Share

47. Merah Darah

Author: Nadia Styn
last update Last Updated: 2025-11-28 00:45:05

Mark dan Alex berhenti mengobrol ketika kulanjutkan langkahku menuruni tangga, dan mungkin ketukan heels-ku terdengar lebih jelas oleh mereka.

Bersikap seakan tak dengar apa-apa, aku tersenyum pada mereka.

“Sebaiknya kita berangkat sekarang. Rapatmu pagi ini dimulai 45 menit lagi. Jalan raya bisa lebih macet dari biasanya,” kataku.

Mark mengangguk singkat. Setelahnya, kami beranjak keluar dari unit penthouse, sedangkan Alex masih di sana, sebab sudah berjanji pada Lily akan bermain dengannya sebentar sebelum berangkat sekolah.

Dalam perjalanan menuju Lawrence Company, selagi Mark menyetir mobil, aku berpikir keras bagaimana caranya untuk membuka obrolan dengan bosku itu.

Tapi di tengah kesibukanku berpikir keras, Mark malah lebih dulu bersuara, memecah keheningan yang terjalin di mobil.

“Kapan jadwalku kunjungan ke Florida?” tanya Mark.

Aku langsung menatapnya dan menjawab, “Hari Rabu pekan terakhir bulan ini. Masih sekitar tujuh belas hari lagi.”

“Oh.”

“Apa kau ingin menunda atau mem
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (5)
goodnovel comment avatar
Nathalie Simatupang
yes you are Ana..
goodnovel comment avatar
Anna Marianna
yee.. gpp deh Anna hamil klo mark ga mau kamu pergi aza nanti jg Mark nyariin lg wkwkwkw..
goodnovel comment avatar
sharliz_in
up lagi kak
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Gadis Mungil CEO: Mommy, Please Jadi Ibuku   91. Tubuh Mereka di Balik Selimut

    “Tadi siang, aku naik kuda putar bersama kakek di taman bermain.”Aku tersenyum pada Lily, sementara tanganku terus bergerak membantunya merapikan mainan. “Oh, ya? Apakah itu menyenangkan, Cantik?”Lily mengangguk berkali-kali dengan lengkungan manis yang terukir di bibirnya. “Menyenangkan sekali, Ibu! Kata nenek, karena minggu depan nenek dan kakek sudah pulang ke Florida, Ibu yang akan mengajakku ke taman bermain.”“Begitu, ya? Baiklah, Ibu akan mengajakmu ke sana minggu depan. Tapi....”Lily langsung mengerucutkan bibir begitu aku menyebut ‘tapi’, paham bahwa aku akan memberikan syarat.Aku tertawa pelan melihat reaksinya itu. Sambil duduk bersila di karpet bulu berwarna putih di kamar Lily, aku melanjutkan, “Tapi, anak Ibu yang cantik ini harus belajar menyusun mainan dengan rapi dulu. Supaya mainanmu tidak cepat rusak.”Meski sambil bersungut-sungut, tetapi Lily tidak membantah.Kubongkar kembali kotak penyimpanan mainan di kamarnya, lalu mengajaknya untuk merapikan mainan dengan

  • Gadis Mungil CEO: Mommy, Please Jadi Ibuku   90. Sisi Jahat yang Mulai Muncul

    “Aku berpikir untuk menceraikan Paula.” Mendengar kalimat yang dilontarkan Mark, aku tidak tahu harus bereaksi bagaimana. Apakah aku harus merasa prihatin? Atau justru... senang? Karena apabila dia dan Paula bercerai, ancaman yang mengintai jika aku mengaku padanya bahwa aku hamil, bisa berkurang, meski tak menutup kemungkinan dia tetap akan menyuruhku aborsi. Kudorong salivaku, lantas ragu-ragu bertanya, “Kenapa? Maksudku... kenapa kau berpikir melakukan itu?” Aku tahu, Mark enggan menjawab. Tak heran jika keheningan kembali menyelimuti atmosfer di sekeliling kami. Sampai akhirnya, mobil yang Mark kendarai berhenti di lampu merah persimpangan bercabang Fifth Avenue, Mark berkata, “Aku baru saja mendapatkan bukti kuat, bahwa Paula benar-benar selingkuh dariku selama di Berlin.” Aku terdiam. “Selama dua tahun, dia meninggalkanku dan Lily untuk selingkuh, Anna.” Mulutku semakin terkunci rapat. Begitu akhirnya Mark menoleh ke arahku, aku menemukan sebongkah luka ba

  • Gadis Mungil CEO: Mommy, Please Jadi Ibuku   89. Seakan Aku Tak Pernah Menelusuri Tubuhmu

    Aku memastikan rambutku sudah tertata rapi, sebelum kemudian berdiri tegak di depan cermin, dan berputar pelan untuk memandangi bagaimana gaun biru tua satin yang kukenakan terlihat di tubuhku.Gaun itu memiliki panjang semata kaki, tetapi bagian samping kirinya membelah, sehingga menampakkan kaki kiriku sampai paha.Model lengannya agak terbuka, dan bagian dadanya berbentuk V tanpa menonjolkan belahanku.Tapi terlepas dari bagaimana bagusnya model gaun itu, aku takjub pada betapa gaun itu pas sekali di tubuhku.Apakah Mark yang memilihkan ini sendiri untukku? Bagaimana dia bisa begitu akurat mengetahui ukuran tubuhku?“Anastasia.”Aku menoleh ke arah pintu kamar, mendengar suara Mark yang memanggil, sembari mengetuk pintu dengan ketukan halus.Kuraih tas hitamku di pinggir kasur, lantas bergegas untuk keluar dari kamar.“Aku sudah siap,” kataku begitu membuka pintu dan menemui Mark di depan kamar.Seharusnya Mark langsung menyuruhku untuk bergegas bersamanya.Tapi setelah kami berdir

  • Gadis Mungil CEO: Mommy, Please Jadi Ibuku   88. Pengasuh Anak yang Lancang

    “Steven?!” Aku sedikit membelalak. “Apa yang kau lakukan di sini?”“Menjemputmu,” jawabnya enteng. Dia menunjuk Jane dengan dagunya, lantas melanjutkan, “Jane bilang, ada ibu hamil yang membutuhkanku.”Aku tercengang.Segera kualihkan tatapanku ke arah Jane. “Kau memberitahunya?! Tanpa sepengetahuanku?!”Dia tidak menjawab, malah langsung memaksaku untuk masuk ke mobil.“Masuk dulu saja! Kita bicara di jalan,” katanya.Jane membuatku duduk di kursi depan, persis di samping Steven yang menyetir mobil. Sedangkan dia duduk di kursi belakang.Aku tak berhenti protes pada mereka berdua, terutama kepada Jane yang mendatangkan Steven tanpa mengatakan apa-apa dulu padaku.Saat aku baru selesai periksa kandungan pula.Itu memberi keterangan jelas bahwa Steven... sudah tahu aku hamil.“Ini demi kebaikanmu, Anna. Kau harus mulai membahas dengan Steven tentang kondisimu, bahwa kau mungkin ‘akan’ membutuhkan bantuannya jika situasi memburuk. Aku khawatir pada keselamatanmu dan bayimu,” tutur Jane.

  • Gadis Mungil CEO: Mommy, Please Jadi Ibuku   87. Membutuhkan Suami Orang

    Membawa amplop cokelat yang kuambil dari lemari, aku bergegas keluar dari kamar utama, dan menutup pintunya rapat-rapat seperti tak tersentuh.Cemas bukan main dengan nasib hasil USG pertamaku, aku masih gemetar ketika pergi ke kamarku di lantai bawah, lalu menyimpan amplop itu baik-baik di dalam tasku.Ini benar-benar gawat!Kenapa hasil USG itu tidak ada?!Mengingat benda itu ada di dalam kamar utama, maka jelas yang bisa menyentuhnya hanya Mark, Paula, dan mungkin pelayan yang bertugas membersihkan kamar.Tapi mana mungkin pelayan berani menyentuh barang yang kelihatan penting di dalam lemari?“Kemarilah, Anna! Minum teh bersama kami,” panggil Morgan Lawrence ketika aku baru menutup pintu kamar tamu yang kutempati.“I-iya, Tuan!” jawabku spontan.Setelah menarik napas dalam-dalam, lantas mengembuskannya perlahan—berusaha menenangkan diri—aku segera pergi ke ruang keluarga Lily bersama kakek dan neneknya mereka berada.Mereka sedang bersantai menikmati teh, sedangkan Lily menikmati

  • Gadis Mungil CEO: Mommy, Please Jadi Ibuku   86. Hasil USG yang Hilang

    “Anna, aku mencin—”Ucapan Mark yang tertahan dan tak diselesaikan itu, membuatku kepikiran sampai keesokan harinya.Kemarin, Mark pasti ingin bilang ‘Aku mencintaimu’, ‘kan?Atau aku yang terlalu percaya diri?Bahkan ketika berkegiatan bersama Lily dan orang tua Mark di penthouse, aku kerap melamun karena memikirkannya.Seperti Minggu pagi hari ini. Lily merengek meminta bermain sepatu roda di taman. Dan ketika aku menemani gadis kecil itu, aku sempat melamun menatap danau di kejauhan dari arena bermain sepatu roda anak-anak, lagi-lagi memikirkan perkataan Mark kemarin.“Ibu!”Aku segera tersadar dari lamunanku dan melempar pandangan ke sekeliling, mencari titik Lily menjerit memanggilku.Kudapati gadis pirang itu meluncur dengan sepatu roda pink-nya ke arahku, terburu-buru, hingga keseimbangannya hampir hilang.Beruntung, aku masih sempat bergerak cepat untuk bangkit dari duduk, lantas menangkap tubuh Lily yang sudah dekat denganku, sebelum dia terjerembab jatuh.“Pelan-pelan saja,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status