Home / Romansa / Gadis Pemuas Tuan Mahen / Hampir tertangkap!

Share

Hampir tertangkap!

last update Last Updated: 2024-02-29 08:40:38

Arleta berjalan gontai melangkah masuk kedalam rumah. Menjatuhkan bobotnya di kursi usang yang ada di ruang tamu.

Arleta menyandarkan punggung di sandaran kursi, berkali-kali Arleta menarik nafas panjang, kemudian menghembuskan dengan perlahan.

Hal itu Arleta lakukan untuk menetralisir rasa sesak di dalam dada.

" Huhf. Sial bener hari ini, padahal aku sudah berharap bisa dapat gaji yang lumayan,tapi itu hanya mimpi saja! Sekarang bagaimana aku mendapatkan uang!" keluh Arleta.

" Kenapa orang  tadi sombong banget, kesalahan aku yang tak seberapa tapi aku pria menyebalkan itu bisa membuat aku dipecat saja. Ck! Menyebalkan!" umpat Arleta kembali.

Di balik Arleta  itu merasa sangat sedih dengan apa dialaminya. Tapi walau bagaimana? Arleta meyakinkan dirinya sendiri untuk tidak boleh menyerah dengan keadaan.

Brak!

Brak!

Arleta terlonjak kaget, saat pintu rumahnya diketuk dengan kasar.

Arleta segera bersembunyi di bawah kolong ranjang miliknya.

Tubuhnya bergetar hebat, saking takutnya. Arleta tau siapa yang ada di balik pintu.

“Bagaimana ini! Tidak! Aku tidak ingin menikah dengan pria tua bangka, itu! Tapi bagaimana caranya aku mendapatkan uang.” 

Brak!

Brak!

“Arleta buka pintunya! Saya tahu kamu ada di dalam!”  pria tua yang terkenal dengan bos rentenir itu teriak marah di deoan pintu rumah gubuk Arleta.

Arleta menggeleng, Arleta membekap mulutnya sendiri agar tidak bersuara.

“Arleta! Keluar!”

“Kalau tidak! Aku akan pastikan anak buahku yang akan menyeretmu kemari! Atau kau ingin aku sendiri yang menjemputmu sayang!” ucapnya.

Arleta bergidik ngeri mendengar teriakan-teriakan yang ditujukan untuknya.

Arleta tetap bertahan, memilih tetap  bersembunyi.

Brak!

Terdengar pintu di dobrak.

Arleta semakin ketakutan, dia memeluk tubuh kecilnya, membekap mulut agar tidak bersuara. Arleta mencoba diam dalam ketakutan, matanya tertutup rapat. Hanya telinga yang Arleta gunakan, untuk mendengar apa yang akan terjadi selanjutnya.

‘Tuhan! Tolong! Tolong selamatkan aku dari pria tua bangka, biadab itu!’

‘Ayah! Apa salah Leta yah? Tolong! Leta takut yah’ Leta hanya mampu menjerit dalam hati. Arleta menagis dalam diam.

Terdengar derap langkah mendekat. Sepertinya bukan hanya satu orang yang menggeledah rumah Arleta.

Karena terdengar dari suara langkah kaki mereka yang seprtinya, ada yang melangkah ke dapur dan ke dalam kamarnya.

Sedangkan Arleta bersembunyi di kamar kedua, yang biasa di gunakan ayahnya semasa hidup.

“Di dapur, tidak ada bos!” teriak seseorang.

“Di sini juga ada bos!” sahut yang lain.

“Bodoh! Cari yang benar! Menangkap perempuan saja tidak becus!”  terdengar bentakan dari si tua bangka.

“Cari yang benar! Cari dia sampai ke dalam lubang semut sekalipun!” titahnya.

“Baik bos!”.kedua preman itu menjawab secara bersamaan.

“Kamar ini belum kamu periksa bos.” ucap salah satu dari mereka.

“Bodoh! Terus kenapa masih berdiri di situ hah!”

‘Bagaimana ini?’ 

Jika mereka masuk, bisa di pastika mereka akan menemukan Alana.

kriet!

Pintu terbuka, Arleta memejamkan mata rapat-rapat.

“Cepat cari! Bos bisa marah nanti!” titah salah satu dari merek.

Langkah kaki terdengar, mendekati lemari.

Kriet!

Brak!

Pintu lemari terdengar di buka dengan kencang.

“Disini tidak ada!” teriaknya.

“Disini juga tidak ada!” terdengar sahutan dari rekannya. 

Arleta sempat mengintip, di balik jari-jari tangannya. Terlihat kaki kedua orang preman itu berhenti tepat di samping ranjang.

 

“Sial! Kemana sebenarnya gadis itu? Ah! Menyusahkan saja!

“Bos. Akan marah jika kita tidak mendapatkannya!”

Keduanya saling tatap, lalu tersenyum. Masing-masing dari mereka melirik ranjang yang ada di belakang mereka. 

Kedua preman itu berkomunikasi lewat bahasa tubuh.

Terdengar langkah kaki berjalan ke sebelah sana, dan yang satu masih di sebelah sini.

Jantung Arleta benar-benar ingin meledak saat ini juga. Rasa takut yang teramat membuatnya hanya mampu menahan isakan agar tidak terdengar oleh mereka.

“Arleta! Arleta! Ayolah, keluar . Atau mau abang saja yang keluarkan?”

“Ayolah sayang. Menurutlah pada abang. Abang tahu loh! Dimana Arleta. Ayolah, kita kerjasama, abang gak kan bilang sama si bos asal Arleta mau bersenang-senang dengan kita berdua. Bagaimana?” tanyanya dengan pelan, namun terasa sangat mengancam untuk Arleta.

Arleta menggeleng lemah.

Arletaa rasa hari ini adalah hari terakhirnya, jika dirinya saat ini tertangkap. Arleta sudah memutuskan, apapun caranya nanti.

Arleta tidak ingin melanjutkan hidupnya lagi.

‘Ayah! Leta akan menyusul ayah nanti! Tunggu! Tunggu yah, Leta akan temani ayah nanti.’

Brak!

“Sepertinya Arleta ini suka kali dengan, petak umpet. Bila macam itu, mari kita tangkap saja bang!”

“Kau benar! Mari kita tangkap bersama!”

“Satu!”

“Dua!”

“Ti..”

Baru sja keduanya akan menengok bawah ranjang, teriakan pria tua bangka itu kembali terdengar.

“Kalian berdua! Kemari!”  teriaknya, memanggil kedua anak buah peremannya.

Keduanya kembali berdiri, “Ayo. Si bos udah manggik itu! Bisa kena semprot nanti kita.” ajak salah satu dari mereka.

“Ayo!” jawabnya. Kemudian terdengar langkah kaki yang menjauh.

Huft!

Arleta bernafas lega saat kedua preman itu pergi menjauh dari kamar ini.

Terdengar dari depan kedua  preman itu, kena marah si tua bangka!, setelah itu terdengar suara langkah kaki menjauh. 

Walau saat ini Arleta bisa terbebas dari rentenir itu, namun Arleta harus tetap waspada.

Arleta sangat yakin, jika mereka akan  kembali kemari, jika Arleta tidak segera membayar hutangnya.

Perlahan Arleta bergerak mundur, lalu segera keluar dari persembunyiannya.

Setelah berhasil keluar, Arleta bangkit, lalu mendudukan tubuhnya di atas ranjang.

“Syukurlah! Aku tidak tertangkap oleh mereka.” ucap Arleta bernafas lega.

Arleta bergidik ngeri membayangkan, jika harus menikah dengan tua bangka. Yang umurnya saja hampir sama dengan ayah Arleta.

“Dasar pria tua bangka tidak inget umur! Sudah tua! Istri juga sudah empat, masih saja! Mencari mangsa gadis abg.”

“Hih!” bahu Arleta bergetar sanging ngerinya.

Lalu mata Arleta menyusur keadaan sekeliling, matanya, tertuju pada  pintu lemari yang sudah rusak, akibat dibanting keras tadi.

“Astaga! Pintunya lemarinya jadi rusak seperti itu!”

“Dasar manusia-manusia tidak punya hati! Masuk rumah orang maksa! Ngerusak pula!”

“Huh! Nasib si miskin, begini amat ya tuhan!”.keluh Arleta. 

Arleta bangkit, dengan mengendap Arleta berjalan, tiba di pintu kamar, dia mengeluarkan kepalanya sedikit, untuk mengintip. Setelah memastikan aman, Arleta segera berlari menuju pintu depan, lalu menarik pintu kemudian menutupnya.

Untung saja pintunya tidak ikut di rusak juga.  Kalau rusak, bagaimana pula Arleta akan membenarkannya.

Pintu berhasil ditutup, Arleta segera menguncinya kembali. Setelah itu Arleta langsung berlari menuju kamarnya.

Rasa lapar yang tadi sempat hinggap, kini hilang sudah! 

Arleta yang masih ketakutan, memilih meringkuk di atas kasur dengan selimut menutupi tubuhnya.

Tidak ada sanak saudara yang bisa Arleta mintai pertolongan atau pun melindungi dirinya dari pria tua bangka itu.

Arleta sendiri! 

Benar-benar sendiri!

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gadis Pemuas Tuan Mahen   Cahaya dan bayangan

    Mahesa berdiri di pinggir jurang, memandang ke kejauhan, ke arah dunia yang terbentang luas. Dunia yang telah dia selamatkan, namun kini terasa jauh berbeda, seolah-olah seberkas cahaya dan bayangan bercampur dalam dirinya. Kekuatan Pohon Kehidupan yang telah mengalir di tubuhnya selama ini berpadu dengan kekuatan Bayangan Abadi, warisan dari leluhur yang terpendam jauh di dalam dirinya. Dia merasakan dua sisi yang bertarung dalam dirinya, cahaya yang membawa kehidupan dan bayangan yang membawa kegelapan. Seiring dengan berjalannya waktu, Mahesa menyadari bahwa dirinya kini bukan hanya seorang manusia biasa, tetapi juga penjaga antara dua dunia: dunia yang terang dan dunia yang gelap. Pohon Kehidupan, yang telah lama menjadi pusat keseimbangan di dunia ini, kini memiliki tugas baru, menjaga keseimbangan antara keduanya. Namun, tidak ada yang pernah mempersiapkan Mahesa untuk peran yang lebih besar daripada yang dia bayangkan. Kekuatan yang ada padanya bukan hanya milik dirinya, tet

  • Gadis Pemuas Tuan Mahen   Pilihan yang tidak terelakan

    Langit di atas Pohon Kehidupan mulai berubah, berlapis warna keemasan yang memancar seperti aurora. Namun, ada ketegangan yang merayap di udara, menciptakan rasa genting yang tidak bisa dijelaskan. Arleta dan Mahen berdiri di depan pohon itu, memandangi sesuatu yang baru saja mereka temukan—sebuah artefak kuno berbentuk orb kristal yang bersinar lembut.Nyai Sekar, yang berdiri di belakang mereka, tampak gelisah. “Ini adalah Artefak Kebangkitan,” katanya dengan nada berat. “Ia memiliki kekuatan untuk membawa kembali roh yang terikat dengan Pohon Kehidupan ke dunia nyata. Tetapi ada harga yang harus dibayar.”Arleta menatap artefak itu dengan campuran harapan dan ketakutan. “Apa harganya, Nyai?”Nyai Sekar menggeleng perlahan. “Membawa kembali satu jiwa akan mengganggu keseimbangan dunia. Kegelapan akan mendapat jalan untuk merasuki dunia ini, lebih kuat dari sebelumnya.”Mahen mengepalkan tangan, menatap artefak itu dengan mata penuh tekad. “Dia adalah anak kami. Jika ada kesempatan u

  • Gadis Pemuas Tuan Mahen   Jejak yang tersisa

    Pohon Kehidupan berdiri megah di tengah hutan lebat, cabang-cabangnya menjulang tinggi ke langit, dan daunnya bersinar lembut, memancarkan kehangatan yang menenangkan. Namun, sejak pengorbanan Mahesa untuk menyelamatkan dunia dari kehancuran Bayangan Abadi, ada perubahan yang sulit diabaikan. Pohon itu tampak lebih hidup dari sebelumnya, dan bunga-bunga liar bermekaran di sekitar akarnya dengan warna-warna cerah yang tidak biasa.Arleta duduk di akar pohon, tangannya memegang kelopak bunga biru yang baru saja ia petik. “Mahen,” panggilnya, suaranya lembut tapi penuh kerinduan. “Aku merasa seperti dia masih di sini.”Mahen, yang berdiri tidak jauh darinya, memandang istrinya dengan mata yang penuh kesedihan dan cinta. “Aku juga merasakannya,” jawabnya. “Semua ini... keanehan yang terjadi sejak Mahesa pergi, seolah-olah dia masih berusaha berbicara kepada kita.”Malam itu, saat mereka tidur di rumah sederhana yang mereka bangun tak jauh dari Pohon Kehidupan, Arleta bermimpi. Dalam mimpi

  • Gadis Pemuas Tuan Mahen   Cahaya di tengah kegelapan.

    Langit masih dihiasi semburat jingga saat Mahesa membuka matanya perlahan. Tubuhnya terasa ringan, namun hati dan pikirannya penuh dengan beban keputusan yang harus diambil. Pohon Kehidupan berdiri di depannya, memancarkan cahaya lembut, seperti sebuah lentera yang tetap menyala di tengah malam tergelap.Suara lembut Nyai Sekar memecah keheningan. "Mahesa, kau telah menunjukkan keberanian yang luar biasa. Namun, perjalanan ini belum selesai."Mahesa menatap Nyai Sekar dengan mata penuh tekad. "Aku akan melakukan apa saja untuk melindungi dunia ini, meskipun itu berarti aku harus kehilangan segalanya."Nyai Sekar tersenyum tipis, tetapi kesedihan tampak di matanya. "Terkadang, melindungi berarti memilih untuk hidup dan bertahan, bukan mengorbankan segalanya. Kau harus belajar bahwa harapan tidak hanya berasal dari pengorbanan, tapi juga dari keberlanjutan perjuangan."Mahesa terdiam, hatinya bimbang. Ia tahu betul bahwa Bayangan Abadi masih menunggu untuk dihancurkan, namun pertanyaan

  • Gadis Pemuas Tuan Mahen   Pilihan yang sulit

    Arleta dan Mahen berdiri di tengah reruntuhan jembatan yang baru saja mereka lewati. Suasana sunyi, hanya suara napas mereka yang terdengar di antara kepulan debu dan kilauan cahaya samar dari Pohon Kehidupan yang kini mulai meredup. “Aku tidak bisa kehilangan dia lagi, Mahen,” kata Arleta, suaranya pecah di tengah isak tertahan. “Mahesa adalah alasan kita ada di sini.” Mahen menggenggam tangan Arleta erat, matanya menatap jauh ke arah tempat Mahesa dan Lirya menghilang. “Kita akan menemukannya. Aku janji. Tapi kita harus tetap fokus. Lirya semakin kuat, dan waktu kita tidak banyak.” Di depan mereka, sebuah jalan setapak yang penuh dengan akar bercahaya mulai terbuka, seolah Pohon Kehidupan memberi mereka petunjuk. Tanpa ragu, mereka melangkah maju, meski tubuh mereka masih terasa lemah akibat serangan terakhir Lirya. Semakin jauh mereka berjalan, suasana berubah semakin mencekam. Cahaya yang sebelumnya lembut kini berubah menjadi redup, hampir seperti nyala lilin yang hampir p

  • Gadis Pemuas Tuan Mahen   Memasuki dunia yanh hilang

    Mahen dan Arleta berdiri di depan gerbang besar yang bercahaya redup. Angin dingin menerpa wajah mereka, membawa bisikan halus seperti suara ribuan jiwa yang terperangkap di dalam. Di balik pintu itu adalah dunia yang tidak mereka kenal, namun takdir telah membawa mereka ke sini.Arleta menggenggam tangan Mahen erat, tatapannya penuh dengan keteguhan meskipun hatinya berdebar hebat. “Kita harus lakukan ini bersama. Aku tidak akan membiarkanmu melakukannya sendirian.”Mahen menatap istrinya, mencium keningnya lembut. “Apa pun yang terjadi, kita akan melawan bersama.”Panji berdiri di belakang mereka, wajahnya serius. “Gerbang ini akan membawa kalian ke inti Pohon Kehidupan. Tapi ingat, ujian yang menanti di dalamnya akan menguji cinta, kepercayaan, dan keberanian kalian. Jangan pernah terpisah, karena itulah kelemahan terbesar kalian.”Keduanya mengangguk, lalu melangkah masuk ke gerbang.Begitu mereka melewati gerbang, dunia di sekitar mereka berubah drastis. Cahaya lembut berwarna em

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status