Share

007 – KENYATAAN YANG PAHIT

Verawati akan menjawab pertanyaan TT tentang kenapa Alanis diperlakukan kejam oleh Tresno.

“Alanis, itu, pelayan baru itu....”

Perkataan Verawati terhenti saat seorang pelayan masuk dan mengabarkan Alanis terjatuh saat disuruh membersihkan toren penampungan air.

TT langsung cemas. Saat Verawati menanyakan kondisi Alanis, sebelum pelayan menjawab TT terlebih dahulu secepat kilat keluar dari kamarnya.

Verawati agak aneh melihat reaksi anaknya, tapi tidak memusingkannya saat ini. Ia fokus dulu ke kondisi Alanis. Pelayan bilang kakinya terkilir saja. Tujuan pelayan datang ingin bertanya apakah perlu dibawa ke rumah sakit atau tidak.

Sedang terjadi perdebatan hebat di pos security antara Imas si kepala  pelayan dan pak Tatang si security kepercayaan TT tentang kondisi Alanis yang saat ini ada di depan mereka.

Gadis malang itu merintih kesakitan memegangi kakinya. Para pekerja yang jabatannya di bawah Imas dan Pak tatang hanya bisa menyaksikan tanpa mampu melerai.

“Nggak perlu ke rumah sakit!” bentak Imas

“Harus! Kalau neng Alanis kenapa-napa bagaimana?” balas Pak Tatang.

“Izin sanah sama Pak Tresno kalau berani!” sentak Imas lagi.

Pak Tatang langsung diam saat nama tuannya disebut.

CEKITTTT! Tiba-tiba mobil milik TT berhenti disana. Semua pekerja termasuk Alanis kompak memandang ke arah orang yang baru turun dari mobil tersebut.

Seorang lelaki bermasker dan mengenakan jaket hoodie yang tak lain adalah TT berjalan ke arah Alanis. Semua bertanya-tanya apakah ini si putra bungsu atau bukan?

Walaupun keyakinan mereka adalah memang benar si putra bungsu karena dilihat dari ciri-cirinya sama persis dengan si lelaki bermasker itu.

TT tiba-tiba langsung menggendong Alanis dan membawa Alanis menuju mobil Alanis makin bingung.

“Siapa dia? Kok berani-beraninya gendong gue tanpa ijin?”

Sekelumit pertanyaan dalam hati Alanis terhenti saat dia beradu pandang dengan sosok pria bermasker, Alanis sangat mengenal sorot mata tersebut.

“Apa mungkin dia?” batin Alanis bertanya-tanya

Hati Alanis jadi berdebar-debar menghadapi momen tak terduga ini.

“Mas TT?” bisik Alanis yang hanya bisa di dengar oleh TT.

Kembali dia merasakan sebuah perlakuan lembut dari perhatian tulus yang diberikan oleh TT.

Mata Alanis tak lepas untuk terus menatap TT. Dalam pelukan TT, Alanis merasa nyaman dan damai.TT tak menjawab pertanyaan Alanis, dia terus melangkah cepat membawa Alanis ke dalam mobil.

Semua yang ada disana tidak berani mencegah karena sudah meyakini bahwa sosok bermasker itu adalah putra bungsu pemilik rumah ini. Mereka hanya membiarkan mobil TT berlalu pergi meninggalkan rumah.

Dalam perjalanan, suasana masih hening. Kedua orang yang ada di dalam mobil membisu.

Alanis masih belum bisa memastikan sepenuhnya kalau sosok pria bermasker itu adalah TT, meski dia cukup yakin.

“Boleh dibuka sebentar maskernya?” pinta Alanis hati-hati sambil menggigit lidahnya di akhir kalimat.

TT melirik tipis melihat gesture wajah Alanis.

“Imut juga.”

Otak TT mulai berkelana melihat lidah Alanis yang menjulur dan tertahan di ujung bibirnya.

DUARRRR! TT menggelengkan kepalanya membuang semua pikiran kotor dan menggantinya dengan sikap jaim yang sudah menjadi ciri khasnya.

“Jangan banyak tanya dulu! Kaki kamu obatin dulu. Itu yang penting!” balas TT terhadap pertanyaan Alanis.

“Kita mau ke rumah sakit? Terus pekerjaan saya gimana, mas TT?” tanya Alanis cemas.

TT jadi kesel sendiri. Ini orang sudah yakin betul kalau dirinya adalah TT. Harapan TT saat menyamar adalah Alanis tidak akan menyangka siapa dirinya.

Dan kini tampaknya rencana dia untuk menyembunyikan jati dirinya sebagai putra Tresno kepada Alanis akan segera terbongkar.

 “Siapa itu TT? Saya enggak kenal!” sangkal TT sok akting di depan Alanis.

Alanis mengerutkan keningnya. Masa sih pikirnya. Sorot matanya dia sangat kenal. Suaranya jelas suara TT.

Tiba-tiba Alanis jadi parno sendiri memikirkan kemungkinan lain yang datang begitu saja menyusup ke otaknya.

“Kalau dia bukan mas TT? Jadi? Satu-satunya orang yang belum gue liat di rumah itu adalah purta bungsunya Pak Tresno. Tapi suara si putra bungsu menyebalkan itu beda banget sama cowok yang ada di samping gue sekarang. Jadi siapa orang ini?”

Alanis makin pusing. Dia memang menyangkal kemungkinan kalau orang yang disampingnya adalah putra bungsu keluarga Tresno.

Alanis menganggap sosok putra bungsu itu adalah sosok yang kejam, sama seperti bapaknya. Tidak mungkin mau menolong dirinya hingga mengantar ke rumah sakit.

Sampai di rumah sakit, TT memapah Alanis yang kesulitan berjalan akibat kakinya terkilir. TT memperlakukan Alanis dengan sangat lembut.

Dia tak segan memperlambat laju langkahnya untuk agar Alanis tidak perlu merasakan sakit yang lebih jika memaksakan untuk melangkah lebih cepat.

Alanis semakin yakin bahwa orang yang disampingnya adalah TT. Kini tidak ada keraguan lagi. Meski TT tetap bungkam tak mau menyebutkan siapa dirinya, perhatian tulus dan perlakuan lembut dari TT, Alanis tidak akan lupa bagaimana rasanya.

“Terima kasih, mas TT,” ucap tulus Alanis dalam hatinya sembari menatap wajah TT yang sedang memapahnya.

**

Imas mengadu pada Tresno soal putra bungsunya yang membawa Alanis ke rumah sakit. Yang buat Imas heran kenapa sampai memakai masker dan jaket hoodie untuk menutupi wajahnya.

BRAGHHH! Tresno menggebrak meja setelah mendengar laporan dari Imas.

“Sok baik! Dia belum tahu saja siapa gadis itu sebenarnya!” Umpat Tresno.

Verawati yang juga ada di sana coba menenangkan suaminya.

“Sudahlah mas, nggak perlu dikasitahu sama Bagus soal itu. kasian juga si Alanis. Nanti dia malah ikut-ikutan kayak kamu untuk bersikap kejam sama gadis itu,” bujuk Verawati.

“Harus begitu! Jadi bukan saya saja menyiksa dia. Biar saja si Bagus ikutan menyiksa dia. Biar tahu rasa! Salah sendiri dia sudah membunuh anak sulung saya! Kamu Vera, harusnya kamu juga ikut menyiksa dia. Gampang sekali kamu memaafkan pembunuh anak kandung kamu sendiri!” tegas Tresno.

“Alanis sudah menjalani hukuman di penjara, mas. Cukup. Tidak baik kita lama-lama menyimpan dendam, lebih baik mas Tresno maafkan Alanis ya, dan sudahi semuanya. Adam juga pasti sedih melihat sikap kamu seperti ini,” kata Verawati yang masih coba terus membujuk suaminya untuk merubah sikapnya terhadap Alanis.

“Sebelum saya puas, saya tidak akan berhenti!” bentak Tresno pada Verawati.

Verawati cuma bisa menghela nafas untuk bersabar menghadapi sikap keras suaminya.

Tiba—tiba...BRAAK!

Pintu terdorong keras dari luar dan TT muncul dengan wajah yang sangat marah.

“Papi bisa nggak bersikap lebih baik kepada Alanis?” teriak TT kepada Tresno.

Semua yang ada di sana kaget melihat kemunculan TT yang tiba-tiba dan langsung menyerang Tresno.

“Papi enggak jahat sama pelayan lain! Kenapa cuma sama Alanis papi begitu?” lanjut TT.

Mendengar TT membentaknya, Tresno jadi tersulut emosi juga dan langsung membalas tak kalah garang.

“Jangan sok jadi pahlawan! Kalau kamu tahu siapa dia sebenarnya, kamu juga akan bersikap yang sama seperti papi!” bentak Tresno.

TT tersentak mendengar perkataan Tresno. Siapa Alanis sebenarnya sampai-sampai Tresno begitu jahat sama dia. Apa ada hal penting yang berhubungan dengan keluarganya tentang Alanis dan TT tidak tahu?

Batin TT bertanya-tanya. Dia penasaran meski hati kecilnya pun merasa takut jika rahasia tentang Alanis itu akan berdampak buruk untuk perasaan sukanya terhadap Alanis yang semakin-hari semakin besar.

Siap tidak siap, TT akhirnya memberanikan untuk membunuh rasa penasarannya tentang siapa sebenarnya Alanis di mata Tresno.

“Oke! Jelasin semuanya tentang Alanis kepada Bagus, pi!” tantang TT kepada Tresno.

To be continue >>> 008

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Zi Aldina
nah loh ketahuan
goodnovel comment avatar
Alnayra
aarggg gemes
goodnovel comment avatar
Inthary
duh ketahuan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status