21+! Warning adult content! Harap bijak dalam membaca. Edgar tidak pernah membayangkan jika dia akan tinggal bersama seorang gadis remaja yang tak lain anak dari sahabatnya, yang sengaja dititipkan di apartemennya karena sebuah urusan mendadak. Edgar tidak bisa bebas membawa wanita sewaannya ke apartemen karena Lolita memiliki banyak aturan. 'Tidak boleh bercinta, tidak boleh membawa pulang wanita, dan tidak boleh pulang dalam keadaan mabuk.' Tapi, peraturan ada untuk dilanggar bukan? Edgar kemudian menemukan dirinya mulai terpikat oleh Lolita. Gadis itu memiliki pesona yang sanggup membangkitkan gairah di dalam dirinya. Hubungan terlarang pun terjadi di antara keduanya. "Bagaimana kalau daddyku tahu soal ini, Om?" Lolita bertanya saat Edgar memeluk punggung telanjangnya. Edgar mengulas senyum. "Kau tidak perlu khawatir. Aku yang akan bertanggung jawab atas semua yang sudah kita lakukan." Cover: Pixabay. Edit: Free Canva
Lihat lebih banyakEdgar menarik napasnya, berusaha menekan amarahnya saat melihat dapurnya nyaris terbakar karena ulah gadis remaja yang kini berteriak histeris di sisinya.
"Om... kebakaran, Om!" teriak Lolita merapatkan tubuhnya pada Edgar.
"Apa yang kau lakukan tadi, huh! Bagaimana bisa terbakar?!" Kesabaran Edgar sekarang benar-benar menipis karena banyaknya kekacauan yang Lolita timbulkan di apartemennya. Setelah merobek sofanya, sekarang gadis itu nyaris membakar apartemennya!
Semua kekacauan ini terjadi sejak satu minggu yang lalu. Saat Roy, sahabat Edgar meminta Edgar untuk memperbolehkan Lolita, anaknya tinggal di apartemen Edgar untuk sementara.
Dengan alasan Roy ingin pulang kampung, tapi Lolita bersikukuh tidak mau ikut. Jadi, Roy memilih untuk menitipkan Lolita pada Edgar. Meski, sebenarnya Edgar bukanlah pilihan terbaik karena Roy tahu persis Edgar pria yang seperti apa. Mesum dan arogan! Tapi, Roy tidak memiliki saudara atau sahabat lain yang bisa dia minta tolongi.
Dan sejak saat itu, kehidupan Edgar yang tenang berubah.
"Aku hanya ingin memasakkan Om sarapan. Tapi, apinya justru menjadi besar saat aku meletakkan lap di sini," tunjuk Lolita ke arah samping kompor dengan bibir mengerucut, berharap dia bebas dari amukan Edgar. Karena kalau sampai pria itu marah, tamatlah riwayatnya. Bisa-bisa Lolita disuruh tidur di luar seperti ancaman yang sering Edgar lontarkan padanya.
"Om, bisa mengatasinya sendiri kan?" tanya Lolita sebelum Edgar memberikan respon karena terlalu terkejut dengan kelakuan ajaib Lolita ini. Semua benda yang Lolita pegang pasti berujung rusak kalau tidak pasti menimbulkan bencana bagi Edgar.
"Kalau Om bisa, aku pergi ke kamar dulu ya. Aku harus membalas pesan daddyku. Om tahu sendiri kan daddyku sangat cerewet." Lolita menepuk bahu kekar Edgar dan langsung melesat ke kamarnya, meninggalkan Edgar yang sekarang menggeram kesal.
"Arghh… menyebalkan! Dasar gadis pembuat ulah!"
Lolita menutup pintu kamarnya dan menguncinya. Dia melepaskan napas lega dari hidung mungilnya. Akhirnya dia terbebas dari amukan Edgar.
"Bagaimana ya liburan daddy di rumah nenek?" Lolita meraih ponselnya di meja dan membuka akun sosial media ayahnya. Dia mengulas senyum begitu melihat ayahnya berkubang di lumpur bersama babi-babi yang diternak neneknya. Tapi, senyumnya memudar setelah menemukan foto di slide berikutnya. Di dalam foto tersebut terlihat ayahnya duduk bersama neneknya, dan anak laki-laki yang merupakan cucu kedua dari keluarga Clark. Mereka tampak bahagia dengan senyum merekah yang mereka tunjukkan. Meski, Lolita cucu pertama, tapi dia tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari neneknya. Neneknya begitu membenci Lolita karena mendiang ibu Lolita merupakan bekas pelacur yang menikah dengan putra sulungnya. Padahal itu bukan murni kesalahan Lolita, tapi dia selalu dicap sebagai anak pembawa sial, bahkan di saat dia masih kecil.
Lolita meletakkan ponselnya kembali ke meja dengan murung. Bahkan kekasihnya memilih untuk memutuskannya karena dia tidak mau ikut terbawa sial oleh Lolita.
"Lolita!" teriakan Edgar yang menggelegar menyentak Lolita dari lamunannya.
"Waduh, mati aku!" Lolita beringsut turun dari tepi tempat tidur. Dia melangkah pelan dan hati-hati menghampiri Edgar.
"Ada apa, Om?" tanya Lolita dengan wajah polos yang semakin memancing emosi Edgar berkobar kembali.
"Cepat kau bersihkan lantai dapur yang sudah kau buat gosong! Dan jangan pernah menyentuh apapun di dapurku lagi!" Edgar melempar kain lap ke arah Lolita. Dia kemudian pergi untuk menenangkan pikirannya.
"Lihat, Lolita. Kau memang pembawa sial." Lolita menatap lantai yang kotor dengan pandangan sendu. Tapi, kemudian dia menggenggam tangannya untuk menyemangati dirinya. "Kau pasti bisa, Lolita. Kau bukan pembawa sial. Kau hanya kurang hati-hati."
Baru saja Lolita berhenti berucap, dia tidak sengaja mengibaskan lapnya sampai terlepas dari tangannya. Lap itu mendarat di meja makan, membuat vas bunga di sana jatuh ke lantai dan pecah menjadi beberapa bagian.
"Bagaimana ini? Vas bunganya pasti mahal."
Sementara itu, di sebuah club malam paling eksklusif di kota New York, Edgar sedang memarkir mobilnya. Lalu, dia melangkah tegas menuju ruangan VIP yang selalu tersedia untuknya.
Semua pengunjung club terpana melihat ketampanan Edgar, CEO perusahaan kosmetik Beauty Corp yang sedang menduduki peringkat tertinggi dunia bisnis.
Selain tampan, Edgar juga memiliki tubuh yang bagus, dan kekayaan yang melimpah. Semua wanita rela mengantre untuk menjadi istrinya. Tapi sayangnya Edgar tidak memerlukan seorang istri. Dia sudah menutup pintu hatinya sejak lama.
"Tuan Edgar," sapa pemilik club yang begitu menyegani Edgar.
"Panggilkan Loren sekarang! Suruh dia memakai pakaian yang baru saja aku belikan," balas Edgar kepada pemilik club.
"Baik, Tuan." Pemilik club membungkuk singkat dan berderap memanggil Loren, salah satu wanita sewaan yang bekerja di club ini, yang sudah menjadi langganan Edgar.
Edgar menunggu di dalam ruang VIP dengan menyesap sampanye pesanannya. Dia lalu menarik alis tebalnya ke atas begitu seorang wanita muncul dari balik pintu yang terbuka.
Wanita berambut pirang dengan tubuh molek yang hanya dilapisi lingerie berbahan tipis melangkah mendekati Edgar. Dia tersenyum senang melihat Edgar lagi setelah dua hari pria itu tak memunculkan batang hidungnya di club.
"Tuan Edgar, senang bisa melihat Anda lagi. Saya sangat merindukan Anda. Merindukan sentuhan Anda, dan milik Anda." Si wanita duduk di pangkuan Edgar. Salah satu tangannya mengelus kejantanan Edgar yang masih dilapisi celana.
Edgar mendesah pelan karena gerakan tangan Loren di kejantanannya. "Ah... kau semakin liar, Loren."
-Bersambung-
"Winter!""Ya, Mom," balas Winter berlari ke arah Lolita yang duduk di sofa ruang tamu.Winter sekarang sudah remaja. Tingginya bahkan sudah melebihi tinggi Lolita. Senyumnya teramat manis, dan memiliki mata biru yang indah yang dia turunkan dari Edgar."Ada apa, Mom?" tanya Winter saat sudah berdiri di hadapan ibunya.Lolita saat ini sedang hamil tua. Dan dia sedang ingin makan sesuatu. "Felix ingin makan kue coklat. Bisakah kau membelikannya, Winter?"Winter memutar matanya malas. Dia lalu menatap perut ibunya yang sudah besar. "Bukan Felix yang ingin, tapi Mommy kan?"Lolita terkekeh pelan. "Kau tahu saja. Anggap saja yang ingin Felix. Kau harus membelikannya sekarang. Adikmu ini akan menendang-nendang kalau tidak segera dituruti permintaannya.""Baiklah. Aku pergi dulu, Mom." Winter berpamitan keluar pada Lolita setelah menerima uang dari Lolita. Karena Edgar masih belum pulang kerja, jadi dirinya yang bertugas menjaga ibunya yang hamil.Winter naik ke mobilnya yang menjadi hadiah
Edgar dan Lolita kini sudah sampai di New York. Mereka akan meninggalkan bandara dan pergi menuju apartemen Jones untuk menjemput Winter."Tidak terasa satu minggu sudah berlalu. Aku sangat merindukan Winterku. Dia juga pasti akan merindukan Daddynya ini," tukas Edgar menghela napas lega sambil menggiring kopernya.Lolita mengangguk pelan. "Aku sudah tak sabar memeluk Winter lagi. Semoga dia tidak marah pada kita karena sudah meninggalkannya cukup lama."Edgar mengedikkan kedua bahunya samar. "Dia tidak akan marah. Aku sudah menyiapkan banyak mainan untuknya. Dan lagi pula Winter kan suka pria tampan. Sudah pasti dia tidak marah, dan justru senang karena tinggal bersama Jones dan Franklin."Lolita mengerucutkan bibirnya. "Tetap saja. Bagaimana kalau dia justru bertanya kita pergi ke mana? Dan kita melakukan apa selama kita pergi? Apa yang harus aku jawab, My Husband?"Edgar mengulas senyum. "Bilang saja kalau kita sedang ada urusan pekerjaan. Kita mencari uang untuk membelikan mainan
Sudah lima hari Winter dan Boy tinggal di apartemen Jones. Kedua anak kecil ini selalu saja berbuat ulah, membuat Jones serta Franklin jadi kehabisan stok kesabarannya. Tapi, Jones dan Franklin berusaha untuk tetap menekan amarahnya setiap kali menghadapi dua bocah ajaib itu.Untung saja Winter dan Boy sudah menjadi lebih akrab. Jones dan Franklin jadi tidak perlu harus menemani mereka bermain. Yah, walau kadang kali Winter masih suka usil sampai membuat Boy menangis. Jones mendesah pelan. Dia dipusingkan oleh urusan perusahaan, ditambah dia juga harus mengurus Winter dan Boy. Kurang dua hari lagi, orang tua kedua bocah itu akan kembali. Dan di saat itu tiba, Jones akan tidur seharian untuk menukar tidurnya yang akhir-akhir ini selalu terganggu."Papa Kuda," panggil Winter berlari ke arah Jones yang baru saja mengistirahatkan tubuhnya di sofa.Jones yang awalnya membaringkan punggungnya ke sofa, segera menegakkan punggungnya kembali saat Winter sudah sampai di depannya. "Ya, Winter.
Sore harinya. Edgar dan Lolita menikmati sunset di pantai. Mereka duduk di pinggir pantai sambil menyesap minuman mereka.Edgar melingkarkan sebelah tangannya di pinggang Lolita. "Sunsetnya sangat cantik ya, My Lovely."Lolita mengangguk mengiyakan. "Iya, My Husband.""Secantik kau," balas Edgar membuat Lolita tersipu."My Husband bisa aja." Lolita mencubit lengan Edgar pelan.Edgar lalu mendekatkan wajahnya ke telinga Lolita, lalu berbisik, "Nanti malam aku mau lagi, My Lovely."Lolita mengernyit tak paham. "Mau apa?""Mau bercinta lagi denganmu," jawab Edgar mengulas senyumnya.Lolita bergeleng pelan. "My Husband, aku masih lelah. Tidak bisakah kita undur besok malam saja? Kita kan masih lama di Hawaii.""Baiklah. Aku akan menahannya, Lolita." Edgar menampakkan wajah kecewa.Lolita merasa gemas dengan Edgar yang seperti itu. Dia mencium bibir Edgar singkat dan tersenyum. "Begitu dong, sekali-sekali My Husband mau menurut."***Menjelang malam, Jones dan Franklin sibuk dengan balita
"Ahh …. My Husband. Lagi. Lakukan lagi. Ini sangat nikmat." Lolita memejamkan kedua matanya saat Edgar menggenjot dirinya.Edgar semakin bersemangat. Dia sudah mencapai klimaksnya sampai dua kali, tapi dia tidak mengalami kelelahan sama sekali, dia justru semakin semangat dan semakin cepat menggerakkan miliknya pada milik Lolita. Sampai dia mencapai klimaksnya lagi bersamaan dengan Lolita."Thanks, My Lovely. Aku benar-benar senang bisa bercinta lagi denganmu." Edgar tersenyum, kemudian mencium bibir Lolita. Lolita balas tersenyum saat Edgar sudah melepaskan ciumannya. ***Nola dan Robert berjalan cepat dan tergesa-gesa karena takut terlambat jadwal penerbangannya ke Bali. Nola menggendong Boy yang sedang tertidur, sedang Robert membawa dua tas besar berisi semua keperluan Boy, termasuk mainan milik Boy. "Jones!" panggil Nola memencet bel apartemen Jones. Dia hendak memecet lagi saat Jones tak kunjung menyahut dari dalam, tapi diurungkan oleh kedatangan Franklin.Franklin mengerutk
Waktu berjalan begitu cepat, dan saat yang paling ditunggu-tunggu Edgar akhirnya datang juga. Honeymoonnya dengan Lolita.Lolita yang awalnya ingin menunggu Winter berusia tiga tahun dulu, barulah dia dan Edgar akan pergi honeymoon. Memundurnya lagi satu tahun, karena dia begitu sibuk merawat Winter. Dan sekarang, tepatnya hari ini Lolita dan Edgar memutuskan akan pergi honeymoon ke Hawaii setelah sempat tertunda.Minggu lalu mereka baru saja merayakan ulang tahun Winter yang ke empat tahun. Mereka juga sudah memberitahukan rencana berlibur mereka pada Winter, tapi tidak mengatakan kalau sebenarnya yang mereka akan lakukan adalah honeymoon. Winter mengiyakannya, meski dengan syarat Edgar harus membelikan banyak mainan baru untuknya saat pulang nanti. Tentu, itu permintaan yang sangat gampang bagi Edgar. Dia langsung menyanggupi permintaan Winter dengan enteng.Kini Lolita dan Edgar pergi bersama Winter kecil ke apartemen Jones."Jones," panggil Edgar saat dia sudah sampai di depan apa
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen