Beranda / Romansa / Gadis Nakal Milik CEO / Bab 4. Jangan Melewati Batas!

Share

Bab 4. Jangan Melewati Batas!

Penulis: Bluemoongirl
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-17 12:53:47

Lolita mencoba menyingkirkan hal-hal kotor dari dalam kepalanya. Dia tidak mau tenggelam dalam nafsunya lagi, dan berakhir terangsang seperti yang sudah-sudah.

Lolita memilih menyibukkan dirinya dengan membersihkan apartemen Edgar. Dia sudah menyapu, mengepel, dan mengelap perabotan di apartemen ini. Semua ruangan sudah bersih, hanya tinggal satu ruangan yang belum tersentuh. Yaitu kamar Edgar.

Kamar Edgar ada di samping kamar Lolita, tapi sejak Lolita menginjakkan kakinya di sini, dia sama sekali belum melihat seperti apa kamar Edgar. Dan tidak tahu alasan kenapa dia selalu dilarang memasuki ruangan itu. 

Dengan rasa penasaran Lolita melangkah menuju kamar Edgar yang pintunya tertutup. Dia mendorong pintu itu pelan sampai terbuka sebagian.

Aroma maskulin khas Edgar menyeruak menyambut penciuman Lolita. Lolita memejamkan kedua mata dan menghirup aroma yang sangat dia suka.

Lantas, Lolita bergerak pelan memasuki ruangan luas yang tampak seperti kamar pada umumnya, tidak ada yang mencurigakan bagi Lolita. Dia pun heran apa yang sebenarnya Edgar sembunyikan di kamarnya, sampai tidak memperbolehkan Lolita menginjak ruangan ini.

Pandangannya menyapu kamar Edgar yang didesain minimalis, tapi terkesan mewah. Tidak ada foto ataupun poster yang mengotori dinding bercat abu-abu terang itu. Meja kerja yang ada di pojok ruangan begitu rapi, dan terdapat banyak buku di sana. Lolita penasaran buku apa saja yang Edgar baca.

Lolita memiringkan kepalanya membaca judul buku-buku itu. Dia sudah menyerah sebelum membaca isinya, karena sepertinya otak kecil Lolita tidak akan bisa mencerna sesuatu yang rumit. Membuatnya menguras banyak tenaga hanya untuk berpikir.

Lolita mendesah sambil mendudukkan tubuh mungilnya di pinggir kasur. Tatapannya tersita pada tumpukan pakaian kotor Edgar yang ada di dalam keranjang di dekat kaki meja.

"Lebih baik aku mencucinya. Siapa tahu Om jadi senang dan tidak memarahiku lagi," cetus Lolita beranjak dari posisinya, membawa keranjang itu ke kamar mandi. 

Lolita memasukkan pakaian kotor Edgar satu per satu ke mesin cuci. Namun, saat memegang celana dalam milik Edgar, Lolita buru-buru melemparkan benda berbentuk segitiga itu dengan mata terpejam. 

Lolita merasa lega setelah berhasil memindahkan semuanya ke mesin cuci. Dia lalu menyalakan mesinnya dan pergi dari kamar Edgar untuk memesan makanan, karena perutnya sudah keroncongan minta diisi.

Saat menjelang malam. Edgar masih berada di perusahaan bersama asistennya.

Hari ini suasana hati Edgar sangat baik, karena tadi pagi dia berhasil membujuk investornya untuk mendukung kolaborasi produk kosmetik yang akan Edgar luncurkan di waktu dekat ini.

Edgar bahkan mengulas senyumnya sendiri, merasa senang sekaligus tidak sabar untuk segera mengeluarkan produk yang sudah dia rancang selama satu tahun lebih. Semuanya Edgar kerahkan demi bisa menciptakan produk terbaiknya. Kosmetik dengan sentuhan karya fashion desainer dunia pasti akan menggebrak dunia kecantikan. Edgar yakin produknya ini akan laris terjual. Sangat yakin. 

Lamunan Edgar diruntuhkan oleh ponselnya yang berdering nyaring.

"Mengganggu saja," celetuk Edgar mengambil ponselnya dan menerima panggilan dari Roy, sahabatnya sejak duduk di bangku sekolah.

"Ada apa, Roy?" tanya Edgar dengan malas.

"Edgar, untungnya aku bisa menghubungimu. Ada hal penting!" balas Roy dengan suara lantang, memekakkan telinga Edgar.

"Cepat katakan! Waktuku tidak banyak." Edgar mendengus sambil melirik jam yang melingkar di lengan kekarnya. Sudah jam delapan malam, waktunya dia pulang.

Roy kembali menyentak telinga Edgar dengan suaranya yang seperti toa. "Jadi begini, Edgar. Besok malam adalah pesta kelulusan Lolita. Bisakah kau datang untuk menjadi walinya? Dia tidak akan mau pergi kalau sendirian. Dan lagi, jika Lolita tetap tidak mau pergi bahkan saat kau mau menemaninya, kau paksa saja dia. Oke?"

Edgar menjauhkan ponsel dari telinganya, tapi dia masih bisa mendengar Roy yang ada di seberang sana. Dia hendak menolak, tapi dia sedang malas berdebat dengan Roy. Dia tidak mau suasana hatinya menjadi hancur karena Roy. Jadi, Edgar cukup menjawab iya. 

"Terima kasih, Edgar. Kau memang sahabat terbaikku."

Edgar memutar mata malas. "Kau selalu bilang begitu hanya ketika ada perlunya saja," decak Edgar langsung menutup teleponnya tanpa menunggu respon dari Roy.

Edgar mengambil jasnya yang tersampir di sandaran kursi, memakainya. Dia kemudian menyuruh Franklin yang sedari tadi duduk diam di dekatnya untuk bergegas pulang.

"Baik, Tuan," balas Franklin cepat.

Mobil yang membawa Edgar dan Franklin meluncur mulus di jalanan. Beruntung malam ini jalanan lebih lengang dari biasanya sehingga Edgar bisa pulang lebih cepat.

Sesampainya di apartemen, Edgar menaikkan sebelah alisnya saat melihat Lolita tertidur di sofa ruang tamu. Edgar melihat ke sekeliling, memeriksa apakah ada barangnya yang rusak. Helaan napas leganya terdengar begitu semua barangnya aman.

Edgar mendekati Lolita. Dia menendang kaki sofa untuk membangunkannya.

"Bangun! Tidurlah di kamarmu! Jangan di sini!" 

Lolita mengerjapkan matanya. "Om sudah pulang ya?"

Edgar mendengus. "Menurutmu?"

Lolita terkekeh pelan, mengira jika Edgar sedang mencoba untuk bergurau dengannya. "Om lucu juga."

Tawanya lenyap saat Lolita menyadari jika Edgar tidak sedang bercanda. Wajah Edgar terlalu serius dan keras untuk dikatakan bercanda.

Lolita terdiam sesaat. 

"Oh ya, Om. Tadi aku membelikan steak untuk Om dengan uang yang Om berikan. Om makan ya, sudah aku hangatkan," ucap Lolita lagi setelah bangkit duduk.

Edgar berjalan tak acuh melewati Lolita. "Kau makan saja, atau kau buang. Aku sudah kenyang."

Lolita menelan kekecewaannya, mendengar jawaban dari Edgar. Padahal dia sangat berharap Edgar mau makan steaknya karena Lolita jarang sekali melihat Edgar makan di apartemen. Tapi, ternyata pria itu menolaknya mentah-mentah.

"Baiklah. Biar aku yang habiskan. Makanan kan tidak boleh dibuang," ujar Lolita bergerak ke dapur.

Edgar melihat tumpukan pakaiannya yang sudah Lolita cuci di atas kasurnya. Kekesalan melingkupi Edgar karena Lolita dengan lancang masuk ke kamarnya. Bahkan menyentuh pakaiannya.

Dengan penuh emosi Edgar berderap menghampiri Lolita di dapur. Dia paling benci batas privasinya dilanggar begitu saja. Apalagi oleh orang asing seperti Lolita.

"Om, mau makan juga." Lolita memutar tubuhnya menghadap Edgar.

Tanpa berucap Edgar menyambar pergelangan tangan Lolita kasar, sampai garpu yang gadis itu pegang jatuh ke lantai. Lolita terkejut bercampur ngeri mendapati kemarahan Edgar yang tidak biasa.

"Om, sakit." Lolita meringis karena cengkeraman Edgar terlampau kuat di tangannya yang kecil dan rapuh.

"Aku sudah mengingatkanmu. Jangan melewati batas!"

-Bersambung-

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Gadis Nakal Milik CEO   Bab 123. Bonus

    "Winter!""Ya, Mom," balas Winter berlari ke arah Lolita yang duduk di sofa ruang tamu.Winter sekarang sudah remaja. Tingginya bahkan sudah melebihi tinggi Lolita. Senyumnya teramat manis, dan memiliki mata biru yang indah yang dia turunkan dari Edgar."Ada apa, Mom?" tanya Winter saat sudah berdiri di hadapan ibunya.Lolita saat ini sedang hamil tua. Dan dia sedang ingin makan sesuatu. "Felix ingin makan kue coklat. Bisakah kau membelikannya, Winter?"Winter memutar matanya malas. Dia lalu menatap perut ibunya yang sudah besar. "Bukan Felix yang ingin, tapi Mommy kan?"Lolita terkekeh pelan. "Kau tahu saja. Anggap saja yang ingin Felix. Kau harus membelikannya sekarang. Adikmu ini akan menendang-nendang kalau tidak segera dituruti permintaannya.""Baiklah. Aku pergi dulu, Mom." Winter berpamitan keluar pada Lolita setelah menerima uang dari Lolita. Karena Edgar masih belum pulang kerja, jadi dirinya yang bertugas menjaga ibunya yang hamil.Winter naik ke mobilnya yang menjadi hadiah

  • Gadis Nakal Milik CEO   Bab 122. The End

    Edgar dan Lolita kini sudah sampai di New York. Mereka akan meninggalkan bandara dan pergi menuju apartemen Jones untuk menjemput Winter."Tidak terasa satu minggu sudah berlalu. Aku sangat merindukan Winterku. Dia juga pasti akan merindukan Daddynya ini," tukas Edgar menghela napas lega sambil menggiring kopernya.Lolita mengangguk pelan. "Aku sudah tak sabar memeluk Winter lagi. Semoga dia tidak marah pada kita karena sudah meninggalkannya cukup lama."Edgar mengedikkan kedua bahunya samar. "Dia tidak akan marah. Aku sudah menyiapkan banyak mainan untuknya. Dan lagi pula Winter kan suka pria tampan. Sudah pasti dia tidak marah, dan justru senang karena tinggal bersama Jones dan Franklin."Lolita mengerucutkan bibirnya. "Tetap saja. Bagaimana kalau dia justru bertanya kita pergi ke mana? Dan kita melakukan apa selama kita pergi? Apa yang harus aku jawab, My Husband?"Edgar mengulas senyum. "Bilang saja kalau kita sedang ada urusan pekerjaan. Kita mencari uang untuk membelikan mainan

  • Gadis Nakal Milik CEO   Bab 121. Menyukai Papa Kuda

    Sudah lima hari Winter dan Boy tinggal di apartemen Jones. Kedua anak kecil ini selalu saja berbuat ulah, membuat Jones serta Franklin jadi kehabisan stok kesabarannya. Tapi, Jones dan Franklin berusaha untuk tetap menekan amarahnya setiap kali menghadapi dua bocah ajaib itu.Untung saja Winter dan Boy sudah menjadi lebih akrab. Jones dan Franklin jadi tidak perlu harus menemani mereka bermain. Yah, walau kadang kali Winter masih suka usil sampai membuat Boy menangis. Jones mendesah pelan. Dia dipusingkan oleh urusan perusahaan, ditambah dia juga harus mengurus Winter dan Boy. Kurang dua hari lagi, orang tua kedua bocah itu akan kembali. Dan di saat itu tiba, Jones akan tidur seharian untuk menukar tidurnya yang akhir-akhir ini selalu terganggu."Papa Kuda," panggil Winter berlari ke arah Jones yang baru saja mengistirahatkan tubuhnya di sofa.Jones yang awalnya membaringkan punggungnya ke sofa, segera menegakkan punggungnya kembali saat Winter sudah sampai di depannya. "Ya, Winter.

  • Gadis Nakal Milik CEO   Bab 120. Panggil Aku Om

    Sore harinya. Edgar dan Lolita menikmati sunset di pantai. Mereka duduk di pinggir pantai sambil menyesap minuman mereka.Edgar melingkarkan sebelah tangannya di pinggang Lolita. "Sunsetnya sangat cantik ya, My Lovely."Lolita mengangguk mengiyakan. "Iya, My Husband.""Secantik kau," balas Edgar membuat Lolita tersipu."My Husband bisa aja." Lolita mencubit lengan Edgar pelan.Edgar lalu mendekatkan wajahnya ke telinga Lolita, lalu berbisik, "Nanti malam aku mau lagi, My Lovely."Lolita mengernyit tak paham. "Mau apa?""Mau bercinta lagi denganmu," jawab Edgar mengulas senyumnya.Lolita bergeleng pelan. "My Husband, aku masih lelah. Tidak bisakah kita undur besok malam saja? Kita kan masih lama di Hawaii.""Baiklah. Aku akan menahannya, Lolita." Edgar menampakkan wajah kecewa.Lolita merasa gemas dengan Edgar yang seperti itu. Dia mencium bibir Edgar singkat dan tersenyum. "Begitu dong, sekali-sekali My Husband mau menurut."***Menjelang malam, Jones dan Franklin sibuk dengan balita

  • Gadis Nakal Milik CEO   Bab 119. Dua Papa Tampan

    "Ahh …. My Husband. Lagi. Lakukan lagi. Ini sangat nikmat." Lolita memejamkan kedua matanya saat Edgar menggenjot dirinya.Edgar semakin bersemangat. Dia sudah mencapai klimaksnya sampai dua kali, tapi dia tidak mengalami kelelahan sama sekali, dia justru semakin semangat dan semakin cepat menggerakkan miliknya pada milik Lolita. Sampai dia mencapai klimaksnya lagi bersamaan dengan Lolita."Thanks, My Lovely. Aku benar-benar senang bisa bercinta lagi denganmu." Edgar tersenyum, kemudian mencium bibir Lolita. Lolita balas tersenyum saat Edgar sudah melepaskan ciumannya. ***Nola dan Robert berjalan cepat dan tergesa-gesa karena takut terlambat jadwal penerbangannya ke Bali. Nola menggendong Boy yang sedang tertidur, sedang Robert membawa dua tas besar berisi semua keperluan Boy, termasuk mainan milik Boy. "Jones!" panggil Nola memencet bel apartemen Jones. Dia hendak memecet lagi saat Jones tak kunjung menyahut dari dalam, tapi diurungkan oleh kedatangan Franklin.Franklin mengerutk

  • Gadis Nakal Milik CEO   Bab 118. Pergi Honeymoon

    Waktu berjalan begitu cepat, dan saat yang paling ditunggu-tunggu Edgar akhirnya datang juga. Honeymoonnya dengan Lolita.Lolita yang awalnya ingin menunggu Winter berusia tiga tahun dulu, barulah dia dan Edgar akan pergi honeymoon. Memundurnya lagi satu tahun, karena dia begitu sibuk merawat Winter. Dan sekarang, tepatnya hari ini Lolita dan Edgar memutuskan akan pergi honeymoon ke Hawaii setelah sempat tertunda.Minggu lalu mereka baru saja merayakan ulang tahun Winter yang ke empat tahun. Mereka juga sudah memberitahukan rencana berlibur mereka pada Winter, tapi tidak mengatakan kalau sebenarnya yang mereka akan lakukan adalah honeymoon. Winter mengiyakannya, meski dengan syarat Edgar harus membelikan banyak mainan baru untuknya saat pulang nanti. Tentu, itu permintaan yang sangat gampang bagi Edgar. Dia langsung menyanggupi permintaan Winter dengan enteng.Kini Lolita dan Edgar pergi bersama Winter kecil ke apartemen Jones."Jones," panggil Edgar saat dia sudah sampai di depan apa

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status