyaan adalah kenapa dia datang ditemani oleh sejumlah orang? Apa sebenarnya tujuannya?" ujar Levis, memastikan setiap kata yang keluar

  • Gadis Incaran Duda Menawan   Siapa Jhon

    "Tuan, ada apa menemuiku?" tanya Charlotte, berdiri tegak di depan meja, suaranya tegas tanpa basa-basi.Jhon mendongak dari cangkir kopinya dan tersenyum kecil, senyum yang lebih terlihat seperti strategi daripada ketulusan. Ia bangkit perlahan dari kursinya, sikapnya penuh wibawa."Nona Wilson, silakan duduk," ujarnya sambil memberi isyarat ke kursi kosong di hadapannya.Charlotte menarik kursi dengan sedikit enggan dan duduk, menjaga jarak aman seolah mengantisipasi manuver licik dari pria ini. Ia menautkan jari-jarinya di atas meja, ekspresinya datar."Ingin pesan sesuatu? Saya akan mentraktir Anda," tawar Jhon, senyumnya tetap terjaga, tapi sorot matanya menunjukkan ada rencana lain di balik keramahan itu.Charlotte menggeleng cepat. "Tidak perlu. Katakan saja, ada hal penting apa?" jawabnya tajam. Ia tidak punya waktu untuk basa-basi.Jhon menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi, masih mempertahankan senyum tipis di wajahnya. "Nona, ak

  • Gadis Incaran Duda Menawan   Mengawasi Charlotte

    Charlotte masih menatap wajah Daniel dengan sorot mata penuh rasa ingin tahu. Lampu kamar yang redup memantulkan cahaya hangat di wajah mereka, sementara suara jam dinding berdetak pelan di latar belakang."Kenapa? Banyak pasangan yang menikah mengharapkan banyak anak," tanya Charlotte dengan lembut, alisnya sedikit mengernyit, berusaha memahami pandangan suaminya.Daniel menarik napas panjang, seolah sedang memilih kata-kata yang tepat. Ia menatap langit-langit kamar sejenak sebelum akhirnya menoleh kembali pada istrinya. "Tetapi tidak bagiku. Menikah tidak semestinya memiliki anak. Kita cukup bahagia tanpa anak. Setelah tiba waktunya, kita pasti akan memilikinya," jawabnya pelan, suaranya terdengar tenang, tapi ada sesuatu yang ia sembunyikan.Charlotte menghela napas singkat. "Papaku juga adalah seorang pria. Dia menginginkan anak setiap kali menikah. Tapi selalu gagal. Sementara dirimu malah menolak. Aku penasaran dengan pemikiranmu," ucapnya sambil mengusap

  • Gadis Incaran Duda Menawan   Tato Anak Naga

    "Aku hanya khawatir, kalau suatu saat liontin itu terbuka dan Lolipop mengetahui rahasia itu. Kenapa saat itu rekamannya tidak kau hanguskan saja?" tanya Nanny, suaranya bergetar halus, menyembunyikan kecemasannya.Elvis menghela napas panjang, seakan beban bertahun-tahun kembali menekan dadanya. Ia meremas jemarinya sendiri sebelum akhirnya bersuara, pelan tapi penuh penyesalan. "Ma, aku merasa bersalah dan ingin menebus anak itu karena kelalaianku. Dia kehilangan ibunya. Sayang sekali aku tidak berhasil menemukannya untuk menebus semuanya. Aku rela memberi nyawaku untuknya," ujarnya, matanya berkaca-kaca."Jangan dipikirkan tentang itu lagi, pikirkan saja jalan hidupmu. Menikahlah dan bahagia. Aku rasa anak itu mungkin sudah menemukan kebahagiaannya," ucap Nanny lembut, meski hatinya sendiri masih diliputi kekhawatiran.Namun Elvis menggeleng pelan. "Tangisan anak itu tidak bisa aku lupakan, Ma. Aku selalu ingat. Rasa sakitnya, air matanya, suaranya... aku ingat semua," bisiknya lir

  • Gadis Incaran Duda Menawan   Liontin Yang Menyimpan Rahasia

    "Sudah waktunya dia pergi. Yang aku utamakan adalah istriku. Yang akan menemaniku selama hidupku. Charlotte, aku berjanji padamu. Tidak akan berbohong lagi padamu mengenai identitasku sebagai mafia. Aku berharap kau tidak keberatan," kata Daniel, menatap dalam mata Charlotte dengan penuh kesungguhan.Charlotte terdiam sejenak. Jantungnya berdebar cepat, tetapi matanya tetap menatap Daniel tanpa keraguan. "Aku tidak keberatan kalau kau adalah mafia. Asalkan kau jangan mengingkari janjimu. Apa kau akan selingkuh suatu saat nanti?" tanyanya pelan, namun penuh harap. Ada kekhawatiran yang tersembunyi dalam suaranya, ketakutan akan dikhianati.Daniel tersenyum tipis dan meraih tangan Charlotte, menggenggamnya erat. "Tidak akan! Aku berjanji akan setia padamu seorang. Tidak ada orang ketiga di dalam hubungan kita," ucapnya penuh keyakinan. Jemarinya mengusap punggung tangan Charlotte, mencoba meyakinkan bahwa setiap kata yang ia ucapkan adalah janji yang tak akan ia kh

  • Gadis Incaran Duda Menawan   Menemui Kristy

    Daniel yang mengemudi mengejar istrinya yang berjalan di pinggir jalan. Ia kemudian menghentikan mobilnya."Honey, aku akan mengantarmu ke studio setelah kita pergi ke suatu tempat," seru Daniel pada istrinya."Tidak perlu, aku akan pergi dengan bus," jawab Charlotte sambil melanjutkan langkahnya.Daniel turun dari mobil dan menghampiri istrinya itu. Tanpa banyak bicara, ia langsung menggendong wanita itu ke mobilnya."Aku bisa jalan sendiri! Kamu tidak perlu mengantarku," ujar Charlotte sambil berusaha melepaskan diri.Namun Daniel tetap tenang, memasukkan Charlotte ke dalam mobil, lalu menutup pintu. Ia menatapnya sejenak sebelum berkata, "Aku tidak akan membiarkanmu pergi sendirian hari ini. Ada sesuatu yang harus kamu tahu."Charlotte terdiam, menatap Daniel dengan campuran rasa penasaran dan kesal.Tidak lama kemudian, mobil Daniel tiba di tepi pantai. Angin kencang meniup rambut Charlotte saat ia membuka jendela, membiarkan aroma laut yang asin memenuhi kabin mobil. Suara debura

  • Gadis Incaran Duda Menawan   Charlotte Cemburu

    Tangan Daniel mulai meraba paha istrinya, jemarinya bergerak perlahan seolah menikmati setiap sentuhan, sementara bibirnya terus mencium Charlotte dengan dalam dan penuh hasr*t. Nafasnya hangat, membakar jarak tipis di antara mereka.Charlotte menggeliat, berusaha melawan dan menahan tangan suaminya yang mulai kelewatan. "Hentikan!" serunya, suaranya bergetar antara marah dan gugup.Namun, Daniel tidak bergeming. Ia menahan bagian belakang kepala Charlotte dengan lembut tapi kuat, membuat wanita itu tak bisa menghindar. "Aku ingin melepaskan rindu," ucapnya lirih, matanya menatap dalam ke arah istrinya, seolah ingin menunjukkan betapa ia tak mampu menahan hasr*t yang terpendam.Charlotte menelan ludah, detak jantungnya berdebar keras, tapi ia mencoba tetap tegar. "Jangan main-main lagi! Aku masih ada pekerjaan. Cepat lepaskan tanganmu! Ini kantor, Daniel!" pintanya dengan nada tegas, meski tubuhnya terasa melemah dalam pelukan suaminya.Tapi bukannya menu

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status