Home / Young Adult / Gadis Incaran Duda Menawan / Daniel Terobsesi Pada Charlotte

Share

Daniel Terobsesi Pada Charlotte

Author: Author Mars
last update Last Updated: 2025-03-05 14:49:16

"Tidak waras!" gumam Charlotte dengan kesal, berusaha melangkah pergi meninggalkan pria asing itu.

Namun, sebelum ia sempat bergerak lebih jauh, Tuan Harris, yang tersenyum tipis penuh arti, tiba-tiba membungkuk dan mengangkat tubuhnya dengan mudah. Charlotte terkejut, matanya membesar, dan ia langsung meronta-ronta di dalam pelukan pria itu.

"Hei, hei! Lepaskan aku! Apa yang kau lakukan?!" teriak Charlotte sambil memukul-mukul bahunya, namun kekuatan pria itu jauh melampaui tenaganya.

Tuan Harris tidak menghiraukan protesnya. Dengan langkah mantap, ia membawa gadis itu keluar dari tempat itu menuju mobilnya.

Beberapa saat kemudian, Charlotte yang mulai kehilangan kesadarannya akibat alkohol, dibawa ke sebuah hotel mewah. Tuan Harris, yang sudah memesan kamar sebelumnya, langsung membawa gadis itu ke salah satu suite yang nyaman. Ia membuka pintu, menyalakan lampu, lalu menidurkan tubuh Charlotte yang lemah di atas ranjang empuk.

Pria itu berdiri di tepi ranjang, menatap Charlotte yang masih setengah sadar. Wajah gadis itu tampak merah, matanya terpejam dengan napas yang teratur, namun ada jejak kegelisahan di raut wajahnya. Tuan Harris menyunggingkan senyum sinis, lalu dengan santai melepaskan dasinya, melonggarkan kemejanya seakan merasa situasi sepenuhnya berada dalam kendalinya.

"Aku ingin pulang..." gumam Charlotte lirih. Ia tiba-tiba bangkit dari ranjang, meski tubuhnya masih terasa lemah. Namun, Tuan Harris dengan sigap menahan bahunya, mendorongnya dengan lembut namun tegas agar kembali berbaring.

Charlotte menatapnya penuh kebingungan "Aku tidak mengenalmu... Kamu siapa sebenarnya?" tanyanya.

Pria itu mendekat, menunduk hingga wajahnya hanya berjarak beberapa inci dari Charlotte. Dengan suara tenang namun penuh otoritas, ia berkata, "Ingat baik-baik. Namaku adalah Daniel Harris. Pria yang akan menjadi bagian dari hidupmu, ke mana pun kau pergi."

Charlotte terdiam, napasnya tercekat. Namun sebelum ia sempat berkata apa pun, Daniel mendekatkan bibirnya dan mencium Charlotte perlahan. Ciuman itu semakin dalam seiring waktu, membuat Charlotte panik dan berusaha melawan. Ia meronta, mencoba mendorong tubuh pria itu, namun kedua tangannya ditahan erat di atas ranjang.

"Berhenti! Lepaskan aku!" teriak Charlotte dengan suara terputus-putus, tubuhnya bergerak gelisah. Namun kekuatan Daniel terlalu besar, dan ia hanya bisa merasakan cengkeraman pria itu semakin erat, seakan tidak memberinya ruang untuk melarikan diri.

Di malam itu, Daniel mencium Charlotte semakin dalam, bibirnya bergerak seolah menegaskan dominasi yang tak terbantahkan. Kedua tangannya menekan pergelangan tangan Charlotte ke ranjang dengan erat, seolah tak ingin memberikan gadis itu ruang untuk melawan. Charlotte meronta, namun kekuatannya kalah jauh. Air mata perlahan mengalir dari sudut matanya, tetapi Daniel tampak tidak peduli, tatapannya dipenuhi tekad yang dingin.

---

Keesokan harinya, sinar matahari terang menerobos masuk melalui celah tirai, menerangi kamar hotel yang sunyi. Charlotte mulai membuka matanya perlahan. Kepalanya terasa berat, tubuhnya lemas seolah habis dilanda badai besar. Ia melirik ke sekeliling, melihat dekorasi kamar yang mewah namun asing baginya.

Dengan gerakan lemah, ia duduk di atas ranjang, jantungnya berdegup kencang. Pandangannya mulai terfokus, tetapi pikirannya penuh kekacauan, mencoba mengingat apa yang sebenarnya terjadi semalam.

"Apa yang terjadi? Di mana ini?" gumamnya pelan, suara gemetar memecah kesunyian. Ia menggigit bibir bawahnya, menahan rasa cemas yang mulai memenuhi hatinya. Matanya tanpa sengaja jatuh ke tubuhnya yang terbalut selimut tebal. Perlahan, ia membuka selimut itu dengan tangan gemetar.

Saat ia melihat tubuhnya sendiri yang tidak tertutup sehelai benang pun, jeritan melengking keluar dari mulutnya. "Aaahhh!" Charlotte dengan panik menarik kembali selimut untuk menutupi tubuhnya, matanya melebar, dan napasnya memburu.

"Siapa... siapa yang membawa aku ke sini?!" Charlotte berteriak penuh amarah dan kebingungan. "Dan siapa yang berani-beraninya merenggut malam pertamaku?!" suaranya pecah, mencerminkan kekalutan yang tidak bisa ia sembunyikan.

Tangannya mencengkeram erat selimut yang membungkus tubuhnya. Tubuhnya mulai gemetar, antara marah, takut, dan malu. Pikirannya dipenuhi ribuan pertanyaan yang tak memiliki jawaban, membuat dadanya terasa semakin sesak. 

"Pria mana yang melakukannya? Dia pasti yang membawaku ke sini..." gumam Charlotte dengan suara gemetar. "Ini semua salahku... Kenapa aku minum terlalu banyak sampai mabuk seperti itu? Aku tidak pulang semalaman..." Charlotte menarik napas panjang, matanya mulai memerah. "Papa dan nenekku pasti akan membunuhku kalau mereka tahu," lanjutnya, suaranya semakin lirih.

Dengan tubuh yang masih gemetar, ia menoleh ke arah meja samping kasur. Matanya langsung menangkap setumpuk pakaian yang terlihat baru, dilipat rapi di atas meja tersebut. Dahinya berkerut, dan amarah mulai berkecamuk di dalam dirinya.

"Apakah... pakaian ini untukku?" gumam Charlotte dengan nada tajam. Ia menggigit bibirnya, rasa kesal memuncak. "Pria brengsek itu... Di mana pakaianku?!" Tangan Charlotte mengepal erat, wajahnya penuh kemarahan yang tertahan.

"Jangan sampai aku tahu siapa dia," bisiknya dengan nada mengancam. "Kalau aku tahu siapa yang melakukan ini... aku tidak akan tinggal diam," katanya dengan kesal.

***

Sementara itu, Daniel Harris berdiri di atas bukit yang tinggi, memandang ke kejauhan. Angin bertiup kencang, membuat ujung jas hitamnya berkibar. Wajahnya yang dingin dan penuh teka-teki terlihat semakin tajam di bawah sinar matahari yang perlahan mulai memudar.

Langkah kaki seorang pria terdengar mendekat. Levis, salah satu anak buahnya yang paling dipercaya, datang menghampirinya dengan sikap hormat.

"Tuan," sapa Levis, menundukkan sedikit kepalanya sebagai tanda hormat.

Daniel menoleh perlahan, matanya menatap Levis dengan tajam. "Levis, kenapa memintaku ke sini?" tanyanya dengan nada dingin dan berwibawa.

"Tuan, mengenai anak yang kita cari... hingga saat ini masih belum ditemukan. Bahkan, orang itu menghilang begitu saja tanpa jejak," lapor Levis sambil menunduk, tak berani menatap langsung ke mata Daniel.

"Cari lagi sampai dapat," perintahnya dengan nada tegas yang tak bisa dibantah. "Terakhir informasi yang kita dapatkan, dia sudah menikah, bukan? Itu petunjuknya. Gunakan informasi itu. Aku tidak peduli berapa lama atau seberapa sulit. Temukan dia."

"Baik, Tuan," jawab Levis dengan patuh. 

Levis baru saja akan melangkah pergi ketika suara Daniel yang dingin menghentikannya.

"Ada lagi," ucap Daniel, menatap Levis dengan mata tajam yang penuh ketegasan. "Selidiki tentang gadis yang bersamaku semalam."

Levis mengerutkan dahi, tetapi ia tetap mendengarkan tanpa bertanya.

"Dalam waktu dekat, aku ingin kau temukan alamatnya," lanjut Daniel.

Levis menatap Daniel sejenak sebelum mengangguk. "Baik, Tuan. Saya akan segera mengurusnya."

Daniel Harris, seorang pria penuh teka-teki, dikelilingi oleh misteri yang bahkan anak buahnya sendiri tidak sepenuhnya memahami. Identitas aslinya terselubung rapat, hampir tidak ada yang mengetahui siapa dirinya sebenarnya. Namun, satu hal yang jelas, Daniel adalah pria berwajah tampan dengan sorot mata tajam yang mampu membuat siapa pun merasa kecil di hadapannya.

Namun, mengapa Charlotte yang hanya seorang gadis biasa justru menjadi target perhatian Daniel? Apa alasan di balik obsesinya terhadap gadis itu?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gadis Incaran Duda Menawan   End

    Cuaca dingin dengan terpaan angin kencang menyapu tepian laut.Langit mulai menggelap, seakan ikut menjadi saksi bisu pertemuan dua insan yang telah lama terpisah. Angin menggoyangkan helaian rambut Charlotte yang terlepas dari ikatannya, sementara matanya masih tak percaya melihat Daniel berdiri di hadapannya.Mereka saling diam beberapa saat, membiarkan rindu dan luka masa lalu berbicara dalam tatapan.Daniel akhirnya memecah keheningan."Lama tidak bertemu... bagaimana dengan kabarmu?" tanyanya, suaranya berat namun lembut.Charlotte menelan ludah, suaranya terdengar tenang, tapi jelas ada dinding yang ia bangun di antara mereka."Aku baik-baik saja... Kenapa kau bisa ada di Jepang? Apakah ada urusan bisnis?"Daniel mengangguk singkat, meski jelas ia menyimpan sesuatu di balik jawabannya."Iya. Aku ada urusan penting."Charlotte tersenyum tipis, senyum yang lebih menyerupai penolakan."Baiklah kalau begitu, aku p

  • Gadis Incaran Duda Menawan   Pertemuan Kembali

    Malam hari.Apartemen.Lampu ruangan hanya menyala redup, menebar cahaya hangat ke seluruh sudut ruangan yang luas namun terasa sepi. Di salah satu sisi, Daniel duduk sendirian di sofa kulit hitam, ditemani sebotol wine yang hampir habis dan sebatang rokok yang mengepul di antara jari-jarinya. Asapnya berputar di udara, seolah menjadi bagian dari pikirannya yang kusut.Ia menatap kosong ke arah jendela, tempat bayangan kota malam terlihat kabur."Charlotte, lima tahun berlalu... kenapa kau masih tidak pulang?" batinnya lirih, suara hatinya lebih keras dari gumaman bibirnya. "Keluargamu ada di sini... apa kau berencana menghindar dariku seumur hidupmu?"Ia menarik napas dalam-dalam, menyesap wine perlahan, membiarkan rasa getirnya mengalir bersama kenangan."Aku ingin memulai hubungan baru denganmu... Aku tahu, masa lalu adalah kesalahanku juga. Tapi pengorbananmu, darahmu—semuanya membuatku sadar... aku telah membuat kesalahan besar." Ma

  • Gadis Incaran Duda Menawan   Charllote Pergi

    Rumah Sakit. Malam Hari.Suara sepatu para tenaga medis bergema di lorong rumah sakit, membawa Charlotte yang bersimbah darah ke ruang UGD. Para dokter dan perawat bergerak cepat. Detak jantung Charlotte melemah. Wajahnya pucat, dan luka tembak di bagian perut kirinya terus mengucurkan darah. Sementara itu, di luar ruangan...Daniel berdiri kaku di depan pintu UGD. Matanya memerah, wajahnya pucat pasi, dan kedua tangannya mencengkeram erat liontin kalungnya—tempat cincin pernikahan Charlotte tergantung. Cincin itu berayun pelan, seolah mengikuti detak cemas hatinya.“Bos... Jangan khawatir, nyonya pasti bisa melewatinya,” ucap Levis, mencoba menenangkan. Ia berdiri di samping Daniel, namun suara tenangnya tak mampu menyentuh hati pria itu yang tengah diliputi penyesalan.Daniel menggeleng pelan, suaranya serak. “Kalau Charlotte sampai meninggal... aku lah pembunuhnya.”Ia menarik napas panjang, seakan berusaha menahan

  • Gadis Incaran Duda Menawan   Charlotte Tidak Sadarkan Diri

    "Aku... kembali... untuk menebus... hutangku padamu..." suara Charlotte mulai melemah, nafasnya terputus-putus. Wajahnya pucat, matanya mulai buram. "Ibumu... meninggal... karena aku... bukan... papaku..." lanjutnya sebelum akhirnya kepalanya terkulai, tak sadarkan diri dalam pelukan Elvis."Lolipop... Lolipop!" jerit Elvis panik, mengguncang tubuh putrinya yang sudah lemas. "Bangun, Lolipop! Jangan tinggalkan Papa…!"Daniel berdiri membeku, air matanya mengalir tanpa mampu ia cegah. Ia menatap sosok wanita yang pernah ia cintai, kini bersimbah darah di pelukan pria yang dulu ia anggap musuh.Dengan suara serak, ia bertanya, "Beritahu aku… apa maksud Charlotte tadi?"Elvis menatap Daniel dengan wajah kusut penuh penyesalan. Ia menggeleng pelan, suaranya berat saat menjawab, "Kalau aku tahu begini jadinya… seharusnya aku lebih berhati-hati...""Apakah ada sesuatu yang aku tidak tahu?" tanya Daniel, suaranya bergetar antara amarah, kebingungan, dan kesedihan yang menggerogoti pikirannya

  • Gadis Incaran Duda Menawan   Charlotte Ditembak Daniel

    Beberapa saat kemudian, anak buah Elvis berjatuhan tak berdaya. Suara tembakan menggema di udara, meninggalkan jejak darah dan erangan sakit yang memekakkan telinga. Beberapa di antara mereka tewas seketika, sementara yang lain tergeletak dengan luka parah, menggeliat menahan rasa sakit yang luar biasa.Elvis berdiri di tengah kekacauan itu, tubuhnya gemetar melihat kondisi anak buahnya yang begitu mengenaskan. Matanya memerah, bukan karena rasa takut, melainkan karena perasaan bersalah yang mendalam. Ia tidak pernah ingin pertumpahan darah ini terjadi. Nafasnya memburu, tubuhnya tegang menahan emosi.Dengan langkah berat, Elvis maju ke depan. Tangannya terangkat ke udara sebagai tanda menyerah."Daniel, bunuh saja aku... mereka tidak tahu apa-apa sama sekali," ucap Elvis lirih, suaranya parau oleh emosi. Ia berdiri di antara tubuh-tubuh yang terkapar, menjadi tameng hidup bagi mereka yang tersisa.Daniel melangkah maju perlahan, wajahnya dingin dan tanpa ekspresi. Pistolnya terarah t

  • Gadis Incaran Duda Menawan   Baku Tembak

    Tidak lama kemudian, sejumlah mobil mendekati markas Elvis. Suara deru mesin dan debu yang mengepul di jalan tanah membuat suasana di sekitar mendadak tegang. Kehadiran mereka tidak luput dari perhatian Charlotte, yang tengah duduk menunggu di warung sepi di tepi jalan yang tidak begitu jauh dari markas ayahnya.Dahi Charlotte berkerut saat melihat iring-iringan kendaraan itu. Matanya menatap tajam ke arah mobil-mobil yang melaju cepat."Apakah itu Daniel?" gumam Charlotte dengan suara gemetar. Ia bangkit dari kursi usangnya dan berdiri sambil memandangi mobil-mobil yang semakin mendekat ke markas.Beberapa detik kemudian, mobil-mobil itu berhenti mendadak di depan gerbang. Daniel turun lebih dulu, disusul seluruh anak buahnya. Mereka semua keluar dari kendaraan dengan sigap, menggenggam senjata api di tangan masing-masing. Tatapan mereka penuh tekad, seakan tak akan mundur meski maut menanti di depan.Sementara itu, di dalam markas, Elvis, sang pemimpin

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status