Arleta seorang gadis cantik yang malang. Kehidupan Alana berubah setelah kematian sang ayah. Alana dihadapkan dengan kenyataan pahit, bahwa ayahnya memiliki banyak hutang. Arleta merasa dunianya benar-benar hancur, saat mengetahui jika dirinyalah yang menjadi jaminan hutang-hutang ayahnya. "Jadilah istriku! atau bayar hutang ayahmu saat ini juga!" Ancaman itu selalu terngiang di telinga Arleta. Satu bulan! Kenapa Arleta harus mencari uang sebanyak itu dalam satu bulan! seratus juta! itu bukan uang yang sedikit bagi Arleta! Akankah Arleta mampu membayar hutang-hutang itu? Kehidupan Arleta berubah drastis setelah pertemuannya dengan Mahendra Sky. Siapakah Mahendra? Akankah kehidupan Arleta berubah lebih baik? Atau justru Arleta akan semakin menderita? Ikuti terus keseruan cerita Arleta Mahendra untuk tahu kelanjutannya… Happy reading…
View More"Maaf Tuan. Saya tidak sengaja."Ucap Arleta dengan nada memohon kepada seorang laki laki yang baru saja bertabrakan dengannya.
"Maaf katamu!" Bentak pria yang biasa tuan Mahen itu."Lihat! Lihat!" Mahen menunjuk baju yang basah karena tersiram oleh Arleta..Arleta hanya menundukan kepala karena takut dengan laki laki di hadapannya.Padahal baru hari ini Arleta bisa bekerja sebagai OG di salah satu perusahaan hotel ternama di kotanya, itupun karena bantuan seorang teman yang sudah lama bekerja di di hotel ini. Namun dia sudah mendapat masalah.Seperti sekarang ini, mungkin tadi Arleta berjalan dengan terus menundukan kepalanya sampai tidak tahu ada orang di depannya.Sialnya orang itu adalah Mahendra Sky salah satu pelanggan VIP di hotel ini."Maafkan saya Tuan. Maafkan saya." Arleta terus berusaha untuk memohon maaf. Namun Mahen kali ini tidak menjawabnya. Tanpa mengatakan apapun Mahen berlalu dari sana. Arleta masih berdiri terpaku dengan wajah pucat dan tubuh gemetaran. Semakin pucat saat beberapa teman OG lainnya menatapnya dengan tatapan mengejek."Anak baru itu ya?" Bisik seorang OG wanita."Sembrono sekali dia. Tidak tahu apa siapa yang sudah dia tabrak?" Satu lagi menyakut."Tamat sudah riwayatnya." Yang lain ikut berbicara."Arleta!" teriak Sarah memanggil Arlera, lalu menghampiri Arleta. "Tidak apa apa. Ayo!" Sarah memapah Arleta dan membawanya ke Ruangan OB.Arleta sudah menangis. "Aku sungguh tidak sengaja. Aku tidak melihat." Sarah hanya bisa menepuk bahunya dengan lembut, mencoba memberi dorongan mental untuk teman yang sudah dengan susah payah dia masukan bekerja disini."Apa aku akan dipecat?" Arleta menoleh dan mencoba bertanya pada Sarah.Sarah menggelengkan kepala. "Aku tidak tahu. Semoga saja tidak. Berdoa saja." ucap Sarah.Kata-kata Sarah bukan membuat hati Arleta tenang, tapi malah membuatnya semakin pucat."Bagaimana kalau aku dipecat?" tanya Arleta lagi. Sarah tidak bisa menjawab, dia juga tidak bisa menjanjikan apa apa. Arleta baru saja bekerja dan sudah membuat kesalahan yang begitu fatal. Menabrak seseorang dan menumpahkan minuman di baju seseorang? Itu sebenarnya hal yang sepele. Tetapi, kembali disayangkan, seseorang itu pelanggan VIP disini. Pihak hotel selalu memberikan service terbaik untuk tamu VIP mereka.Siapapun akan dipecat tanpa toleransi jika sudah melakukan kesalahan yang membuat tidak nyaman tamu mereka. Pihak hotel akan langsung mengambil tindakan tanpa pandang bulu.Walaupun Sarah sudah bekerja selama tiga tahun disini, dia tidak lebih hanya seorang OB saja. Apa yang bisa diperbuat?Arleta tidak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang, dia hanya bisa berdoa didalam hati semoga saja masalah ini tidak berujung buruk. Daniah tidak bisa membayangkan jika dia harus dipecat hari itu juga. Bagaimana dia harus kembali mencari pekerjaan? Selama lebih dari satu bulan dia keliling ibu kota hanya untuk mencari pekerjaan. Dan semua hasilnya sia-sia. Lalu dia tidak sengaja bertemu Sarah, teman semasa SMA nya dulu dan Sarah membantunya untuk melamar menjadi OB di hotel tempatnya bekerja.Akhirnya Arleta diterima juga meskipun harus menunggu sampai dua mingguan.Arleta begitu senang. Akhirnya dia dapat pekerjaan. Dia bisa segera mencicil hutangnya pada rentenir.Tetapi kenyataan ternyata tak semudah harapannya. Baru saja Arleta menenangkan pikirannya, Pak Menejer memanggilnya."Arleta! Mari ikut saya." Arleta mendongak. Tanpa bertanya dia langsung mengikuti pak menejer.Arleta belum tahu mau dibawa kemana. Tetapi setelah menatap sebuah pintu dimana manajer itu berhenti, jantungnya langsung berdebar hebat. Arleta hanya bisa pasrah ketika manajer itu menyuruhnya masuk. Arleta menarik kakinya yang terasa begitu lemas. Dia memaksakan melangkah masuk." Tuan Mahen Apakah dia orangnya? Tanya pak menejer, tangannya menunjuk Arleta. Mahen menatap tajam Arleta.” Iya. Dia orangnya!” jawab Mahen dengan sedikit bentakan. Kejadian tadi masih saja membuatnya emosi."Pecat Dia!" Hanya dua patah kata itu saja mampu membuat tulang belulang Arleta seketika terasa ngilu. Tubuhnya gemetaran. Seketika dia berlutut di lantai."Tuan. Ku mohon. Jangan pecat saya. Saya membutuhkan pekerjaan ini." Entah mendapat kekuatan dari mana, tiba tiba Arleta berani untuk memohon seperti itu.Arleta berlutut, memohon di hadapan manajer hotel dan juga Mahen."Tuan Ku mohon. Tolong ampuni saya. Saya berjanji tidak akan melakukan kesalahan lagi. Saya mohon Tuan. Beri saya kesempatan satu kali saja." Arleta masih terus memohon sambil menangis.Mr. G terlihat bergerak, dia berdiri lalu menoleh pada manajer hotel yang masih berdiri di belakang hadapan Arleta yang berlutut."Jika anda tidak memecatnya. Ya, maka aku akan memberikan penilaian buruk tentang pelayanan di hotel ini. Dan, satu lagi! Saya akan pastikan hotel ini akan berhenti beroperasi!” ancamnya. Setelah itu Mahen langsung beranjak dari tempat itu.Manager hotel itu tidak mampu berbuat apa apa. Kecuali mempertahankan nama baik perusahaan tempatnya bekerja."Pak, Tolong saya." Arleta kembali memohon setelah kepergian Mahen."Maafkan saya Arleta. Saya tidak bisa menolongmu." Dengan rasa putus asa yang mendalam, Arleta pun bangun dari berlututnya. Dia kembali menyeret kakinya untuk keluar dari ruangan manajer.Sesampainya di ruangan OB, Sarah menyambut kedatangan Arleta."Bagaimana?” tanya Sarah, dengan raut wajah khawatir.“Aku dipecat.” jawab Arleta pelan. "Maafkan Aku Arleta. Aku tidak bisa membantumu." ucap Sarah. Di maresa sangat bersalah, namun apa yang bisa dia lakukan? Tidak ada!"Tidak apa apa. Terimakasih kamu sudah banyak membantuku." ucap Arleta. Sarah mengangguk. "Yang sabar ya. Aku akan berusaha mencarikan pekerjaan baru untukmu." Arleta hanya mengangguk, kemudian Arleta pergi ke ruangan ganti untuk melepas semua seragamnya dan mengganti dengan pakaiannya sendiri. Setelah itu Arleta mengambil tas usang miliknya, dan bersiap pulang dengan membawa kegagalan kembali."Aku akan mengantarmu." ucap Sarah. Dia sungguh prihatin dengan nasib Arleta. Namun Sarah sendiri tidak bisa berbuat apa-apa.Dan uang lah si sang penguasa!Alana menggeleng. "Tidak perlu Sarah. Nanti kamu malah kena masalah juga. Aku bisa menumpang Bus saja." jawab Arleta.Sarah hanya bisa mengangguk pasrah. "Baiklah. Hati hati ya? Kalau ada apa apa, jangan sungkan untuk menghubungi ku." ucap Sarah lagi.Arleta mengangguk,kemudian memeluk Sarah. Keduanya menangis dalam pelukan.Sungguh tragis, nasib Arleta!Sepanjang perjalanan keluar dari gedung, banyak pasang mata yang menatapnya tidak suka. Mereka kembali berbisik bisik."Itulah. Anak baru tapi teledor! Emang dikira enak kerja disini!" "Kasihan Sekali. Baru masuk, sudah dipecat!"Arleta hanya menundukkan wajahnya. Rasa malu, sedih dan kecewa pada dirinya sendiri bercampur menjadi satu. Arleta masih sesekali sesenggukan. Sampai di dalam Bus pun Arleta masih sesekali meneteskan air mata. Apalagi ketika mengingat hutang-hutang yang ayahnya tinggalkan sebelum meninggalkan dunia.Mahesa berdiri di pinggir jurang, memandang ke kejauhan, ke arah dunia yang terbentang luas. Dunia yang telah dia selamatkan, namun kini terasa jauh berbeda, seolah-olah seberkas cahaya dan bayangan bercampur dalam dirinya. Kekuatan Pohon Kehidupan yang telah mengalir di tubuhnya selama ini berpadu dengan kekuatan Bayangan Abadi, warisan dari leluhur yang terpendam jauh di dalam dirinya. Dia merasakan dua sisi yang bertarung dalam dirinya, cahaya yang membawa kehidupan dan bayangan yang membawa kegelapan. Seiring dengan berjalannya waktu, Mahesa menyadari bahwa dirinya kini bukan hanya seorang manusia biasa, tetapi juga penjaga antara dua dunia: dunia yang terang dan dunia yang gelap. Pohon Kehidupan, yang telah lama menjadi pusat keseimbangan di dunia ini, kini memiliki tugas baru, menjaga keseimbangan antara keduanya. Namun, tidak ada yang pernah mempersiapkan Mahesa untuk peran yang lebih besar daripada yang dia bayangkan. Kekuatan yang ada padanya bukan hanya milik dirinya, tet
Langit di atas Pohon Kehidupan mulai berubah, berlapis warna keemasan yang memancar seperti aurora. Namun, ada ketegangan yang merayap di udara, menciptakan rasa genting yang tidak bisa dijelaskan. Arleta dan Mahen berdiri di depan pohon itu, memandangi sesuatu yang baru saja mereka temukan—sebuah artefak kuno berbentuk orb kristal yang bersinar lembut.Nyai Sekar, yang berdiri di belakang mereka, tampak gelisah. “Ini adalah Artefak Kebangkitan,” katanya dengan nada berat. “Ia memiliki kekuatan untuk membawa kembali roh yang terikat dengan Pohon Kehidupan ke dunia nyata. Tetapi ada harga yang harus dibayar.”Arleta menatap artefak itu dengan campuran harapan dan ketakutan. “Apa harganya, Nyai?”Nyai Sekar menggeleng perlahan. “Membawa kembali satu jiwa akan mengganggu keseimbangan dunia. Kegelapan akan mendapat jalan untuk merasuki dunia ini, lebih kuat dari sebelumnya.”Mahen mengepalkan tangan, menatap artefak itu dengan mata penuh tekad. “Dia adalah anak kami. Jika ada kesempatan u
Pohon Kehidupan berdiri megah di tengah hutan lebat, cabang-cabangnya menjulang tinggi ke langit, dan daunnya bersinar lembut, memancarkan kehangatan yang menenangkan. Namun, sejak pengorbanan Mahesa untuk menyelamatkan dunia dari kehancuran Bayangan Abadi, ada perubahan yang sulit diabaikan. Pohon itu tampak lebih hidup dari sebelumnya, dan bunga-bunga liar bermekaran di sekitar akarnya dengan warna-warna cerah yang tidak biasa.Arleta duduk di akar pohon, tangannya memegang kelopak bunga biru yang baru saja ia petik. “Mahen,” panggilnya, suaranya lembut tapi penuh kerinduan. “Aku merasa seperti dia masih di sini.”Mahen, yang berdiri tidak jauh darinya, memandang istrinya dengan mata yang penuh kesedihan dan cinta. “Aku juga merasakannya,” jawabnya. “Semua ini... keanehan yang terjadi sejak Mahesa pergi, seolah-olah dia masih berusaha berbicara kepada kita.”Malam itu, saat mereka tidur di rumah sederhana yang mereka bangun tak jauh dari Pohon Kehidupan, Arleta bermimpi. Dalam mimpi
Langit masih dihiasi semburat jingga saat Mahesa membuka matanya perlahan. Tubuhnya terasa ringan, namun hati dan pikirannya penuh dengan beban keputusan yang harus diambil. Pohon Kehidupan berdiri di depannya, memancarkan cahaya lembut, seperti sebuah lentera yang tetap menyala di tengah malam tergelap.Suara lembut Nyai Sekar memecah keheningan. "Mahesa, kau telah menunjukkan keberanian yang luar biasa. Namun, perjalanan ini belum selesai."Mahesa menatap Nyai Sekar dengan mata penuh tekad. "Aku akan melakukan apa saja untuk melindungi dunia ini, meskipun itu berarti aku harus kehilangan segalanya."Nyai Sekar tersenyum tipis, tetapi kesedihan tampak di matanya. "Terkadang, melindungi berarti memilih untuk hidup dan bertahan, bukan mengorbankan segalanya. Kau harus belajar bahwa harapan tidak hanya berasal dari pengorbanan, tapi juga dari keberlanjutan perjuangan."Mahesa terdiam, hatinya bimbang. Ia tahu betul bahwa Bayangan Abadi masih menunggu untuk dihancurkan, namun pertanyaan
Arleta dan Mahen berdiri di tengah reruntuhan jembatan yang baru saja mereka lewati. Suasana sunyi, hanya suara napas mereka yang terdengar di antara kepulan debu dan kilauan cahaya samar dari Pohon Kehidupan yang kini mulai meredup. “Aku tidak bisa kehilangan dia lagi, Mahen,” kata Arleta, suaranya pecah di tengah isak tertahan. “Mahesa adalah alasan kita ada di sini.” Mahen menggenggam tangan Arleta erat, matanya menatap jauh ke arah tempat Mahesa dan Lirya menghilang. “Kita akan menemukannya. Aku janji. Tapi kita harus tetap fokus. Lirya semakin kuat, dan waktu kita tidak banyak.” Di depan mereka, sebuah jalan setapak yang penuh dengan akar bercahaya mulai terbuka, seolah Pohon Kehidupan memberi mereka petunjuk. Tanpa ragu, mereka melangkah maju, meski tubuh mereka masih terasa lemah akibat serangan terakhir Lirya. Semakin jauh mereka berjalan, suasana berubah semakin mencekam. Cahaya yang sebelumnya lembut kini berubah menjadi redup, hampir seperti nyala lilin yang hampir p
Mahen dan Arleta berdiri di depan gerbang besar yang bercahaya redup. Angin dingin menerpa wajah mereka, membawa bisikan halus seperti suara ribuan jiwa yang terperangkap di dalam. Di balik pintu itu adalah dunia yang tidak mereka kenal, namun takdir telah membawa mereka ke sini.Arleta menggenggam tangan Mahen erat, tatapannya penuh dengan keteguhan meskipun hatinya berdebar hebat. “Kita harus lakukan ini bersama. Aku tidak akan membiarkanmu melakukannya sendirian.”Mahen menatap istrinya, mencium keningnya lembut. “Apa pun yang terjadi, kita akan melawan bersama.”Panji berdiri di belakang mereka, wajahnya serius. “Gerbang ini akan membawa kalian ke inti Pohon Kehidupan. Tapi ingat, ujian yang menanti di dalamnya akan menguji cinta, kepercayaan, dan keberanian kalian. Jangan pernah terpisah, karena itulah kelemahan terbesar kalian.”Keduanya mengangguk, lalu melangkah masuk ke gerbang.Begitu mereka melewati gerbang, dunia di sekitar mereka berubah drastis. Cahaya lembut berwarna em
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments