Perlahan mata Lily terbuka. Entah mengapa tatapannya buram, gadis itu menggosok matanya. Dia kemudian membukanya perlahan.
Gadis itu menatap ke seluruh penjuru kamar, dia sangat bingung. Lily tak mengingat apa pun yang terjadi. Dia tak mengerti mengapa dia bisa berada di kamar ini.Kamar yang mewah nan megah. Lily tak pernah melihat kamar sebesar ini kecuali di televisi. Desain kamar itu sangat modern dengan bernuansa alam, putih dan coklat kayu.Lily menyentuh kepalanya. Rasanya kepala seperti berdenyut-denyut. Sekujur tubuhnya juga terasa sakit semua.“Apa yang telah terjadi?”Derap kaki seseorang mulai terdengar. Lily kembali ketakutan, dengan cepat dia menutup tubuhnya dengan selimut. Semakin lama suara itu semakin mendekat.Sorot matanya terus menatap ke arah pintu. Sekarang tubuh gadis itu bergetar. Namun, dia juga seperti tak bisa menggerakkan tubuhnya.Benar saja, yang datang adalah Tuan Kendrick. Dia memegang jas hitamnya di lengan kiri. Dasinya tampak berantakan, dengan dua kancing bagian atasnya terbuka.“Aku ingat pria itu!” gumam Lily dengan terus menatap.Sudut bibir Kendrick terangkat tipis. Dia menyandar pada pintu dengan mata yang terus menatap tajam padanya. Kendrick tak pernah mengalihkan pandangan pada tahanannya yang menarik perhatian.Sekarang dia mendekati gadis itu.“Kau sudah bangun?” tanyanya dengan senyum lembut.Pria itu duduk di samping Lily. Namun, Lily langsung menjauh. Gadis itu sangat ketakutan.“Kenapa kau membawaku ke mari?” tanya Lily tetap menutupi tubuhnya dengan selimut.Alis pria itu sedikit mengerut menatap Lily. Dia tiba-tiba membuang selimut itu dengan sekali hempas. Kendrick mendekatinya dan dengan cepat menggenggam lengan gadis itu.“Kenapa? Kau takut?”Lily meringis kesakitan karena dia menggenggamnya terlalu erat. Air matanya mulai jatuh, nafasnya terengah-engah. Wajahnya memerah karena ketakutan.“Lepaskan!”Lily memukul-mukul tangan pria itu. Berusaha agar dia melepaskannya. Karena tak berhasil, Lily mencubitnya.Kendrick sebenarnya merasa sedikit kesakitan. Tapi, dia merasa gemas melihat tangan mungil gadis itu mencubit tangannya.Dia meletakkan tangan kanan gadis itu di tangan kirinya. Lalu dia juga meraih tangan kiri gadis itu. Kendrick jadikan satu tangan mungil itu di tangan kirinya.“Sekarang gimana, hm?”Kendrick tertawa kecil menatap wajah polos gadis itu yang sedang bingung.“Tuan. Apa salahku?”“Aku tidak pernah mengenal Tuan!”Lagi-lagi dia berusaha melepaskan tangannya. Namun, tangan berotot Kendrick terlalu kuat bagi tangan kecilnya.“Dengar. Kesalahanmu cuman satu. Yaitu menjadi anak dari si penghianat Rosby!”Semakin lama, wajah Kendrick semakin mendekat padanya. Itu membuat Lily makin panik.“Kau sudah membunuh ibuku!”“Sekarang semuanya sudah impas! Jadi cepat lepaskan aku!”Teriakan dan erangan gadis itu bukanlah hal penting bagi Kendrick.“Tak akan kulepaskan sebelum aku mendapat apa yang aku mau!” ucap Kendrick dengan tatapan tajamnya.Gadis itu menundukkan wajah dengan raut muram. “Apa yang kau mau?”Kendrick tersenyum datar. “Aku tidak akan mengatakan apa yang kumau. Kau juga tidak perlu tau. Kau hanyalah gadis polos yang lugu.”Dengan santainya Kendrick menyandar pada kepala ranjang. Pria itu membuka lemari kecil di sampingnya. Dia mengambil rokok lalu meletakkannya di mulut, kemudian dia membakarnya dengan korek.Perut gadis itu tiba-tiba berbunyi. Itu langsung mengalihkan perhatian Kendrick.“Kau lapar?”Lily hanya mengangguk dengan raut cemberut.Kendrick mengambil borgol dari laci lari yang belum dia tutup. Laci itu langsung dia tutup setelahnya.“Jangan pernah berpikir bisa kabur dariku.”Dia menaiki tubuh gadis itu tanpa peduli tanggapannya. Jantung gadis seperti akan berhenti saat dia menaikinya. Namun, dengan santainya Kendrick memborgol tangan Lily ke besi yang berada di kepala ranjang.“Tunggu di sini. Aku akan memasak sesuatu.”Perlahan Kendrick beranjak dari ranjang itu. Dia melangkah pergi ke luar kamar.Lily hanya bisa menghela nafas menatap tangannya yang diborgol. Sekarang dia pasrah.Merebahkan tubuhnya kembali di ranjang. Dia merasakan selimut itu begitu lembut. AC juga tak terlalu dingin. Kenyamanan itu membuat Lily perlahan mengantuk.Gadis itu pun terlelap dalam tidurnya.Kendrick telah berganti pakaian dengan kaos dan celana jogger biasa. Dia sedang melangkah menuju kamar Lily. Pria itu mengecek jam tangannya. Ternyata sudah pukul 8 pagi.“Lily.”“Mau minum susu atau—“Langkahnya terhenti saat melihat gadis itu telah lelap. Kendrick memandangnya dengan tatapan sendu. Sebenarnya dia juga merasa kasihan pada gadis itu.Gadis itu tertidur dalam kondisi lelah dan kelaparan. Kendrick merasa tak sanggup membangunkan gadis itu. Sekejam apa pun Kendrick, saat dia melihat Lily, dia akan teringat dengan adiknya yang juga masih gadis.Kendrick melangkah padanya dengan hati-hati. Pria itu duduk di ranjang Lily dengan terus menatap sendu gadis itu. Entah mengapa rasa bersalah muncul dibenaknya saat melihat gadis itu tidur. Tiba-tiba, tangan Lily yang diborgol bergerak-gerak. Gadis itu tampak sangat tak nyaman dengan borgolnya. Semakin lama, Kendrick semakin kasihan padanya.Dia pun mengambil kuncinya dilaci. Kendrick melangkah ke bagian kiri gadis itu. Dengan berhati-hati, membuka borgol gadis itu.Kendrick memegang tangan gadis itu. Menatap pergelangan tangannya yang merah karena terus berusaha melepaskan diri dalam keadaan tidur. Nafasnya terasa panas, dia merasa bersalah.Dia menatap wajah gadis itu dengan sendu. Tangannya bergerak mengelus rambut gadis itu. Kendrick tersenyum, gadis itu mengingatkannya pada adiknya.Lily membuka mata. Merasakan rambutnya dielus lembut, dia jadi merasa aneh. Gadis itu pun bangun.“Tuan?”Perutnya kembali berbunyi. Lily mengelus perutnya dengan muram.“Kebetulan aku juga lapar,” ucap Kendrick ikut mengelus perut.“Akan kumasakkan sesuatu,” ucapnya sambil beranjak.Lily meraih baju Kendrick. Membuat pria itu langsung menoleh.“Aku juga bisa masak!”Kendrick tersenyum padanya. Mata Lily yang berbinar membuatnya luluh.Mengecek persediaan makanan di kulkas. Kendrick melihat banyak persediaan daging sapi dan beberapa sayuran seperti kentang dan wortel.“Lily mau makan apa?”Gadis itu tak menanggapi. Dia sedang duduk di kursi yang terletak di depan dapur, memerhatikan desain dapurnya yang begitu indah.“Lily?”Lily seketika kaget. Dia bingung akan menjawab apa.“Eh ... gak tau.”Kendrick menghela nafas. Dia pikir memasak daging iris di hawa dingin seperti ini sangat pas, jadi dia mengambilnya. Dia juga mengambil bawang-bawangan, cabai, kentang, wortel, beberapa sayuran hijau dan seledri.Dia meletakkan semua bahan-bahannya di atas meja. Sayur mayurnya dia cuci dulu di wastafel.“Lily. Ngomong-ngomong sebelum ini kamu punya pekerjaan, gak?”Gadis itu tak menjawab, dia malah melamun. Pekerjaan yang sebenarnya adalah menjadi pembantu. Tapi entah mengapa dia selalu mendapatkan majikan laki-laki yang mesum.“Lily?”Lamunannya langsung buyar. Gadis itu tak sadar jika dia diperhatikan Kendrick.“Kenapa?” tanya Kendrick curiga.“Dulu ... aku seorang penjual bunga.”Kendrick yang selesai mencuci bahan-bahan, langsung memasukkan bumbu-bumbunya di dalam blender.“Hanya penjual bunga?” ucapnya tak percaya. Dia bisa melihat kebohongan di wajah gadis itu.“Iya. Kenapa?” tanya Lily balik.“Bukannya pembantu dari majikan yang lajang?”Mata gadis itu membelalak mendengarnya. Ucapannya terus terngiang-ngiang di kepala. Dia sangat bingung bagaimana laki-laki itu bisa tau.“Maksudnya?”Saat itu Kendrick sedang menumis bumbu. Dia tersenyum karena kepolosan Lily.“Aku tak bisa di bohongi, Lily.”“Aku tahu semuanya tentangmu,” ucapnya dengan jemari menunjuk gadis itu.Lily menatapnya dengan wajah muram. Sepertinya tak ada gunanya menyembunyikan apa pun dari pria itu.“Sudah siap!”Aroma masakannya tercium sangat kuat. Lily sampai menelan ludah, saat Kendrick membawa makanannya di depan Lily. Tumis daging iris bumbu kecap dengan beberapa sayuran kukus membuatnya tak sabar ingin makan.Gadis itu tersenyum menatap makanannya, dia lalu menatap Kendrick dengan sangat senang. Kendrick memberikan sepiring nasi pada gadis itu. “Terima kasih, Tuan.”Kendrick menatapnya lembut dengan sedikit senyuman. Dia suka melihat gadis itu tersenyum. Rasanya tak sampai hati jika dia menyakiti gadis polos yang tak tahu apa pun itu.Gadis itu makan sangat lahap. Tampaknya dia sangat menyukai sayuran hijau.“Bagaimana?”“Ini makanan terenak yang pernah ada!” ucap Lily dengan mulut terisi.Kendrick hanya tersenyum. Dia mencicipi makanannya sendiri. Rasanya memang enak, tapi tidak terlalu spesial bagi dia.“Lebih enak dari pada masakan Rosby?”Gadis itu langsung terdiam dengan wajah muram. Dia langsung teringat kejadian memilukan itu.“Dia tak bisa memasak.”“A
Melangkah dengan terus memerhatikan peta. Kendrick masih sangat bingung dengan peta itu. Entahlah, dia benar-benar tidak tahu di mana tempat itu berada meskipun dia sering berkeliling ke semua tempat di negaranya dan dia juga telah mengunjungi semua negara.Dia masuk ke kamar Lily. Gadis itu sedikit terkejut atas kedatangan Kendrick. Pria itu menuju ranjang, duduk di samping Lily.Perhatian Kendrick terus tertuju pada peta itu. Wajahnya tampak resah serta muram. Itu membuat Lily penasaran dengan apa yang Tuan Kendrick lihat.Dia mendekat dengan perlahan. Gadis itu berusaha mencuri pandang pada petanya.“Apa itu?” gumam Lily penasaran karena pandangannya tak jelas.Kendrick tiba-tiba menoleh padanya. Secepat kilat gadis itu mengalihkan pandangan. Saat itu jantung Lily berdebar-debar.“Kau Penasaran?”Lily hanya menggeleng. Dia tak berani menatap Kendrick.“Mendekatlah. Aku ingin tanya sesuatu.”Barulah Lily berani menatap. Tatapan mata gadis itu terlihat polos dan lugu, apalag
Duduk bersama di depan dapur, Lily dan Liza tak sabar menantikan gurami bumbu asam manis buatan Bibi Sartika.Di samping itu, Liza menoleh pada Lily dengan tangan kanannya yang menopang kepala. Dia menatapnya dengan pikiran yang bertanya-tanya. “Hei.”“Padahal kamu suka makan, kok gak gendut-gendut, sih?” tanya Liza yang sebenarnya iri. Berat badan gadis itu memang mudah naik.“Udah gen DNA. Kenapa? Kau Iri?” balas Lily dengan raut menyebalkannya. Tapi dia juga bermaksud bercanda.“Idih!” cela Liza memutarkan matanya ke samping. Dia mengalihkan pandangan, menurunkan tangan kanannya dan kembali menopang kepala dengan tangan kiri.“Aku hanya becanda, Liza,” bujuk Lily tertawa ringan padanya. Liza tak memedulikannya, tapi sebenarnya dia tersenyum.Gurami itu pun sudah siap. Bibi Sartika membawakannya ke atas meja. Kedua gadis itu langsung berebutan mengambil dagingnya, mereka memang sama-sama suka ikan tawar. Sampai akhirnya bagian itu dagingnya habis, Bibi Sartika pun membalik g
“Tuan, kau menungguku?” Saat itu Kendrick membakar rokoknya, tatapannya tajam pada Lily. Pria itu tak menjawab pertanyaannya, tiba-tiba dia beranjak. Pria itu masuk ke dalam mobil. Lily menghela nafas berat. Dia melangkah memasuki mobil, mengambil posisi duduk di samping Kendrick. “Kita akan ke mana?” Pria itu tak menjawab, dia tetap fokus pada setirnya. Lily lelah dengannya, gadis itu pun mengalihkan pandangannya ke luar jendela. “Kau marah karena aku tak menjawabmu?” Lily itu tak memedulikannya. Dia hanya menoleh sebentar, lalu mengabaikannya lagi. Pria itu melirik padanya. Dia tersenyum. Sebuah kafe out door yang berdampingan dengan laut lepas. Saat itu udaranya sejuk dan anginnya bertiup tak terlalu kencang. Kendrick sering berkunjung ke kafe ini karena menyukai pemandangannya. Duduk bersama sambil menikmati pemandangan laut, Kendrick melirik pada gadis yang masih marah itu. Wajahnya tetap murung, dia bahkan tak mau menoleh sedikit pun pada Kendrick. Padahal tadi Kendrick
Alarm berdering tepat di pukul 5 pagi. Mata Lily membuka perlahan, dia bangun dengan meregangkan otot-ototnya. Setelah mematikan alarm, gadis itu menggaruk-garuk kepala, saat itu dia masih setengah sadar. Matanya dalam kondisi terpejam. Lily membuka mata, dia pun dikejutkan oleh dua potong roti dan juga segelas susu di samping alarm itu. Itu adalah sandwich isi sayur selada, tomat, bawang bombai dan irisan daging sapi. Gadis itu mengambil satu potong roti dan susu itu. Dia tersenyum dengan perasaan heran. “Siapa yang meletakkannya di sini?” Lily melahap potongan roti itu hingga habis. Dia merasa seperti putri raja jika dilayani seperti itu. Gadis itu menginginkannya setiap hari. Setelah puas menghabiskan sandwich itu, dia meneguk susu hangatnya hingga habis. Dia menghela nafas lega. Tanpa sengaja dia juga bersendawa. “Ah. Aku makan lebih baik di sini daripada rumah sendiri.” Beranjak dari ranjangnya. Dia mengambil handuk dan pergi ke kamar mandi. “Andai saja dari dulu seperti
“Hai.”Perhatian Lily dan Kendrick tertuju padanya wanita itu adalah Amber Waverly. Tampilannya cukup berbeda, dia tampak anggun dengan full make up dan juga gaun panjang berwarna merahnya.Tatapannya Kendrick bergerak dari ujung kaki sampai ujung rambut. Wanita itu sekarang memakai sandal hak tinggi yang juga berwarna merah. Padahal biasanya dia tak pernah berani memakainya.“Kenapa tampilanmu tiba-tiba berbeda?”Pertanyaan Kendrick itu membuat wajahnya tampak sedikit tak nyaman.“Eh ... aku tadi baru datang dari acara fashion show.”Wanita itu tersenyum setelahnya.“Kemari.”“Duduklah di dekat Lily.”Amber mengangguk pelan. Dia pun melangkah, duduk di dekat Lily. Amber tersenyum lembut pada gadis itu. Dengan senang hati, Lily juga tersenyum padanya.Saat Lily fokus pada bukunya kembali. Amber tetap menatap gadis itu. Wajah gadis itu memang sangat putih dan mulus, tak pernah Amber melihat kulit yang lebih indah daripada kulit Lily.“Sepertinya bisnismu sekarang semakin ber
Gadis berambut merah jahe dan berkulit kuning kecokelatan. Wajahnya tampak begitu mirip dengan Lily. Itu membuat Lily yang penasaran mendekat dengan perlahan.Langkah Lily terhenti ketika melihat gadis itu menoleh pada seseorang dengan raut bahagia. Dia tiba-tiba berlari ke arah Amber Waverly, mereka pun langsung berpelukan. Dari cara mereka melepas rindu, mereka seperti orang yang tak bertemu bertahun-tahun. Mungkin gadis berambut jahe itu adalah sahabat Amber yang berpisah dengannya dari sekian lama.Lily hanya memerhatikan mereka dengan wajah heran. Ternyata gadis berambut jahe itu tak terlalu mirip dengannya jika dilihat dari depan. Dia memiliki hidung yang lurus, bibir yang tebal dan juga mata yang panjang namun tampak kecil. Lily sangat menyukai bentuk matanya.Gadis berambut merah jahe itu memerhatikan tubuh Amber, dia tampak begitu takjub. “Amber. Kamu sekarang sudah banyak berubah.” “Kamu semakin cantik dan semakin sukses.”Dengan senyum gembira, dia menjulurkan t
Bersandar di sofa sambil menikmati secangkir kopi. Saat ini Kendrick malas melakukan apa pun dan juga malas memikirkan apa pun. Tak ada yang membuatnya terkesan hari ini.Mengambil majalah hariannya. Kendrick membukanya selembar, membaca berita baru yang terjadi hari ini. Isinya hanyalah korban kecelakaan, kebakaran rumah dan beberapa iklan. Dia melemparkannya kembali ke meja. Berita yang dia harapkan tak pernah terjadi.Deringan telepon berbunyi. Kendrick sedikit melirik ke arahnya. Lagi-lagi itu telepon dari orang yang tak dikenal.Dengan gerakan malas, Kendrick mengambil ponselnya itu. Dia mengangkatnya.“Ini dengan Tuan Kendrick?” tanya penelepon itu.Kendrick sedikit kaget, ini pasti yang dia tunggu-tunggu.“Iya. Ini saya sendiri. Ada apa?”“Nama saya adalah Wilson. Saya adalah seseorang yang anda suruh untuk melacak sebuah peta.”Seketika Kendrick mengembangkan senyumnya dengan lebar.“Kau telah menemukan keberadaan ayahku?” tanya Kendrick sangat penasaran.“Saya tidak