LOGINUtami pun mulai memijat Alfian. Alfian sampai tertidur merasakan enaknya pijatan Utami.
"Pak ... bangun pak ... sudah selesai pijatnya," Ucap Utami membangunkan Alfian, tapi Alfian masih tidur dengan lelap. Karena kelelahan memijat tubuh Alfian, akhirnya Utami pun membaringkan tubuhnya di sofa, dan tak lama kemudian, dia pun tertidur. Setelah satu jam berlalu, Alfian terbangun dan dia melihat Utami tertidur di atas sofa. Karena tak tega, dia mengangkat tubuh Utami ke atas kasur dan membaringkannya disana. Dia terus memandangi wajah Utami, wajah yang manis dan sangat polos. Dia tak tega merusak wanita semanis dan sepolos itu. Dia mulai berpikir, apabila Utami pindah ke bagian panti pijat, pasti dia akan rusak disana, mendingan dia tetap meminta Utami untuk bekerja di restoran. "Lho pak ... kok saya di sini?" Utami terkejut saat dia membuka matanya, dan menyadari bahwa tempat tidurnya berbeda dengan yang sebelumnya. "Tadi saya yang memindahkan mu ke kasur, karena saya nggak tega melihatmu tidur di sofa itu," Ujar Alfian. "Ooh ... ehm ... terima kasih pak," Ucap Utami dan Alfian pun mengangguk. "Pak ... setelah ini, apa kita langsung kembali ke restoran?" Tanya Utami. "Kita nggak kembali ke restoran hari ini, saya mau kamu bercerita tentang dirimu dan keluargamu," Ujar Alfian. "Ooh iya, baik pak," Sahut Utami. "Saya berasal dari keluarga sederhana pak, bapak dan ibu saya adalah seorang petani yang sering menjual hasil kebunnya di pasar, tapi mereka meninggal karena kecelakaan saat mengantar hasil panen ke pasar. Saya mempunyai dua adik yang masih kecil dan masih sekolah. Saya juga bekerja untuk menyekolahkan mereka agar nanti bisa menjadi orang yang sukses, nggak seperti saya pak," Tutur Utami. "Kenapa kamu nggak sekolah lagi?" Tanya Alfian. "Ya karena saya yang mencari nafkah buat kehidupan saya dan adik - adik saya pak, makanya saya berhenti sekolah, saya hanya sampai sekolah dasar aja pak," Jawab Utami. "Adik - adikmu kelas berapa sekarang?" Tanya Alfian lagi. "Adik lelaki saya, bernama Usama Adya, sekarang kelas 6 SD pak, sebentar lagi masuk SMP, sedangkan adik perempuan saya, namanya Ulfa Nadya, sekarang kelas 4 SD pak," Jawab Utami. "Berarti adikmu Usama, akan masuk SMP dan pasti membutuhkan biaya yang banyak ya," Ujar Alfian. "Benar pak, tapi untungnya Usama dapat beasiswa dari sekolahnya, tapi ya itupun masih kurang pak," Tutur Utami. "Belum lagi adik saya Ulfa pak, beberapa Minggu yang lalu sebelum saya bekerja di restoran, dia minta di belikan tas dan sepatu baru, sedangkan saat itu uang yang saya miliki sisa 200 ribu pak, itu hanya cukup buat beli beras, token listrik, trus bayar rekening air, belum lagi untuk keperluan sehari - hari pak, aaahh ... begitulah hidup saya pak, tapi ya saya harus tetap kuat dan semangat kerja buat adik - adik saya agar mereka tetap bisa makan dan sekolah pak," Jelas Utami yang membuat Alfian jadi tersentuh dengan cerita kehidupan Utami. "Kalau kamu butuh sesuatu, nanti tinggal sampaikan kepada saya ya, kamu nggak perlu sungkan. Sebaiknya kamu tetap di restoran saja, siapa tau nanti kalau kamu punya modal, kamu bisa buka rumah makan, cafe atau restoran juga dari hasil pengalaman dan pembelajaranmu selama kamu di restoran," Ujar Alfian yang tak tega menjerumuskan Utami ke dalam lingkaran hitam. "Ooh gitu ya pak, ehm ... iya juga sih, ya udah pak, saya tetap bekerja di restoran aja kalau gitu," Tutur Utami. "Bagus ... setelah ini kita ke mall, kita akan membelikan keperluan adik - adikmu, bersiaplah," Ujar Alfian. "Ehm ... maksudnya pak?" Utami bertanya lagi, karena dia seakan tak percaya mendengar perkataan Alfian. "Kita akan ke mall untuk membeli tas, sepatu, peralatan sekolah dan yang lainnya buat adik - adikmu," Jelas Alfian. "Aduh pak, gak perlu repot - repot, lagian dua minggu lagi saya juga gajihan pak, biar nanti saya yang membeli keperluan adik - adik saya," Ucap Utami. "Sudah lah ... gak masalah, anggap aja ini bonus buat kamu karena sudah memijat saya," Ujar Alfian. "Ooh ... ya udah, kalau gitu terima kasih banyak atas bantuannya pak," Ujar Utami berterima kasih kepada Alfian. "Ya, sama - sama, kamu juga yang semangat ya kerjanya, sambil belajar di restoran, biar dapat ilmu yang banyak dari sana," Ucap Alfian lagi. Utami merasa beruntung memiliki pimpinan sebaik Alfian di restoran. "Ayo ... kita jalan sekarang" Mereka pun berjalan ke arah mobil Alfian yang terparkir. Beberapa menit kemudian mereka sampai di Mall dan berbelanja kebutuhan sekolah adik - adik Utami. "Udah lengkap semuanya?" Tanya Alfian. "Ehm ... kayaknya udah lengkap semua pak," Jawab Utami. "Kalau gitu sekarang kita ke butik ya, cari pakaian buatmu," Ujar Alfian. "Aduh pak ... baju saya masih ada kok, masih layak pakai semua," Tutur Utami. "Nggak boleh nolak rezeki, ayo ... mumpung saya mau beliin nih," Ucap Alfian menarik tangan Utami dan membawanya masuk ke sebuah butik. "Ayo ... kamu pilih sendiri bajunya," Ucap Alfian. "Ehm ... iya pak," Sahut Utami sedikit sungkan. Setelah mendapatkan pakaian yang cocok dengannya, Utami pun memberitahu Alfian. Kemudian, Alfian membayar menggunakan black card miliknya. "Ayo, saya antar kamu pulang ke rumah, biar saya tau alamat rumahmu," "Iya pak," 20 menit kemudian, mereka pun telah sampai di depan rumah sederhana milik Utami. "Silakan masuk pak, maaf rumah kami kecil dan sederhana, hehe..." Ucap Utami malu - malu. "Nggak masalah, yang penting bisa dijadikan tempat berteduh," Sahut Alfian. "Sebentar ya pak, saya ke dapur dulu, bapak mau teh atau kopi?" Tanya Utami. "Nggak usah buat minum, saya juga mau langsung pulang ke rumah," Ujar Alfian. "Ooh iya pak, terima kasih banyak karena bapak sudah baik banget sama saya dan adik - adik saya," Ucap Utami terharu dengan kebaikan Alfian. "Iya, sama - sama, besok masuk kerja ya, yang semangat kerjanya," Tutur Alfian menyemangati Utami. "Siap pak, saya nggak akan mengecewakan bapak," Ucap Utami dengan yakin. "Bagus ... saya jalan dulu ya, titip salam buat adik - adikmu," Ujar Alfian dan Utami pun menanggapinya dengan anggukan. Saat di mobil, Alfian heran dengan dirinya sendiri, kenapa dia bisa sampai tersentuh mendengar kisah hidup Utami, sehingga dia dengan berbaik hati mau membelikan keperluan sekolah adik - adik Utami. Hanya dengan Utami, dia bisa bersikap seperti ini, walaupun niat awalnya jahat, tapi ujung - ujungnya dia malah jadi tersentuh dan membantu Utami. ******* Dua bulan kemudian, "Utami, kamu di panggil sama pak Alfian ke ruangannya," Ucap Dita, salah satu karyawan restoran. "Ooh iya kak, terima kasih," Sahut Utami. "Permisi pak..." Sapa Utami dari depan pintu. "Masuk..." Sahut Alfian dari dalam ruangannya. "Maaf pak, tadi bapak memanggil saya?" Tanya Utami. "Iya, silakan duduk" Ucap Alfian. "Ehm ... kangsung saja ya, gini Utami ... selama dua bulan kamu bekerja di sini, saya melihat kamu bekerja dengan giat dan rajin, tak pernah sehari pun kamu meminta izin untuk nggak masuk kerja. Saya suka dengan semangat kerjamu. Jadi, sesuai janji saya sebelumnya, jika kamu kerjanya bagus, dua bulan ke depan saya akan memindahkan mu di bagian dapur, menjadi asisten chef, apalagi kamu bilang, kamu suka masak, dan banyak masakan yang kamu kuasai. Saya berharap saat menjadi asisten chef, kamu juga bisa banyak belajar nantinya," Ujar Alfian. "Yang bener pak? Terima kasih banyak ya pak atas kepercayaannya menjadikan saya asisten chef, tapi bagaimana dengan chef Beni, apakah beliau akan menerima saya?" Tanya Utami. "Saya sudah membicarakan hal ini dengan Chef Beni, katanya tidak masalah, dia akan menerimamu sebagai asistennya," Ujar Alfian. "Aaahh ... syukurlah, terimakasih banyak ya pak" Tutur Utami. "Kamu tanda tangan di sini ya, ini kontrak baru kamu, ooh iya ... saya baru ingat, kemarin Andre ke sini dan memberikan KTP ini buatmu, tapi tahun lahirmu di tuakan, walaupun kamu masih berusia 15 tahun, tapi di KTPmu sudah menjadi 17 tahun, umurmu di tuakan, agar bisa membuatkan mu KTP," Ucap Alfian. Telepon di ruangan Alfian berdering, dan ternyata yang menelepon adalah Sophie. "Alfian, tolong suruh Utami ke ruangan saya ya, saya ada perlu dengan dia," Ucap Sophie di sambungan telepon itu. "Baik mam..." Sahut Alfian. Setelah memutuskan sambungan telepon, Alfian meminta Utami untuk pergi ke ruangan Sophie.Utami pun mulai memijat Alfian. Alfian sampai tertidur merasakan enaknya pijatan Utami. "Pak ... bangun pak ... sudah selesai pijatnya," Ucap Utami membangunkan Alfian, tapi Alfian masih tidur dengan lelap. Karena kelelahan memijat tubuh Alfian, akhirnya Utami pun membaringkan tubuhnya di sofa, dan tak lama kemudian, dia pun tertidur. Setelah satu jam berlalu, Alfian terbangun dan dia melihat Utami tertidur di atas sofa. Karena tak tega, dia mengangkat tubuh Utami ke atas kasur dan membaringkannya disana. Dia terus memandangi wajah Utami, wajah yang manis dan sangat polos. Dia tak tega merusak wanita semanis dan sepolos itu. Dia mulai berpikir, apabila Utami pindah ke bagian panti pijat, pasti dia akan rusak disana, mendingan dia tetap meminta Utami untuk bekerja di restoran. "Lho pak ... kok saya di sini?" Utami terkejut saat dia membuka matanya, dan menyadari bahwa tempat tidurnya berbeda dengan yang sebelumnya. "Tadi saya yang memindahkan mu ke kasur, karena saya nggak tega
"Cantik juga nih, sepertinya masih bersih ni anak, akan ku coba nanti," Batin Alfian dengan senyum seringainya. "Duduk dulu ya," Ucap Alfian saat dia dan Utami sudah berada di dalam ruangannya. "Iya pak," Sahut Utami. Beberapa menit kemudian, Alfian menghampiri Utami dan duduk di sebelah Utami. "Kamu bisa masak?" Tanya Alfian. "Bisa pak," Jawab Utami sembari menunduk. "Oke, untuk dua bulan ke depan, kamu saya tempatkan di bagian cuci piring dulu ya, jika kamu bekerjanya rajin, saya akan menempatkanmu di bagian dapur untuk menjadi asisten chef," Ujar Alfian. "Baik pak," Ucap Utami. "Ya sudah, sekarang kamu bisa mulai bekerja," Titah Alfian. "Terima kasih pak," Sahut Utami. Utami pun antusias dan giat dengan pekerjaan barunya. Dia sangat bahagia, karena kini dia bisa bekerja di restoran, walaupun hanya sebagai pencuci piring, tapi dia bisa mendapatkan gaji bulanan, dia juga tak perlu panas - panasan lagi saat menjajakan koran yang di jualnya. "Kak, tiap hari kakak
Tak menunggu lama, mobil Sophie pun sudah sampai di tempat parkiran. Supir membukakan pintu mobil buat Sophie, dia pun keluar dari mobil kemudian mengajak Utami untuk mengikutinya. Saat memasuki gedung tingkat empat itu, Utami mengedarkan pandangannya. Di sebelah kanan dekat pintu masuk, ada sebuah restoran, sedangkan di sebelah kiri dekat pintu masuk ada sebuah fitnes center. Utami terus mengekor di belakang Sophie, kemudian Sophie memasuki lift dan menuju ke lantai empat. Tak lama kemudian, Sophie pun keluar dari lift tersebut yang masih diikuti oleh Utami. Mereka menyusuri lorong tersebut, dan sampailah di depan sebuah ruangan yang di depannya terdapat sebuah meja dan kursi kerja yang di duduki oleh seorang wanita cantik, berambut curly, dengan memakai dres mini berlengan pendek, dari kejauhan dia sudah tersenyum ke arah Sophie dan Utami. "Morning mami phie..." Sapa wanita cantik itu dengan ramah dan tersenyum. "Morning too Luna..." Sophie membalas sapaan itu dengan tak k
"Kakak..." Panggil Ulfa."Kenapa dek?" Tanya Utami."Lihat nih...sepatu dan tas ku udah sobek dimana - mana." Ujar Ulfa sembari memperlihatkan tas dan sepatunya kepada Utami.Tapi, sebelum Utami menjawabnya, Usama datang dan langsung mengambil tas dan sepatu Ulfa."Sepatunya hanya terlihat kusam dan terbuka sedikit bagian bawahnya, tp kan tinggal beli lem aja, tapi masih di pakai. Trus tasnya juga, masih bisa di pakai kok, tinggal di jahit sedikit yang bagian sobeknya. Nggak perlu beli yang baru, pakai ini aja." Ucap Usama bijaksana."Tapi kan aku malu, sering di ledekin sama teman - teman di sekolah bang, beliin yang baru ya kak." Rengek Ulfa kepada Utami."Hem .... iya dek, nanti kalau ada rezeki lebih, kakak beliin yang baru ya, do'ain kakak semoga sehat terus, kalian juga sehat terus ya, yang rajin belajarnya." Ucap Utami."Si Ulfa jangan terlalu di manja kak, nanti dia minta jantung lho." Ujar Usama menyindir Ulfa."Apaan sih bang, kakak kan memang baik, penyayang, cantik lagi. M







