Share

3. DiBawa Paksa Ke Rumah Utama

Perlahan mata Lily terbuka. Entah mengapa tatapannya buram, gadis itu menggosok matanya. Dia kemudian membukanya perlahan.

Gadis itu menatap ke seluruh penjuru kamar, dia sangat bingung. Lily tak mengingat apa pun yang terjadi. Dia tak mengerti mengapa dia bisa berada di kamar ini.

Kamar yang mewah nan megah. Lily tak pernah melihat kamar sebesar ini kecuali di televisi. Desain kamar itu sangat modern dengan bernuansa alam, putih dan coklat kayu.

Lily menyentuh kepalanya. Rasanya kepala seperti berdenyut-denyut. Sekujur tubuhnya juga terasa sakit semua.

“Apa yang telah terjadi?”

Derap kaki seseorang mulai terdengar. Lily kembali ketakutan, dengan cepat dia menutup tubuhnya dengan selimut. Semakin lama suara itu semakin mendekat.

Sorot matanya terus menatap ke arah pintu. Sekarang tubuh gadis itu bergetar. Namun, dia juga seperti tak bisa menggerakkan tubuhnya.

Benar saja, yang datang adalah Tuan Kendrick. Dia memegang jas hitamnya di lengan kiri. Dasinya tampak berantakan, dengan dua kancing bagian atasnya terbuka.

“Aku ingat pria itu!” gumam Lily dengan terus menatap.

Sudut bibir Kendrick terangkat tipis. Dia menyandar pada pintu dengan mata yang terus menatap tajam padanya. Kendrick tak pernah mengalihkan pandangan pada tahanannya yang menarik perhatian.

Sekarang dia mendekati gadis itu.

“Kau sudah bangun?” tanyanya dengan senyum lembut.

Pria itu duduk di samping Lily. Namun, Lily langsung menjauh. Gadis itu sangat ketakutan.

“Kenapa kau membawaku ke mari?” tanya Lily tetap menutupi tubuhnya dengan selimut.

Alis pria itu sedikit mengerut menatap Lily. Dia tiba-tiba membuang selimut itu dengan sekali hempas. Kendrick mendekatinya dan dengan cepat menggenggam lengan gadis itu.

“Kenapa? Kau takut?”

Lily meringis kesakitan karena dia menggenggamnya terlalu erat. Air matanya mulai jatuh, nafasnya terengah-engah. Wajahnya memerah karena ketakutan.

“Lepaskan!”

Lily memukul-mukul tangan pria itu. Berusaha agar dia melepaskannya. Karena tak berhasil, Lily mencubitnya.

Kendrick sebenarnya merasa sedikit kesakitan. Tapi, dia merasa gemas melihat tangan mungil gadis itu mencubit tangannya.

Dia meletakkan tangan kanan gadis itu di tangan kirinya. Lalu dia juga meraih tangan kiri gadis itu. Kendrick jadikan satu tangan mungil itu di tangan kirinya.

“Sekarang gimana, hm?”

Kendrick tertawa kecil menatap wajah polos gadis itu yang sedang bingung.

“Tuan. Apa salahku?”

“Aku tidak pernah mengenal Tuan!”

Lagi-lagi dia berusaha melepaskan tangannya. Namun, tangan berotot Kendrick terlalu kuat bagi tangan kecilnya.

“Dengar. Kesalahanmu cuman satu. Yaitu menjadi anak dari si penghianat Rosby!”

Semakin lama, wajah Kendrick semakin mendekat padanya. Itu membuat Lily makin panik.

“Kau sudah membunuh ibuku!”

“Sekarang semuanya sudah impas! Jadi cepat lepaskan aku!”

Teriakan dan erangan gadis itu bukanlah hal penting bagi Kendrick.

“Tak akan kulepaskan sebelum aku mendapat apa yang aku mau!” ucap Kendrick dengan tatapan tajamnya.

Gadis itu menundukkan wajah dengan raut muram. “Apa yang kau mau?”

Kendrick tersenyum datar. “Aku tidak akan mengatakan apa yang kumau. Kau juga tidak perlu tau. Kau hanyalah gadis polos yang lugu.”

Dengan santainya Kendrick menyandar pada kepala ranjang. Pria itu membuka lemari kecil di sampingnya. Dia mengambil rokok lalu meletakkannya di mulut, kemudian dia membakarnya dengan korek.

Perut gadis itu tiba-tiba berbunyi. Itu langsung mengalihkan perhatian Kendrick.

“Kau lapar?”

Lily hanya mengangguk dengan raut cemberut.

Kendrick mengambil borgol dari laci lari yang belum dia tutup. Laci itu langsung dia tutup setelahnya.

“Jangan pernah berpikir bisa kabur dariku.”

Dia menaiki tubuh gadis itu tanpa peduli tanggapannya. Jantung gadis seperti akan berhenti saat dia menaikinya. Namun, dengan santainya Kendrick memborgol tangan Lily ke besi yang berada di kepala ranjang.

“Tunggu di sini. Aku akan memasak sesuatu.”

Perlahan Kendrick beranjak dari ranjang itu. Dia melangkah pergi ke luar kamar.

Lily hanya bisa menghela nafas menatap tangannya yang diborgol. Sekarang dia pasrah.

Merebahkan tubuhnya kembali di ranjang. Dia merasakan selimut itu begitu lembut. AC juga tak terlalu dingin. Kenyamanan itu membuat Lily perlahan mengantuk.

Gadis itu pun terlelap dalam tidurnya.

Kendrick telah berganti pakaian dengan kaos dan celana jogger biasa. Dia sedang melangkah menuju kamar Lily. Pria itu mengecek jam tangannya. Ternyata sudah pukul 8 pagi.

“Lily.”

“Mau minum susu atau—“

Langkahnya terhenti saat melihat gadis itu telah lelap. Kendrick memandangnya dengan tatapan sendu. Sebenarnya dia juga merasa kasihan pada gadis itu.

Gadis itu tertidur dalam kondisi lelah dan kelaparan. Kendrick merasa tak sanggup membangunkan gadis itu. Sekejam apa pun Kendrick, saat dia melihat Lily, dia akan teringat dengan adiknya yang juga masih gadis.

Kendrick melangkah padanya dengan hati-hati. Pria itu duduk di ranjang Lily dengan terus menatap sendu gadis itu. Entah mengapa rasa bersalah muncul dibenaknya saat melihat gadis itu tidur.

Tiba-tiba, tangan Lily yang diborgol bergerak-gerak. Gadis itu tampak sangat tak nyaman dengan borgolnya. Semakin lama, Kendrick semakin kasihan padanya.

Dia pun mengambil kuncinya dilaci. Kendrick melangkah ke bagian kiri gadis itu. Dengan berhati-hati, membuka borgol gadis itu.

Kendrick memegang tangan gadis itu. Menatap pergelangan tangannya yang merah karena terus berusaha melepaskan diri dalam keadaan tidur. Nafasnya terasa panas, dia merasa bersalah.

Dia menatap wajah gadis itu dengan sendu. Tangannya bergerak mengelus rambut gadis itu. Kendrick tersenyum, gadis itu mengingatkannya pada adiknya.

Lily membuka mata. Merasakan rambutnya dielus lembut, dia jadi merasa aneh. Gadis itu pun bangun.

“Tuan?”

Perutnya kembali berbunyi. Lily mengelus perutnya dengan muram.

“Kebetulan aku juga lapar,” ucap Kendrick ikut mengelus perut.

“Akan kumasakkan sesuatu,” ucapnya sambil beranjak.

Lily meraih baju Kendrick. Membuat pria itu langsung menoleh.

“Aku juga bisa masak!”

Kendrick tersenyum padanya. Mata Lily yang berbinar membuatnya luluh.

Mengecek persediaan makanan di kulkas. Kendrick melihat banyak persediaan daging sapi dan beberapa sayuran seperti kentang dan wortel.

“Lily mau makan apa?”

Gadis itu tak menanggapi. Dia sedang duduk di kursi yang terletak di depan dapur, memerhatikan desain dapurnya yang begitu indah.

“Lily?”

Lily seketika kaget. Dia bingung akan menjawab apa.

“Eh ... gak tau.”

Kendrick menghela nafas. Dia pikir memasak daging iris di hawa dingin seperti ini sangat pas, jadi dia mengambilnya. Dia juga mengambil bawang-bawangan, cabai, kentang, wortel, beberapa sayuran hijau dan seledri.

Dia meletakkan semua bahan-bahannya di atas meja. Sayur mayurnya dia cuci dulu di wastafel.

“Lily. Ngomong-ngomong sebelum ini kamu punya pekerjaan, gak?”

Gadis itu tak menjawab, dia malah melamun. Pekerjaan yang sebenarnya adalah menjadi pembantu. Tapi entah mengapa dia selalu mendapatkan majikan laki-laki yang mesum.

“Lily?”

Lamunannya langsung buyar. Gadis itu tak sadar jika dia diperhatikan Kendrick.

“Kenapa?” tanya Kendrick curiga.

“Dulu ... aku seorang penjual bunga.”

Kendrick yang selesai mencuci bahan-bahan, langsung memasukkan bumbu-bumbunya di dalam blender.

“Hanya penjual bunga?” ucapnya tak percaya. Dia bisa melihat kebohongan di wajah gadis itu.

“Iya. Kenapa?” tanya Lily balik.

“Bukannya pembantu dari majikan yang lajang?”

Mata gadis itu membelalak mendengarnya. Ucapannya terus terngiang-ngiang di kepala. Dia sangat bingung bagaimana laki-laki itu bisa tau.

“Maksudnya?”

Saat itu Kendrick sedang menumis bumbu. Dia tersenyum karena kepolosan Lily.

“Aku tak bisa di bohongi, Lily.”

“Aku tahu semuanya tentangmu,” ucapnya dengan jemari menunjuk gadis itu.

Lily menatapnya dengan wajah muram. Sepertinya tak ada gunanya menyembunyikan apa pun dari pria itu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status