Melangkah dengan terus memerhatikan peta. Kendrick masih sangat bingung dengan peta itu. Entahlah, dia benar-benar tidak tahu di mana tempat itu berada meskipun dia sering berkeliling ke semua tempat di negaranya dan dia juga telah mengunjungi semua negara.
Dia masuk ke kamar Lily. Gadis itu sedikit terkejut atas kedatangan Kendrick. Pria itu menuju ranjang, duduk di samping Lily.Perhatian Kendrick terus tertuju pada peta itu. Wajahnya tampak resah serta muram. Itu membuat Lily penasaran dengan apa yang Tuan Kendrick lihat.Dia mendekat dengan perlahan. Gadis itu berusaha mencuri pandang pada petanya.“Apa itu?” gumam Lily penasaran karena pandangannya tak jelas.Kendrick tiba-tiba menoleh padanya. Secepat kilat gadis itu mengalihkan pandangan. Saat itu jantung Lily berdebar-debar.“Kau Penasaran?”Lily hanya menggeleng. Dia tak berani menatap Kendrick.“Mendekatlah. Aku ingin tanya sesuatu.”Barulah Lily berani menatap. Tatapan mata gadis itu terlihat polos dan lugu, apalagi dia mempunyai mata besar yang mendukung rautnya itu. Gadis itu mulai mendekat padanya.“Tanya apa?”“Ini,” ucap Kendrick menatap pada Peta. Gadis itu mulai memerhatikan seluk beluk petanya.Entah mengapa, dia merasa pernah melihat peta itu.“Dari mana Tuan mendapatkannya?”“Dari kakekmu.”Jawaban singkat Kendrick membuat gadis itu sedikit kaget. Pantas saja dia merasa pernah melihatnya. Tapi entah kapan dia tidak tau.“Aku jarang keluar rumah. Jadi aku tidak tau apa pun.”Kendrick sedikit mengangguk. Dia tak bisa mengalihkan pandangannya dari peta.“Tapi aku merasa pernah melihatnya,” lanjut gadis itu.Kendrick langsung menoleh padanya dengan ekspresi terkejut.“Serius?”“Iya. Aku seperti pernah melihat peta itu,” balas Lily tanpa merasa bersalah.Kendrick menghela nafas dalam-dalam, lalu menghembuskannya. Wajahnya datar kembali. Tadi saja dia kira Lily mengetahui tempat di mana mereka menyembunyikan ayahnya. Dia mengalihkan perhatiannya pada peta itu lagi.“Memangnya itu peta apa?” tanya gadis itu dengan polos.“harta karun,” jawab Kendrick masih kesal.Mata gadis itu langsung berbinar. Saking takjubnya, dia langsung menutup mulutnya yang terbuka. Kendrick menahan tawanya saat menatap kepolosan gadis itu.“Tuan serius?”Kendrick menatapnya sebentar. Karena tak tahan, dia mengalihkan pandnagan. Pria itu tertawa ringan, dia sedikit menggelengkan kepala.“Bukan, sayang. Itu peta di mana mereka menyembunyikan ayahku.”Kendrick tiba-tiba beranjak. Dia melangkah pergi meninggalkan gadis itu. Lily terus memerhatikannya sampai menghilang dari pandangan.“Dia bilang apa tadi?”“Sayang?” ucapnya bertanya-tanya dalam hati. Wajah gadis itu memerah dia tersenyum.Rintikan air membasahi tubuh Kendrick yang kekar berotot. Dia membilas rambutnya yang ditutupi busa. Gerakan tangannya tiba-tiba terhenti, dia teringat akan sesuatu. Pria itu berusaha menenangkan diri.Keluar dari toilet dengan kimononya. Langkah pria itu tertuju pada ranjang, perhatiannya tertuju pada sebuah foto keluarganya di atas lemari kecil di samping ranjang.Dia duduk, mengambil foto kenangan itu. Foto kenangan di mana ayah ibunya sedang berbahagia bersama Kendrick yang masih kecil. Dia termenung, rasanya ingin sekali kembali ke masa-masa menyenangkan itu.Kendrick beranjak, dia meletakkannya.Hari ini dia akan kembali bekerja di perusahaannya. Perusahaan yang dahulunya dibangun susah payah oleh ayahnya. Sehingga saat ini Kendrick terus berusaha membangun perusahaan itu hingga membuka pabrik di luar negeri.Dengan terburu-buru, pria itu memakai dasinya dengan terus melangkah. Sekarang dia berada di depan pintu masuk. Di sana ada seorang penjaga bernama Danielle yang juga pesuruh Kendrick yang cerdas.“Danielle. Aku punya tugas untukmu.”“Apa, Tuan?” tanya Danielle penasaran.Kendrick mengeluarkan peta dari jasnya. Dia memberikannya langsung ditangan Danielle. Danielle tampak bingung menatap kertas ditangannya itu.“Bolehkah aku buka, Tuan?”Kendrick mengangguk pelan. Seperti tak peduli, dia kembali merapikan dasinya.Danielle membaca petanya dengan begitu teliti. Pria itu sampai memicingkan mata, tapi dia tetap tak mengerti. Ada beberapa kalimat yang dia tak paham, seperti bahasa aneh yang tak pernah diketahui.“Kau tau ahli peta dan hacker yang pernah terkenal itu?”Danielle mengingatnya. “Oh, iya! Aku tahu, Tuan.”“Berikan peta itu padanya. Minta dia memeriksa di mana keberadaan tanda silang itu.”“Jika dia berhasil menemukannya, maka aku akan memberikan gocek seratus juta. Namun, kalau tidak, cukup seratus ribu aja. Yang terpenting aku membayar usahanya.”“Baik,” balas Danielle lembut.“Oh, iya. Jangan lupa menghubungiku jika hacker itu mendapatkan alamatnya.”Kendrick pergi begitu saja tanpa mengucapkan sepatah kata apa pun. Danielle memerhatikanya seakan akan ingin bertanya sesuatu. Pria itu masuk ke dalam mobil Rolls-Royce, dia pergi begitu saja.Danielle menatap peta itu penuh penasaran. Dia ingin tahu itu peta tentang apa. Tapi dia pikir sepertinya dia harus diam dan hanya melakukan perintah Tuan Kendrick.Merasa bosan berada di kamar seharian, gadis itu ingin sekali menyapa para pelayan yang lewat di depan kamarnya. Tapi dia masih merasa malu. Dia beranjak dari ranjang, melangkah menuju luar kamar.Gadis itu celingak-celinguk. Dia bingung ingin ke mana. Saat itu seorang pelayan yang masih muda melewatinya.“Hai! Namamu siapa?”Langkah pelayan itu terhenti, dia membalikkan tubuhnya menatap Lily. Pelayan itu menatapnya dari ujung kaki hingga ujung rambut, tatapannya tak mengenakkan. Membuat Lily yang awalnya ramah menjadi canggung.“Namaku Liza.”“Memang ada apa? Kau butuh bantuan?”Tatapan sinisnya membuat Lily menunduk. Gadis itu merasa dia telah memanggil orang yang salah.“Tidak. Aku merasa bosan di kamar, jadi aku ingin punya teman,” Lily tersenyum malu. Alis gadis itu mengerut, sehingga membuat Lily tak nyaman.“Kamar?”Langkahnya gadis berambut gelap itu mendekat. Dahinya mengerut menatap Lily. Lily tak paham ada apa dengan gadis itu.“Kau ... ““Kau gadis yang tadi pagi tidur sekamar dengan Tuan Kendrick, kan?”Gadis yang dia maksud itu memang benar. Tapi Lily tak terima dengan ucapannya itu. Itu terdengar melecehkannya sebagai perempuan.“Aku tidak tidur dengan dia! Dia saja yang masuk ke kamarku!” ucap Lily tak terima.Wajah gadis itu bahkan tak merasa bersalah sedikit pun. Tapi jujur saja, pelayan itu sebenarnya terpesona dengan kecantikan Lily. Dia tak pernah melihat gadis secantik itu seumur hidupnya.“Dari mana kamu berasal? Kacantikanmu seperti peri di film dogeng.”Lily mulai tak suka kepadanya. Dahinya memgerut menatap gadis itu.“Aku berasa dari kota ini?”“Mengapa kau lancang sekali menuduhku telah tidur dengan tuan Kendrick?!” tanya Lily yang masih kesal.“Ya karena tuan Kendrick masuk ke dalam kamarmu cukup lama,” jawab pelayan itu sangat ringan, tanpa merasa bersalah.Dia menatap Lily aneh, dia terlihat sedang memikirkan yang tidak-tidak.“Kau kekasihnya tuan Kendrick?” tanya pelayan itu masih penasaran.“Aku hanya tawanannya. Dia masuk ke kamarku hanya untuk menanyakan tentang kehidupanku dann dia juga menjelaskan mengapa dia menahanku!” jelas Lily sangat kesal padanya.Tapi untung saja pelayan menyebalkan itu adalah gadis muda. Jadi Lily berusaha sabar karena menyadari terkadang dirinya juga seperti itu.“Kau tawanan?”“Wow. Berarti kau tawanan paling spesial baginya.”Lily mengerutkan alisnya menatap gadis itu. “Terserah.Aroma harum masakan mengalihkan perhatian kedua gadis itu. Aroma itu tercium seperti gurami panggang dengan bumbu asam manis sedap.Tanpa berbasa-basi mereka melangkah kepada sumber aroma. Tentu saja Liza tau itu masakan siapa. Itu adalah masakan Bibi Sartika. Dia biasanya juga memasak untuk para pelayan yang bekerja.Kedua gadis itu pengantin dari balik tembok.“Siapa yang memasak itu?” tanya Lily.“Dia itu namanya bibi Sartika. Tukang masak di sini. Tuan Kendrick juga sering memuji masakannya, loh!”“Tuan Kendrick pernah bilang masakannya mirip dengan masakan ibunya,” jelas Liza berbisik di telinga Lily.Suara perut keroncongan tiba-tiba terdengar. Lily malah mengira suara itu adalah suara kentut. Dia menutup hidungnya.“Kamu kentut?”“Bukan, itu suara perutku. Sekarang aku jadi sangat lapar.” Liza mengelus-ngelus perutnya dengan raut cemberut.“Aku juga ingin makan,” balas Lily juga memegang perutnya.Liza seketika menatapnya heran.“Hei?”“Bukannya kau tadi sudah makan bersama tuan Kendrick?”Duduk bersama di depan dapur, Lily dan Liza tak sabar menantikan gurami bumbu asam manis buatan Bibi Sartika.Di samping itu, Liza menoleh pada Lily dengan tangan kanannya yang menopang kepala. Dia menatapnya dengan pikiran yang bertanya-tanya. “Hei.”“Padahal kamu suka makan, kok gak gendut-gendut, sih?” tanya Liza yang sebenarnya iri. Berat badan gadis itu memang mudah naik.“Udah gen DNA. Kenapa? Kau Iri?” balas Lily dengan raut menyebalkannya. Tapi dia juga bermaksud bercanda.“Idih!” cela Liza memutarkan matanya ke samping. Dia mengalihkan pandangan, menurunkan tangan kanannya dan kembali menopang kepala dengan tangan kiri.“Aku hanya becanda, Liza,” bujuk Lily tertawa ringan padanya. Liza tak memedulikannya, tapi sebenarnya dia tersenyum.Gurami itu pun sudah siap. Bibi Sartika membawakannya ke atas meja. Kedua gadis itu langsung berebutan mengambil dagingnya, mereka memang sama-sama suka ikan tawar. Sampai akhirnya bagian itu dagingnya habis, Bibi Sartika pun membalik g
“Tuan, kau menungguku?” Saat itu Kendrick membakar rokoknya, tatapannya tajam pada Lily. Pria itu tak menjawab pertanyaannya, tiba-tiba dia beranjak. Pria itu masuk ke dalam mobil. Lily menghela nafas berat. Dia melangkah memasuki mobil, mengambil posisi duduk di samping Kendrick. “Kita akan ke mana?” Pria itu tak menjawab, dia tetap fokus pada setirnya. Lily lelah dengannya, gadis itu pun mengalihkan pandangannya ke luar jendela. “Kau marah karena aku tak menjawabmu?” Lily itu tak memedulikannya. Dia hanya menoleh sebentar, lalu mengabaikannya lagi. Pria itu melirik padanya. Dia tersenyum. Sebuah kafe out door yang berdampingan dengan laut lepas. Saat itu udaranya sejuk dan anginnya bertiup tak terlalu kencang. Kendrick sering berkunjung ke kafe ini karena menyukai pemandangannya. Duduk bersama sambil menikmati pemandangan laut, Kendrick melirik pada gadis yang masih marah itu. Wajahnya tetap murung, dia bahkan tak mau menoleh sedikit pun pada Kendrick. Padahal tadi Kendrick
Alarm berdering tepat di pukul 5 pagi. Mata Lily membuka perlahan, dia bangun dengan meregangkan otot-ototnya. Setelah mematikan alarm, gadis itu menggaruk-garuk kepala, saat itu dia masih setengah sadar. Matanya dalam kondisi terpejam. Lily membuka mata, dia pun dikejutkan oleh dua potong roti dan juga segelas susu di samping alarm itu. Itu adalah sandwich isi sayur selada, tomat, bawang bombai dan irisan daging sapi. Gadis itu mengambil satu potong roti dan susu itu. Dia tersenyum dengan perasaan heran. “Siapa yang meletakkannya di sini?” Lily melahap potongan roti itu hingga habis. Dia merasa seperti putri raja jika dilayani seperti itu. Gadis itu menginginkannya setiap hari. Setelah puas menghabiskan sandwich itu, dia meneguk susu hangatnya hingga habis. Dia menghela nafas lega. Tanpa sengaja dia juga bersendawa. “Ah. Aku makan lebih baik di sini daripada rumah sendiri.” Beranjak dari ranjangnya. Dia mengambil handuk dan pergi ke kamar mandi. “Andai saja dari dulu seperti
“Hai.”Perhatian Lily dan Kendrick tertuju padanya wanita itu adalah Amber Waverly. Tampilannya cukup berbeda, dia tampak anggun dengan full make up dan juga gaun panjang berwarna merahnya.Tatapannya Kendrick bergerak dari ujung kaki sampai ujung rambut. Wanita itu sekarang memakai sandal hak tinggi yang juga berwarna merah. Padahal biasanya dia tak pernah berani memakainya.“Kenapa tampilanmu tiba-tiba berbeda?”Pertanyaan Kendrick itu membuat wajahnya tampak sedikit tak nyaman.“Eh ... aku tadi baru datang dari acara fashion show.”Wanita itu tersenyum setelahnya.“Kemari.”“Duduklah di dekat Lily.”Amber mengangguk pelan. Dia pun melangkah, duduk di dekat Lily. Amber tersenyum lembut pada gadis itu. Dengan senang hati, Lily juga tersenyum padanya.Saat Lily fokus pada bukunya kembali. Amber tetap menatap gadis itu. Wajah gadis itu memang sangat putih dan mulus, tak pernah Amber melihat kulit yang lebih indah daripada kulit Lily.“Sepertinya bisnismu sekarang semakin ber
Gadis berambut merah jahe dan berkulit kuning kecokelatan. Wajahnya tampak begitu mirip dengan Lily. Itu membuat Lily yang penasaran mendekat dengan perlahan.Langkah Lily terhenti ketika melihat gadis itu menoleh pada seseorang dengan raut bahagia. Dia tiba-tiba berlari ke arah Amber Waverly, mereka pun langsung berpelukan. Dari cara mereka melepas rindu, mereka seperti orang yang tak bertemu bertahun-tahun. Mungkin gadis berambut jahe itu adalah sahabat Amber yang berpisah dengannya dari sekian lama.Lily hanya memerhatikan mereka dengan wajah heran. Ternyata gadis berambut jahe itu tak terlalu mirip dengannya jika dilihat dari depan. Dia memiliki hidung yang lurus, bibir yang tebal dan juga mata yang panjang namun tampak kecil. Lily sangat menyukai bentuk matanya.Gadis berambut merah jahe itu memerhatikan tubuh Amber, dia tampak begitu takjub. “Amber. Kamu sekarang sudah banyak berubah.” “Kamu semakin cantik dan semakin sukses.”Dengan senyum gembira, dia menjulurkan t
Bersandar di sofa sambil menikmati secangkir kopi. Saat ini Kendrick malas melakukan apa pun dan juga malas memikirkan apa pun. Tak ada yang membuatnya terkesan hari ini.Mengambil majalah hariannya. Kendrick membukanya selembar, membaca berita baru yang terjadi hari ini. Isinya hanyalah korban kecelakaan, kebakaran rumah dan beberapa iklan. Dia melemparkannya kembali ke meja. Berita yang dia harapkan tak pernah terjadi.Deringan telepon berbunyi. Kendrick sedikit melirik ke arahnya. Lagi-lagi itu telepon dari orang yang tak dikenal.Dengan gerakan malas, Kendrick mengambil ponselnya itu. Dia mengangkatnya.“Ini dengan Tuan Kendrick?” tanya penelepon itu.Kendrick sedikit kaget, ini pasti yang dia tunggu-tunggu.“Iya. Ini saya sendiri. Ada apa?”“Nama saya adalah Wilson. Saya adalah seseorang yang anda suruh untuk melacak sebuah peta.”Seketika Kendrick mengembangkan senyumnya dengan lebar.“Kau telah menemukan keberadaan ayahku?” tanya Kendrick sangat penasaran.“Saya tidak
“Halo? Apakah ini Lily?”Lily benar-benar kaget, rautnya seperti membeku dalam sesaat. Entah siapa yang meneleponnya, itu membuat Lily ketakutan.“Halo?”Seketika lamunan Lily bubar dengan terkejut. Dia membuat nafas gadis itu berdegup kencang.“Bukan. Aku bukan Lily.”“Tapi siapa kau? Apakah kau kenal dengan gadis bernama Lily itu?” ucapnya berusaha tenang. Gadis itu menelan salivanya dengan berat.Entah kenapa. Tiba-tiba pria penelepon itu tertawa. Mata Lily langsung membelalak.“Kau pikir aku tidak mengenalmu? Aku sangat hafal dengan suaramu yang manis itu.”Dahi Lily berkerut. Dia sangat penasaran siapa pria itu.“Kau siapa?”“Namaku Revan Narandra. Aku temanmu saat sekolah dulu. Waktu masih SMP,” jelasnya dengan nada lembut.Tentu saja Lily mengenalnya. Dia dahulu sangat akrab dengan Revan Narandra. Tapi dia masih bingung bagaimana Revan mengetahui nomer rumah ini.“Oh, iya! Aku masih ingat,” ucapnya dengan tersenyum lebar. Perasaannya berubah begitu cepat.“Bagaiman
“Apakah kau mengenal Revan?” Lily menatapnya dengan datar, tentu saja dia kaget dengan pertanyaan itu. “Kenal. Dia temanku saat sekolah menengah pertama. Memangnya kenapa?” Gadis itu tak langsung menjawab, dia malah memainkan jarinya. Itu membuat Lily semakin penasaran. “Apakah kau pernah memiliki hubungan dengannya? Sepertinya dia sangat perhatian padamu,” ucap Liza dengan malu-malu. Wajahnya tampak muram. Di hari biasanya, Lily tak pernah sedikit pun melihatnya muram. Lily menjadi curiga jika Revan memiliki hubungan spesial dengannya. “Sebentar.” “Kenapa kau bertanya seperti itu padaku? Apakah kau menyukainya?” Liza mengangkat wajahnya menatap Lily. Gadis itu begitu malu-malu, seakan-akan ada lem yang merapatkan mulutnya. “Anu.” Gadis itu tak langsung menjawab. Lily semakin la semakin kesal melihatnya seperti itu. Dia berdecak. “Liza, katakan!” Mata Liza seketika membelalak, kedua tangannya ke belakang menopang tubuhnya yang akan terjatuh. “Dia ... dia pacarku,” ucapnya