Jessie menyerang dengan sebuah tendangan yang dapat dengan mudah ditangkis oleh Matthew, satu kaki Jessie dicekal oleh lawan. Jessie membuat gerakan melompat kemudian satu kakinya yang bebas melayang hingga mengenai dada Matthew, dengan begitu Jessie terbebas dari cekalan Matthew dan kemudian mendarat dengan baik di atas aspal.
Matthew terbatuk untuk sesaat, tak lama kemudian pria itu terlihat sudah berhasil menguasai dirinya kembali."Kau cukup kuat, Nona! Aku rasa aku salah karena telah meremehkan dirimu. Sekarang, aku akan serius menghadapimu.""Itu lebih baik! Kau telah melukai temanku, jadi aku tidak akan mengalah denganmu, Tuan!" Tepat setelah menyelesaikan kalimatnya, Jessie melesat menyerang Matthew. Menggunakan tinjunya, Jessie memberikan pukulan bertubi-tubi yang cukup berarti, karena Jessie cakap memberikan pukulan yang berarti, bukan hanya membuang tenaga dengan sia-sia.Matthew mengambil langkah mundur ketika Jessie kembali menendangnya. Dia berhasil menghindar dan kaki Jessie hanya menendang angin.Jessie memburu dan sialnya satu tendangan diterima Jessie di bagian perutnya. Seketika itu juga Jessie terpental ke belakang, terbatuk sambil memegangi bagian perutnya yang terasa sangat sakit karena Matthew menendangnya dengan kekuatan penuh.Mike segera memburu tubuh Jessie yang terjengkang, kemudian membantu gadis itu untuk berdiri."Sudah kubilang, diam saja di dalam mobil!" pekik Mike kesal dengan tindakan Jessie yang tidak mau patuh pada perintahnya, namun Mike juga tidak tega melihat kondisi gadis itu sekarang."Kau pikir aku hanya akan diam tanpa melakukan apa pun melihat kau kepayahan karena kehabisan tenaga?" Ada nada mencibir dari kalimat yang diucapkan Jessie.Mendengar itu, Mike melukis senyum di bibirnya. "Kau peduli padaku, Jessie?""Tentu saja! Kau pikir aku setega itu?"Ada perasaan hangat yang menyelimuti dadanya, merasa bahagia mendengar kepedulian Jessie.Namun saat Mike masih sibuk dengan perasaan bahagianya dan Jessie sibuk mengontrol diri serta memulihkan tenaga, Matthew datang menyerang. Jessie dan Mike memisahkan diri dan bergerak ke arah yang berbeda untuk menghindari serangan Matthew.Jessie terlihat lebih agresif menyerang Matthew dibandingkan dengan sebelumnya. Gerakannya gesit namun Jessie tetap harus waspada agar bisa menghindari serangan mematikan lagi, karena sejujurnya perutnya masih terasa sakit."Tenagamu cukup banyak dan kekuatanmu cukup aku acungi jempol, Nona, tapi kau harus tahu bahwa kau tidak akan bisa mengalahkanku!" suara Matthew di sela pertarungan terdengar begitu meremehkan."Kita tidak tahu akhirnya, sebaiknya kau fokus saja dan jangan lengah, Tuan!"Brak!Bersamaan dengan mengakhiri kalimatnya, Jessie melompat dan mengayunkan kakinya hingga mengenai kepala Matthew. Pria itu terhuyung karena hantaman kuat yang dilayangkan Jessie.Tidak memberi kesempatan Matthew untuk bangkit, Jessie segera menghampiri pria itu dan kembali membuat serangan dengan membabi buta. Dengan keadaan Matthew yang masih berusaha menyeimbangkan diri agar tidak jatuh, itu membuat Jessie merasa memiliki kesempatan. Serangan Jessie dibuat lebih kuat dengan memukul bagian tertentu untuk melumpuhkan sang lawan.Matthew tidak bisa banyak membuat gerakan yang berarti karena kondisinya yang tidak menguntungkan.Sial! Aku tidak menyangka gadis ini sangat kuat, aku terlalu meremehkannya! Matthew membatin sambil membentengi kepalanya dengan kedua tangannya.Jessie meninju rahang Matthew dari arah bawah dengan kekuatan penuh, hingga laki-laki itu terdorong ke belakang dengan darah yang muncrat dari bagian hidung dan mulut pria itu.Melihat itu, Jessie tidak lantas puas. Gadis itu justru semakin gencar menghajar Matthew dengan bringas, seolah ingin segera melenyapkan nyawa pria yang menjadi lawannya itu.Mike yang sedari tadi mengawasi jalannya pertarungan sambil berusaha memulihkan tenaga, merasa khawatir melihat Jessie yang seperti kesetanan. Mike khawatir Jessie akan membunuh Matthew dan kemudian trauma kembali melanda gadis itu."Jessie, sudah hentikan! Dia bisa mati jika kau tidak menghentikan seranganmu!" seru Mike sambil berlari mendekat agar dia bisa menjauhkan Jessie dari Matthew sebelum Jessie menjadi seorang pembunuh untuk kedua kalinya.Tanpa disangka-sangka, seseorang keluar dari dalam mobil milik Matthew sambil mengarahkan sebuah senjata api ke arah Mike."Matilah kau!"Mendengar suara yang bukan berasal dari Matthew, baik Mike maupun Jessie menghentikan gerakannya dan menoleh ke arah sumber suara dan mereka sama-sama terbelalak melihat sebuah pistol diarahkan pada Mike."MIKEEE AWAAAS!"Ingin menghindar namun tidak sempat, karena peluru telah dilepaskan dari senjata api tersebut. Dan peluru itu menembus lengan atas milik Mike tanpa bisa dihindarkan."AKH!" jerit Mike tak tertahankan karena benda besi itu kini bersarang di lengannya.Spontan Jessie melepaskan Matthew begitu saja, dan segera berlari memburu tubuh Mike yang limpung."Mike, bertahanlah! Aku akan mengeluarkan peluru itu!" ujar Jessie pada Mike yang lemah dan memucat.Ya, Jessie terbiasa bertugas memberikan pertolongan pertama pada rekannya yang terluka, termasuk mengeluarkan peluru pada korban yang terkena tembakan.Bersamaan dengan itu, sebuah mobil berhenti di area tersebut, pengemudinya keluar dan langsung menyerang si penembak tadi. Seseorang itu menendang tangan si penembak hingga pistol itu terlempar jauh.Pria yang adalah pelaku penembak Mike, tidak terima mendapat tendangan di tangannya yang membuat tangan itu sedikit kebas. Pria itu adalah asisten Matthew yang sengaja diperintahkan untuk bersembunyi di dalam mobil dan harus keluar untuk menolong Matthew jika situasi mendesak.Pertarungan pun tak terelakan antara Jack dan asisten Matthew."Jessie, cepat bawa Mike ke rumah sakit dan segera hubungi Leon!" seru Jack yang baru saja datang dan langsung menyerang lawan yang telah melukai kawannya."Tidak, Jack! Kau akan sendirian di sini!" balas Jessie menolak perintah Jack yang sudah terlibat pertarungan dengan si penembak tadi. "Aku akan membantumu dan kita harus pergi dari sini bersama-sama!""Pikirkan keselamatan Mike, Jessie! Aku berjanji akan menyelesaikan ini dengan cepat dan segera menyusul kalian. Lakukan perintahku!" kata Jackson tegas dan tajam, masih sambil meladeni serangan demi serangan dari asisten Matthew.Jessie berpikir beberapa saat, namun karena sepertinya lawan Jack hanya satu orang, dan Matthew sudah tidak mungkin bisa bertarung lagi, akhirnya Jessie mengiyakan perintah Jack.Jessie mengangguk patuh. "Tepati janjimu, Jack!""Itu pasti!"Gadis itu memapah tubuh Mike untuk membawanya masuk ke dalam mobil. Ketika melewati pistol yang tergeletak tak jauh dari tempatnya, Jessie segera menginjak senjata itu dan membuatnya remuk, agar tidak terjadi aksi penembakan lagi.Setelah itu Jessie segera melakukan perintah Jack, membawa Mike ke rumah sakit dan segera menghubungi Leon, dokter pribadi keluarga Howard."Maaf aku merepotkanmu lagi, Jessie," lirih Mike yang semakin tidak berdaya dan semakin pucat pasi."Akan aneh jika kau tidak merepotkan aku, Mike. Tapi kumohon lain kali bersikap baiklah dan pikirkan keselamatanmu!"Kedua orang tua Jack sudah mengerahkan banyak orang untuk mempersiapkan pesta pernikahan Jack dan Jessie dan harus selesai dalam waktu yang singkat. Bukan hanya itu saja, mereka juga menginginkan pesta yang meriah untuk putra putri mereka.Disisi lain, Jack yang sebenarnya memang sudah memesan gaun pengantin dari jauh-jauh hari, kini pria itu sangat puas dengan hasilnya. Selama ini Jack terlihat diam dan tenang, tapi sebenarnya Jack juga merasa khawatir Jessie akan jatuh ke pelukan pria lain. Jack sengaja mempersiapkan segala hal dan dia akan melamar gadis yang dicintainya itu pada waktu dan situasi yang tepat. Jack tidak pernah mengira dia akan dipaksa untuk segera menikahi Jessie oleh ibunya. Beruntung Jack sudah memiliki persiapan yang tersusun rapi sehingga dia tidak perlu kalang kabut sekarang.Usai menyelesaikan konferensi pers, kedua orang tua Jack segera menuju gedung dimana akan diadakannya pesta pernikahan, untuk melihat bagaimana dekorasi yang mereka inginkan, apakah bisa s
Pagi hari, Jessie bangun dan langsung memeriksa seantero kamarnya. Dia khawatir Jack berada di kamarnya semalaman, dan ternyata Jack tidak ada di sana. Jessie bernapas lega.Menyibakkan selimut, Jessie turun dari tempat tidur kemudian keluar dari kamarnya. Jessie belum bertemu dengan ibunya sejak semalam. Setidaknya Jessie juga harus meminta maaf pada ibunya karena bukan hanya Jack saja yang bersalah, namun dirinya juga bersalah.Jessie mengedarkan pandangannya, mencari keberadaan Caroline, James, dan juga Jack, namun Jessie tidak bisa menemukan mereka di mana pun.Jessie kembali ke kamarnya, mencari ponselnya dan segera menghubungi Jack. Tanpa menunggu lama, Jack telah menjawab panggilannya."Kau baru bangun, Jessie?""Jack, kau ada di mana? Di mana semua orang? Kenapa rumah begitu sepi? Aku tidak bisa menemukan Mom dan juga Dad. Kalian pergi ke suatu tempat dan aku tidak ikut? Apa kau sedang diberikan hukuman oleh Mom? Katakan sesuatu, Jack! Mengapa kau diam saja?"Jack sampai sedik
Melihat pintu yang setengah terbuka, Jack mengetuknya dan Caroline segera meminta putranya masuk. Dengan langkah yang dipaksakan untuk berani, Jack masuk sesuai perintah sang ibu."Tutup!"Jack menutup pintu dan segera mendekati ibunya sesuai perintah.Jack berdiri di belakang ibunya yang sengaja membelakangi putranya. Kepalanya menunduk. Dia tidak mengeluarkan sepatah katapun, menunggu ibunya berbicara lebih dulu."Apa yang kau lakukan?" tanya Caroline masih tetap memunggungi."Ap-apa?"Caroline berbalik badan dan memasang wajah garangnya. Jack tercekat, dia benar-benar siap jika ibunya memenggal kepalanya. Tatapannya yang begitu tajam melebihinya ketajaman sebilah pedang yang baru saja diasah membaut Jack tak bisa berkutik."Apa yang kau lakukan selama kami pergi? Kalian berkencan?" Caroline lebih menyeramkan daripada Jessie. Suaranya yang datar seolah mampu meremukkan tulang-tulang Jack."Ti-tidak, itu tidak benar.""Lalu tadi itu apa?"Jack terperanjat ketika tiba-tiba suara Carol
Jessie mengetuk pintu dengan durasi cepat, menandakan bahwa dia tidak sabar ingin dibukakan pintu.Dari arah dalam Jack bergegas melangkah lebar menuju ke arah pintu dengan rasa penasaran, siapakah gerangan yang datang bertamu dan bersikap tidak sopan dengan mengetuk pintu tanpa jeda seperti itu?"Jessie?"Jessie menatap Jack sekilas, kemudian tanpa bicara apapun gadis itu menerobos masuk dan langsung duduk di sofa, melipat kedua tangannya di depan dada serta menyilangkan kaki. Ekspresinya datar dan gadis itu mengunci mulut rapat-rapat.Perasaan Jack tidak enak saat melihat keterdiaman Jessie yang justru membuatnya merinding. Jack tahu Jessie pasti marah besar sekarang. Dengan ragu Jack mendekati gadis itu sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.Kemarahan Jessie yang seperti ini lebih menyeramkan bagi Jack, dibandingkan kemarahan Jessie yang masih mau mengomel. Jack kebingungan, apa yang harus dia lakukan untuk membujuk Jessie agar gadis itu membuka mulut?"Jessie, kau sudah pul
Jessie membawa langkahnya memasuki area restoran yang begitu sepi, tidak ada seorang pengunjung pun di sana. Kecurigaan mulai dirasakan Jessie. Gadis itu pun memasang sikap waspada. Jessie hanya takut jika sesuatu terjadi pada Mike dan Jack.Seorang waiters datang menghampiri Jessie, menyampaikan pesan bahwa gadis itu diminta untuk langsung ke dalam, menuju meja yang telah didekorasi sedemikian rupa.Jessie bertanya pada waiters itu Mengapa restoran itu sama sekali tidak ada pengunjung, dan waiters itu mengatakan bahwa tempat ini sudah di booking oleh seseorang.Jessie berpikir bahwa Jack yang melakukan itu, sehingga ia menurut saja ketika waiters itu mengajaknya untuk segera menuju ke meja yang di sana sudah ada Mike.Namun kening Jessie berkerut ketika Jack tidak ada di sana. Bukan hanya itu saja, selain dekorasi yang tentu saja dapat Jessie tebak apa maksudnya, di sana juga hanya ada dua buah kursi yang salah satunya sudah ditempati oleh Mike."Kau sudah datang, Jessie.""Di mana J
Mike masih tetap berada di ruangan bossnya setelah Jack memintanya dan juga Jessie untuk kembali ke ruangan masing-masing, sedangkan Jessie sudah melangkah pergi."Kau ingin mengatakan sesuatu?" tebak Jack melihat gelagat Mike.Mike tersenyum tanggung. "Kau sangat peka, Boss.""Ck, cepat katakan dan pergilah dari sini. Aku malas melihat wajahmu."Jika saja tidak sedang butuh bantuan Jack, tentu saja Mike akan membalas ucapan pria itu dengan tak kalah tajam. Namun kali ini dia harus mengalah demi tercapainya sesuatu yang menjadi tujuannya."Aku membutuhkan bantuanmu," kata Mike tanpa basa-basi.Jack menghentikan kegiatannya sesaat, lalu menatap Mike dengan tatapan serius. "Apa ini menyangkut Jessie?""Kau sangat pintar, Jack!""Tidak!""Tidak? Maksudmu, kau tidak pintar?""Bukan itu. Aku tidak mau membantumu. Aku sudah berjanji pada Jessie untuk tidak membuat kesepakatan denganmu lagi, diluar sepengetahuan dia.""Jack, ayolah. Bantu aku sekali ini saja." Tidak mau menyerah begitu saja,