Share

4. Sebuah Ancaman

“Sudah siap!”

Aroma masakannya tercium sangat kuat. Lily sampai menelan ludah, saat Kendrick membawa makanannya di depan Lily. Tumis daging iris bumbu kecap dengan beberapa sayuran kukus membuatnya tak sabar ingin makan.

Gadis itu tersenyum menatap makanannya, dia lalu menatap Kendrick dengan sangat senang. Kendrick memberikan sepiring nasi pada gadis itu.

“Terima kasih, Tuan.”

Kendrick menatapnya lembut dengan sedikit senyuman. Dia suka melihat gadis itu tersenyum. Rasanya tak sampai hati jika dia menyakiti gadis polos yang tak tahu apa pun itu.

Gadis itu makan sangat lahap. Tampaknya dia sangat menyukai sayuran hijau.

“Bagaimana?”

“Ini makanan terenak yang pernah ada!” ucap Lily dengan mulut terisi.

Kendrick hanya tersenyum. Dia mencicipi makanannya sendiri. Rasanya memang enak, tapi tidak terlalu spesial bagi dia.

“Lebih enak dari pada masakan Rosby?”

Gadis itu langsung terdiam dengan wajah muram. Dia langsung teringat kejadian memilukan itu.

“Dia tak bisa memasak.”

“Aku yang selalu memasak untuknya.”

Kendrick senang mendengarnya. Dia suka dengan nada suara dan raut wajah gadis itu saat mengucapkannya.

“Apa pekerjaan dia?”

Lily menghela nafas berat. Matanya memutar ke samping.

“Dia pengangguran.”

“Tapi dia selalu punya uang karena mengambil uangku.”

Kendrick tersenyum. Gadis itu tampaknya tak terlalu suka pada wanita penghianat itu. Tanpa saja dia tampak tidak dendam dan juga tidak menunjukkan ekspresi benci sedikit pun walau Kendrick telah membunuh ibunya.

“Aku tau kalau kau anak angkat yang diambil dari panti asuhan.”

Gadis itu seketika terdiam kembali. Dia sangat bingung, pria itu mengetahui segala-galanya dari dia. Dia menatap heran pria itu. Bagaimana cara dia bisa tahu semuanya.

“Tuan tahu darimana?”

Kendrick menatapnya tajam. Dia tersenyum tipis. Kendrick bisa melihat Lily sangat ingin tahu.

“Tidak perlu tanyakan itu. Intinya aku tahu segala-galanya tentangmu dan Rosby.”

Gadis itu menunduk dengan beberapa kali mengedipkan mata. Dia kemudian mengangguk. Melahap kembali makanannya tanpa merasa berdosa.

Itulah yang membuat Kendrick mudah luluh padanya.

Telepon tiba-tiba berdering. Kendrick tak langsung mengangkat, dia kesal diganggu saat jam makannya.

“Tuan. Ponselnya berdering,” ucap Lily.

Kendrick menghela nafas berat. Dia meraih ponselnya. Dia sedikit kaget melihat siapa yang menelepon, ternyata itu adalah orang tak dikenal.

“Hello?”

Dengan raut malas, dia menyantap makanannya.

“Cepat kembalikan Lily, atau ayahmu akan aku bunuh!”

Kendrick tidak tahu siapa yang mengancam itu. Dia tak menanggapinya serius, dengan santainya dia tetap mengunyah makanannya.

“Oke,” ucapnya dengan mulut penuh. Dia menelannya.

“Ada lagi?”

Si penelepon itu sebenarnya kesal dengan tanggapan Kendrick. Tapi dia telah mendapatkan jawaban yang dia mau.

“Aku tunggu kau di lokasi yang sudah kukirim. Lihat pesannya.”

“Oke,” jawab Kendrick singkat. Dia langsung mematikan teleponnya, tak mau berbasa-basi lagi.

Dengan santainya pria itu lanjut makan seperti tak ada apa pun. Dia meletakkan ponselnya, seperti tak peduli sedikit pun pada ancamannya.

Lily menatap Kendrick dengan dada yang terasa panas. Dia meletakkan peralatan makannya, tak punya nafsu lagi untuk makan. Wajah gadis itu muram, dia kembali menatap Kendrick dengan wajah sendunya.

Kendrick menyadari hal itu. Matanya tiba-tiba teralihkan pada Lily.

“Kenapa wajahmu begitu?” tanyanya santai. Dia lanjut melahap makanannya.

“Kau akan benar-benar mengembalikan ku?” tanya Lily bernafas berat.

Kendrick terdiam. Dia menoleh pada gadis itu. Memerhatikan ekspresi wajahnya.

“Memangnya kenapa? Kau takut pada pria tua itu?”

Lily hanya mengangguk dengan wajah cemberutnya itu.

“Aku tidak suka padanya. Sejak kecil aku sering disiksa olehnya,” balas gadis itu dengan menunduk, memainkan makanannya dengan sendok.

Kendrick tiba-tiba tersenyum. Entah mengapa pria itu sangat menyukai ekspresi gadis itu saat ketakutan. Dia gadis ter polos yang pernah dia temui.

“Tenang saja. Tadi aku hanya bercanda.”

Lily seketika menatapnya heran. Padahal dia tadi sangat jelas mendengar Kendrick mengatakan oke.

“Lalu gimana dengan ayahmu, Tuan?”

Lagi-lagi Kendrick tersenyum. Dia menatap wajah gadis itu dengan merasa gemas.

Namun, tiba-tiba ekspresinya berubah 180 derajat. Dia menatap Lily sangat tajam dan serius.

“Lupakan saja. Lanjutkan makanmu atau akan aku hukum.”

Suara bariton dinginnya itu membuat Lily lamgsung menunduk. Dia kembali mengambil sendoknya, melahap dengan cepat makanannya.

Kendrick kembali tersenyum memerhatikan tingkahnya. Di mata Kendrick gadis itu sangatlah menarik. Kepolosan dan ekspresinya saat takut memiliki daya magnet tersendiri.

“Sudah?”

Lily mengangguk dengan lugu.

“Cepat minum dan kembali ke kamarmu.”

Tanpa berbasa-basi, Lily meneguk segelas air putih dengan cepat. Setelah selesai dia beranjak dari sana menuju kamarnya.

“Gadis baik,” gumam Kendrick kagum.

Meraih ponsel. Kendrick mencoba menghubungi seorang pesuruhnya. Dia adalah Dalton Hooker, pria berkulit hitam dengan tubuh yang gagah berotot sama seperti Kendrick.

“Beri pengawasan lebih ketat di rumah ini dan juga di kamar gadis itu.”

“Dan jangan lupa siapkan mobil. Hari ini kita akan menemui seseorang.”

Bretton Dalbert, seoarng pria tua berambut putih yang termasuk ayah dari Rosby Harperwood. Orang yang juga bertanggungjawab atas kematian Marry Jasmine Bahesmana. Saat itu dia menunggu di sebuah desa yang telah mati.

Desa itu memang menjadi tempat persembunyian mereka sejak dulu.

Memerhatikan situasi dengan seksama. Para Bodyguard Kendrick mengerubungi mobilnya, mereka juga memerhatikan situasi sekitar.

Bretton Delbert muncul dari balik tembok rumah yang tak berpenghuni. Dia datang dengan semua anak buahnya yang sangat banyak. Sedangkan Kendrick hanya datang bersama bodyguard-nya yang berjumlah delapan. Namun, Kendrick tampak sangat tenang, dia bersandar pada mobilnya.

“Selamat pagi, Tuan Bretton.”

Bretton menatapnya tajam, alisnya berkerut. Dia benci melihat pria itu bersandar pada mobil sambil tersenyum kepadanya.

“Aku tak mau berbasa-basi, Kendrick,”

“Kembalikan Lily kepadaku!”

Kendrick menertawakannya dengan tipis. Dia melangkah dengan santai kepada musuh bebuyutannya itu. Dia menghadap pria itu itu dengan senyum sombongnya.

“Kenapa? Kau sedang membutuhkannya?”

Kendrick menertawakannya tipis.

“Lily telah cerita semuanya kepadaku.”

“Kalian telah memaksa gadis itu bekerja dan setelah itu kalian juga rampas semua uangnya.”

“Selain itu, kalian juga menjadikannya budak dengan alasan berbakti pada orang tua. Begitu, bukan?”

Wajah pria tua itu muram. Apa yang Kendrick katakan tentang itu benar adanya. Dia mulai merasa takut jika gadis lugu itu malah memihak pada Kendrick hanya karena perilaku Rosby yang kelewat batas.

“Dia mengatakannya?”

“Iya, dia mengatakannya,” balas Kendrick sedikit tersenyum.

Tiba-tiba Kendrick mundur beberapa langkah. Perilaku aneh Kendrick adalah hal yang paling Bretton takutkan saat menghadapnya.

Peluru tiba-tiba ditembakkan.

Bretton sampai menjatuhkan diri saking kagetnya. Matanya membelalak melihat peluru yang tertancap di beton itu. Nafasnya terus terengah-engah dan wajahnya memerah.

Bretton terus memerhatikan peluru itu. Pelurunya cukup besar. Jika saja dia tertambak, bisa dipastikan kepalanya akan hancur dengan otak yang berceceran di tanah.

“Ini masih peringatan pertama.”

Mata elang ketua mafia itu menatap tajam. Perlahan dia menjulurkan tangannya.

“Serahkan peta keberadaan ayahku sekarang.”

Suaranya dingin dan menggelegar. Suara itu selalu mampu menundukkan musuh-musuhnya.

“Aku hanya akan memberikannya jika kau melepaskanku!”

Satu sudut bibir Kendrick terangkat karena persyaratannya itu.

“Oke.”

Sekarang tubuh pria tua itu gemetar ketakutan. Sekarang dia tak berani menghadap pria itu lagi. Saat dia mendapatkan peta di sakunya, dia merangkak pada Kendrick. Meletakkan peta itu di kakinya.

Dia mundur beberapa langkah. Lalu berlari secepat kilat bersama semua anak buahnya.

Kendrick tak henti-hentinya memerhatikan gerak gerik si pengecut itu. Kedua sudut bibirnya terangkat, menurutnya Bretton itu sangatlah lucu.

“Pengecut.”

Dia mengambil peta di kakinya. Kendrick memerhatikan peta itu, dia melihat beberapa sisinya telah terbakar. Dia membukanya, membaca peta itu dengan sangat teliti.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status