Share

5. Peta yang Aneh

Melangkah dengan terus memerhatikan peta. Kendrick masih sangat bingung dengan peta itu. Entahlah, dia benar-benar tidak tahu di mana tempat itu berada meskipun dia sering berkeliling ke semua tempat di negaranya dan dia juga telah mengunjungi semua negara.

Dia masuk ke kamar Lily. Gadis itu sedikit terkejut atas kedatangan Kendrick. Pria itu menuju ranjang, duduk di samping Lily.

Perhatian Kendrick terus tertuju pada peta itu. Wajahnya tampak resah serta muram. Itu membuat Lily penasaran dengan apa yang Tuan Kendrick lihat.

Dia mendekat dengan perlahan. Gadis itu berusaha mencuri pandang pada petanya.

“Apa itu?” gumam Lily penasaran karena pandangannya tak jelas.

Kendrick tiba-tiba menoleh padanya. Secepat kilat gadis itu mengalihkan pandangan. Saat itu jantung Lily berdebar-debar.

“Kau Penasaran?”

Lily hanya menggeleng. Dia tak berani menatap Kendrick.

“Mendekatlah. Aku ingin tanya sesuatu.”

Barulah Lily berani menatap. Tatapan mata gadis itu terlihat polos dan lugu, apalagi dia mempunyai mata besar yang mendukung rautnya itu. Gadis itu mulai mendekat padanya.

“Tanya apa?”

“Ini,” ucap Kendrick menatap pada Peta. Gadis itu mulai memerhatikan seluk beluk petanya.

Entah mengapa, dia merasa pernah melihat peta itu.

“Dari mana Tuan mendapatkannya?”

“Dari kakekmu.”

Jawaban singkat Kendrick membuat gadis itu sedikit kaget. Pantas saja dia merasa pernah melihatnya. Tapi entah kapan dia tidak tau.

“Aku jarang keluar rumah. Jadi aku tidak tau apa pun.”

Kendrick sedikit mengangguk. Dia tak bisa mengalihkan pandangannya dari peta.

“Tapi aku merasa pernah melihatnya,” lanjut gadis itu.

Kendrick langsung menoleh padanya dengan ekspresi terkejut.

“Serius?”

“Iya. Aku seperti pernah melihat peta itu,” balas Lily tanpa merasa bersalah.

Kendrick menghela nafas dalam-dalam, lalu menghembuskannya. Wajahnya datar kembali. Tadi saja dia kira Lily mengetahui tempat di mana mereka menyembunyikan ayahnya. Dia mengalihkan perhatiannya pada peta itu lagi.

“Memangnya itu peta apa?” tanya gadis itu dengan polos.

“harta karun,” jawab Kendrick masih kesal.

Mata gadis itu langsung berbinar. Saking takjubnya, dia langsung menutup mulutnya yang terbuka. Kendrick menahan tawanya saat menatap kepolosan gadis itu.

“Tuan serius?”

Kendrick menatapnya sebentar. Karena tak tahan, dia mengalihkan pandnagan. Pria itu tertawa ringan, dia sedikit menggelengkan kepala.

“Bukan, sayang. Itu peta di mana mereka menyembunyikan ayahku.”

Kendrick tiba-tiba beranjak. Dia melangkah pergi meninggalkan gadis itu. Lily terus memerhatikannya sampai menghilang dari pandangan.

“Dia bilang apa tadi?”

“Sayang?” ucapnya bertanya-tanya dalam hati. Wajah gadis itu memerah dia tersenyum.

Rintikan air membasahi tubuh Kendrick yang kekar berotot. Dia membilas rambutnya yang ditutupi busa. Gerakan tangannya tiba-tiba terhenti, dia teringat akan sesuatu. Pria itu berusaha menenangkan diri.

Keluar dari toilet dengan kimononya. Langkah pria itu tertuju pada ranjang, perhatiannya tertuju pada sebuah foto keluarganya di atas lemari kecil di samping ranjang.

Dia duduk, mengambil foto kenangan itu. Foto kenangan di mana ayah ibunya sedang berbahagia bersama Kendrick yang masih kecil. Dia termenung, rasanya ingin sekali kembali ke masa-masa menyenangkan itu.

Kendrick beranjak, dia meletakkannya.

Hari ini dia akan kembali bekerja di perusahaannya. Perusahaan yang dahulunya dibangun susah payah oleh ayahnya. Sehingga saat ini Kendrick terus berusaha membangun perusahaan itu hingga membuka pabrik di luar negeri.

Dengan terburu-buru, pria itu memakai dasinya dengan terus melangkah. Sekarang dia berada di depan pintu masuk. Di sana ada seorang penjaga bernama Danielle yang juga pesuruh Kendrick yang cerdas.

“Danielle. Aku punya tugas untukmu.”

“Apa, Tuan?” tanya Danielle penasaran.

Kendrick mengeluarkan peta dari jasnya. Dia memberikannya langsung ditangan Danielle. Danielle tampak bingung menatap kertas ditangannya itu.

“Bolehkah aku buka, Tuan?”

Kendrick mengangguk pelan. Seperti tak peduli, dia kembali merapikan dasinya.

Danielle membaca petanya dengan begitu teliti. Pria itu sampai memicingkan mata, tapi dia tetap tak mengerti. Ada beberapa kalimat yang dia tak paham, seperti bahasa aneh yang tak pernah diketahui.

“Kau tau ahli peta dan hacker yang pernah terkenal itu?”

Danielle mengingatnya. “Oh, iya! Aku tahu, Tuan.”

“Berikan peta itu padanya. Minta dia memeriksa di mana keberadaan tanda silang itu.”

“Jika dia berhasil menemukannya, maka aku akan memberikan gocek seratus juta. Namun, kalau tidak, cukup seratus ribu aja. Yang terpenting aku membayar usahanya.”

“Baik,” balas Danielle lembut.

“Oh, iya. Jangan lupa menghubungiku jika hacker itu mendapatkan alamatnya.”

Kendrick pergi begitu saja tanpa mengucapkan sepatah kata apa pun. Danielle memerhatikanya seakan akan ingin bertanya sesuatu. Pria itu masuk ke dalam mobil Rolls-Royce, dia pergi begitu saja.

Danielle menatap peta itu penuh penasaran. Dia ingin tahu itu peta tentang apa. Tapi dia pikir sepertinya dia harus diam dan hanya melakukan perintah Tuan Kendrick.

Merasa bosan berada di kamar seharian, gadis itu ingin sekali menyapa para pelayan yang lewat di depan kamarnya. Tapi dia masih merasa malu. Dia beranjak dari ranjang, melangkah menuju luar kamar.

Gadis itu celingak-celinguk. Dia bingung ingin ke mana. Saat itu seorang pelayan yang masih muda melewatinya.

“Hai! Namamu siapa?”

Langkah pelayan itu terhenti, dia membalikkan tubuhnya menatap Lily. Pelayan itu menatapnya dari ujung kaki hingga ujung rambut, tatapannya tak mengenakkan. Membuat Lily yang awalnya ramah menjadi canggung.

“Namaku Liza.”

“Memang ada apa? Kau butuh bantuan?”

Tatapan sinisnya membuat Lily menunduk. Gadis itu merasa dia telah memanggil orang yang salah.

“Tidak. Aku merasa bosan di kamar, jadi aku ingin punya teman,” Lily tersenyum malu. Alis gadis itu mengerut, sehingga membuat Lily tak nyaman.

“Kamar?”

Langkahnya gadis berambut gelap itu mendekat. Dahinya mengerut menatap Lily. Lily tak paham ada apa dengan gadis itu.

“Kau ... “

“Kau gadis yang tadi pagi tidur sekamar dengan Tuan Kendrick, kan?”

Gadis yang dia maksud itu memang benar. Tapi Lily tak terima dengan ucapannya itu. Itu terdengar melecehkannya sebagai perempuan.

“Aku tidak tidur dengan dia! Dia saja yang masuk ke kamarku!” ucap Lily tak terima.

Wajah gadis itu bahkan tak merasa bersalah sedikit pun. Tapi jujur saja, pelayan itu sebenarnya terpesona dengan kecantikan Lily. Dia tak pernah melihat gadis secantik itu seumur hidupnya.

“Dari mana kamu berasal? Kacantikanmu seperti peri di film dogeng.”

Lily mulai tak suka kepadanya. Dahinya memgerut menatap gadis itu.

“Aku berasa dari kota ini?”

“Mengapa kau lancang sekali menuduhku telah tidur dengan tuan Kendrick?!” tanya Lily yang masih kesal.

“Ya karena tuan Kendrick masuk ke dalam kamarmu cukup lama,” jawab pelayan itu sangat ringan, tanpa merasa bersalah.

Dia menatap Lily aneh, dia terlihat sedang memikirkan yang tidak-tidak.

“Kau kekasihnya tuan Kendrick?” tanya pelayan itu masih penasaran.

“Aku hanya tawanannya. Dia masuk ke kamarku hanya untuk menanyakan tentang kehidupanku dann dia juga menjelaskan mengapa dia menahanku!” jelas Lily sangat kesal padanya.

Tapi untung saja pelayan menyebalkan itu adalah gadis muda. Jadi Lily berusaha sabar karena menyadari terkadang dirinya juga seperti itu.

“Kau tawanan?”

“Wow. Berarti kau tawanan paling spesial baginya.”

Lily mengerutkan alisnya menatap gadis itu. “Terserah.

Aroma harum masakan mengalihkan perhatian kedua gadis itu. Aroma itu tercium seperti gurami panggang dengan bumbu asam manis sedap.

Tanpa berbasa-basi mereka melangkah kepada sumber aroma. Tentu saja Liza tau itu masakan siapa. Itu adalah masakan Bibi Sartika. Dia biasanya juga memasak untuk para pelayan yang bekerja.

Kedua gadis itu pengantin dari balik tembok.

“Siapa yang memasak itu?” tanya Lily.

“Dia itu namanya bibi Sartika. Tukang masak di sini. Tuan Kendrick juga sering memuji masakannya, loh!”

“Tuan Kendrick pernah bilang masakannya mirip dengan masakan ibunya,” jelas Liza berbisik di telinga Lily.

Suara perut keroncongan tiba-tiba terdengar. Lily malah mengira suara itu adalah suara kentut. Dia menutup hidungnya.

“Kamu kentut?”

“Bukan, itu suara perutku. Sekarang aku jadi sangat lapar.” Liza mengelus-ngelus perutnya dengan raut cemberut.

“Aku juga ingin makan,” balas Lily juga memegang perutnya.

Liza seketika menatapnya heran.

“Hei?”

“Bukannya kau tadi sudah makan bersama tuan Kendrick?”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status