Share

Chapter 3.

last update Last Updated: 2025-10-31 17:24:29

"Cantik juga nih, sepertinya masih bersih ni anak, akan ku coba nanti," Batin Alfian dengan senyum seringainya.

"Duduk dulu ya," Ucap Alfian saat dia dan Utami sudah berada di dalam ruangannya.

"Iya pak," Sahut Utami.

Beberapa menit kemudian, Alfian menghampiri Utami dan duduk di sebelah Utami.

"Kamu bisa masak?" Tanya Alfian.

"Bisa pak," Jawab Utami sembari menunduk.

"Oke, untuk dua bulan ke depan, kamu saya tempatkan di bagian cuci piring dulu ya, jika kamu bekerjanya rajin, saya akan menempatkanmu di bagian dapur untuk menjadi asisten chef," Ujar Alfian.

"Baik pak," Ucap Utami.

"Ya sudah, sekarang kamu bisa mulai bekerja," Titah Alfian.

"Terima kasih pak," Sahut Utami.

Utami pun antusias dan giat dengan pekerjaan barunya. Dia sangat bahagia, karena kini dia bisa bekerja di restoran, walaupun hanya sebagai pencuci piring, tapi dia bisa mendapatkan gaji bulanan, dia juga tak perlu panas - panasan lagi saat menjajakan koran yang di jualnya.

"Kak, tiap hari kakak terlihat semakin bersih dan rapi, kakak nyaman kerja di restoran?" Tanya Usama setelah Utami bekerja selama dua Minggu di restoran.

"Alhamdulillah, kakak nyaman kerja di restoran, semua teman kerja kakak juga orangnya baik dan ramah semua kepada kakak, gajinya juga banyak dek, sebenarnya ada pekerjaan yang bisa mendapatkan lebih banyak uang lagi, tapi sayangnya kakak nggak bisa pijat. Katanya kalau kerja di panti pijat, walaupun gajinya sama saja dengan pekerjaan yang lain, tapi disana pelanggannya sering ngasih bonus yang banyak kalau kita pijatnya enak," Jelas Utami.

"Kalau gitu, mending kakak belajar pijat, biar kakak bisa kerja di panti pijat dan bisa dapat banyak uang kak," Ujar Ulfa yang tiba - tiba keluar dari kamarnya dan langsung duduk di meja makan untuk sarapan bersama.

"Jangan dulu deh kak, mending kakak di restoran dulu, cari pengalaman sekalian belajar bermacam - macam masakan, apalagi masakan kakak kan enak tuh, siapa tau nanti kakak bisa buka restoran sendiri," Ujar Usama sembari tersenyum.

"Bener juga sih ucapanmu dek, tapi sementara ini kakak masih ditugaskan di bagian pencuci piring, kalau kakak kerjanya giat dan rajin, kakak akan di pindah tugaskan menjadi asisten chef," Ucap Utami.

"Waaah ... bagus dong kak, jadi kakak bisa banyak belajar tentang masakan asia nanti," Ujar Usama.

"Aah ... mending belajar pijat, biar kakak bisa dapat banyak bonus, biar bisa cepat beliin aku sepatu dan tas baru," Ujar Ulfa dengan mulutnya yang penuh dengan makanan.

"Nanti deh kakak pikirin lagi, lebih baik kalian habisin cepat sarapan kalian," Titah Utami.

Pagi itu, Usama dan Ulfa sudah lebih dulu keluar dari rumah menuju ke sekolahnya dengan menggunakan sepeda, sedangkan Utami sedang mencuci piring kotor bekas mereka sarapan tadi, kemudian menyapu dan mengepel lantai rumah mereka.

Setelah semuanya beres, barulah Utami menunggu ojek online di depan rumahnya, dia sudah memesan ojek online 10 menit yang lalu.

Tak menunggu lama, ojek online yang Utami pesan pun datang. Ojek itu pun melajukan kendaraannya dengan kecepatan sedang.

Tepat pukul 7.20, motor ojek yang di tumpangi Utami pun telah sampai di pelataran parkir depan gedung tersebut.

Setelah membayar ojek, Utami pun langsung masuk ke dalam gedung itu dan menuju restoran tempatnya bekerja.

Dia langsung membantu cleaning service untuk mengelap meja - meja customer.

Setelah itu, dia istirahat sejenak di rest room khusus karyawan restoran.

Tak lama berselang, Alfian datang dan menyuruhnya masuk ke dalam ruangannya.

Utami pun menuruti permintaan bos nya itu.

"Utami, nanti siang ikut saya keluar, saya mau minta bantuanmu," Ucap Alfian saat Utami sudah duduk di sofa dalam ruangan Alfian.

"Ehm ... kemana pak, trus pekerjaan saya gimana?" Tanya Utami.

"Nanti saja saya jelaskan, saya akan menyuruh yang lain untuk menggantikanmu sementara waktu," Sahut Alfian.

"Ooh iya, baik pak," Ucap Utami.

"Apa ada lagi yang bisa saya bantu pak?" Tanya Utami.

"Ini, tolong kamu pijitin dulu, pegel banget, karena semalam habis ngerjain laporan," Titah Alfian mengelus - elus pundak dan lehernya.

Utami pun mengikuti perintah Alfian, dia dengan telaten memijat pundak dan leher Alfian.

"Utami ... kenapa kamu nggak kerja di panti pijat aja? Enak lho pijatanmu ini," Tutur Alfian.

"Yang bener pak? Saya tuh cuma pernah pijat Bapak dan Ibu saja, belum pernah memijat orang lain, lagian saya juga belum belajar teknik yang baik dalam pemijatan pak," Ujar Utami.

"Kalau kamu mau pindah ke bagian panti pijat, bisa kok, walaupun kamu baru beberapa minggu kerja disini, saya gak akan memberimu sanksi maupun denda, kalau di panti pijat bonusnya banyak lho," Tutur Alfian.

"Ehm ... bapak serius gak akan memberi saya sanksi atau denda kalau saya berhenti secepat ini, walaupun saya bekerja belum sampai 6 bulan?" Tanya Utami berbinar.

"Ya, saya serius, tapi tentu saja ada syaratnya," Ujar Alfian.

"Ehm ... sayaratnya apa pak?" Tanya Utami lagi.

"Siang ini kamu ikut saya dan akan saya beritahu apa syaratnya agar kamu bisa pindah kerja tanpa terkena sanksi dan denda," Tutur Alfian.

"Kamu mau kan ikut saya siang ini?" Tanya Alfian.

"Iya ... saya mau pak," Jawab Utami yang masih memijat pundak dan leher Alfian.

"Ya sudah, kalau gitu kamu lanjutkan pekerjaanmu, saya juga sudah enakan setelah kamu pijat," Ucap Alfian dan Utami mengangguk.

"Kalau begitu, saya permisi untuk kembali bekerja pak," Ucap Utami kemudian beranjak keluar dari ruangan Alfian.

Tepat jam 1 siang, Alfian dan Utami sudah berada di dalam mobil.

Alfian terus saja mencuri - curi pandang ke arah Utami.

Utami, dengan usianya yang masih remaja, tapi tubuhnya yang ideal, serta wajahnya yang cantik mampu membuat siapapun jatuh hati kepadanya.

Gunung kembar Utami tak terlalu besar, tapi di usia remaja sepertinya, ukuran seperti itu sudah termasuk besar.

25 menit kemudian, mereka pun sampai di depan sebuah apartment.

"Ayo turun ... kita sudah sampai," Ucap Alfian.

"Baik pak," Sahut Utami.

Utami pun mengekor di belakang Alfian.

Alfian begitu tergesa - gesa ingin segera sampai di kamarnya.

"Ayo masuk Tami..." Titah Alfian saat dia sudah membuka pintu kamarnya, kemudian menutup dan menguncinya kembali.

"Kamu duduk dulu ya, saya mau ke kamar mandi," Ujar Alfian.

Beberapa menit kemudian, Alfian pun keluar dari kamar mandi dengan hanya menggunakan celana boxer tanpa memakai baju.

"Utami, saya akan memberitahu syaratnya sekarang. Sebelumnya saya akan bertanya, Apa kamu masih perawan?" Tanya Alfian, Utami pun mengerutkan alisnya.

"Maksudnya pak?" Tanya Utami yang masih bingung dengan pertanyaan Alfian.

"Ya, maksud saya , kamu sampai saat ini apakah masih perawan atau sudah nggak perawan lagi, jujur aja, nggak apa - apa, saya cuma mau tau aja," Tukas Alfian.

"Sa-saya masih perawan pak," Sahut Utami.

"Bagus kalau begitu, syaratnya kamu harus melayani saya, agar kamu bisa bekerja di panti pijat, dan saya akan memberimu bonus yang banyak," Ujar Alfian.

"Ta-tapi pak ... ehm ... gimana ya ... sa-saya belum siap pak?" Ucap Utami.

"Kok belum siap sih? Tadi kan kamu bisa memijat saya sewaktu di kantor," Ucap Alfian.

"Ooh ... maksud bapak, saya melayani bapak dengan memijat bapak lagi?" Tanya Utami.

"Ya iya ... memangnya kamu pikir mau melayani saya seperti apa?" Sahut Alfian.

Sebenarnya Alfian ingin dilayani lebih, tapi ternyata hati nuraninya masih ada, sehingga dia berubah pikiran. Dia akan mencoba Utami beberapa tahun lagi, kalau sekarang dia merasa Utami masih terlalu polos dan kecil untuk melayani nafsunya.

"Di kantor tadi kan hanya bagian bahu saja, karena bahu saya merasa enakan setelah kamu pijat, makanya saya membawamu ke sini agar saya bisa leluasa untuk memintamu memijat seluruh tubuh saya, tapi ya nggak semua tubuh saya juga, ada bagian - bagian tertentu yang nggak perlu di pijat," Ujar Alfian dengan tersenyum.

"Ooh ... i-iya baik pak, uuuhhh..." Ujar Utami dengan menghembuskan napas panjangnya, dia sempat berpikir yang aneh - aneh tadi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gadis Penakluk Hati CEO Dingin   Chapter 48.

    "Oke, aku akan menjaga rahasiamu, tapi itu nggak gratis, kamu harus membayarnya," Ucap Dito. "Bayar? Apa maksud anda?" Tanya Sinta. "Aku menjaga rahasiamu harus ada imbalannya, dan aku mau minta pelayanan darimu seperti yang kamu lakukan di "Kampung Cinta," Ujar Dito. "Nggak... aku nggak mau, aku sudah menikah, aku nggak akan melakukannya dengan pria lain selain dengan suamiku," Sahut Sinta. "Oke, kalau gitu aku akan keluar dan mengatakan kepada Ulfa bahwa kakaknya adalah seorang pelac"r" Ujar Dito. "Anda jangan mengancam saya seperti itu ya, saya juga bisa mengatakan kepada putri dan istri anda kalau anda sering datang ke tempat pelac"ran," Tukas Sinta. "Hei... berani - beraninya ya kamu mengancamku?" Ujar Dito geram. "Makanya, anda jangan coba - coba mengancam saya seperti itu," Ujar Sinta. Dito pun langsung keluar dari kamar Sinta dengan wajah yang penuh emosi. "Cilla... ayo kita pergi dari sini, papi ada urusan," Ajak Dito tanpa berpamitan dengan Ulfa maupun Sinta. Hanya

  • Gadis Penakluk Hati CEO Dingin   Chapter 47.

    Ulfa yang kembali ke kamar Cilla tak dapat tidur lagi karena memikirkan apa yang sudah terjadi tadi di kamar Dito. Ulfa memutar lagi ingatannya dengan apa yang sudah terjadi, tapi dia hanya mengingat sampai kepalanya yang sangat pusing dan saat berdiri ingin menuju kamar Cilla, dia pun terduduk kembali di sofa, karena tak tahan dengan sakit di kepalanya. Hanya sampai itu saja ingatannya. Akhirnya, hingga pagi Ulfa tak bisa memejamkan matanya lagi. Keesokan harinya, "Ulfa... gimana semalam? Enak nggak tidurnya di rumah aku?" Tanya Cilla. Ulfa tak langsung menjawab, dia masih terdiam, karena fikirannya masih menerawang kejadian semalam. "Hei Ulfa...melamun aja sih?" Panggilan Cilla itu mengangetkan Ulfa yang fikirannya masih kemana - mana. "Eh...i iya Cilla, enak tidur di sini, tidurku nyenyak banget lho Cilla," Sahut Ulfa yang sengaja berbohong untuk menutupi keadaannya yang saat ini sedang galau. "Baguslah kalau begitu, besok - besok nginap di sini lagi ya," Ujar Cilla dan Ulfa

  • Gadis Penakluk Hati CEO Dingin   Chapter 46.

    "Om ke kamar dulu bentar ya, kamu tunggu di ruang keluarga," Ucap Dito. "Baik Om," Sahut Ulfa. Dito pun ke kamarnya untuk mengambil sesuatu dan di masukkan ke dalam saku celananya, setelah itu dia kembali ke ruang keluarga untuk menemui Ulfa. "Hai Ulfa... maaf ya, tadi om ngambil ponsel om dulu di kamar," Ucap Dito. "Ooh iya, nggak apa - apa Om," Sahut Ulfa. "Oh ya Ulfa, sepertinya om pernah melihatmu, tapi Om lupa melihatmu dimana," Ucap Dito "Oh ya? Mungkin nggak sengaja ngelihat aku di jalan kali om," Sahut Ulfa. "Mungkin juga sih," Ucap Dito. "Ehm...kayaknya kurang enak deh kalau nggak ada cemilan, coba kamu lihat dulu di dapur atau lihat di kulkas, siapa tau ada cemilan," Titah Dito. "Iya Om, sebentar ya, saya coba lihat dulu ke dapur, tadi aku dan Cilla ada beli cemilan sih Om waktu ke mall, aku lihat dulu ya om," Ujar Ulfa dan Dito pun mengangguk. Tak menunggu lama, Ulfa kembali ke ruang keluarga membawa kue yang di beli Cilla di Mall, mereka pun memakannya sembari me

  • Gadis Penakluk Hati CEO Dingin   Chapter 45.

    Beberapa bulan kemudian, "Mas... ayo bangun... memangnya kamu nggak ke kantor? aku punya hadiah nih buat kamu, tapi bangun dulu," Ucap Utami kepada Alex. "Apa sih sayang... aku mau bangun, tapi pengen peluk kamu dulu," Sahut Alex dengan nada manjanya. Utami pun mendekatkan tubuhnya kepada Alex yang masih berbaring, dengan cepat Alex memeluk erat tubuh Utami. "Sayaaang... udahan yuk, kamu bau asem, bangun dulu, aku mau ngasih hadiah buat kamu," Ucap Utami. "Yakin kalau aku bau asem, tubuhku selalu wangi sayang, biar nggak mandi seminggu juga aku tetap wangi kok, btw.... kamu mau ngasih aku hadiah apa? Memangnya hari ini aku ulang tahun?" Tanya Alex. "Udah lah... bangun dulu, aku ngasih hadiah karena kamu sudah jadi suami yang baik buat aku, suami yang pengertian, suami yang perhatian, dan kamu membuktikan janjimu sebelum kita menikah," Tutur Utami.sembari tersenyum manis. "Iya dong sayang... aku tuh aslinya kalau udah nemuin satu wanita yang pas di hati, aku pasti jadi tipe lela

  • Gadis Penakluk Hati CEO Dingin   Chapter 44.

    "Oke, Ibu sudah mendengar jawaban dari kalian semua, dan buat Ulfa, Ibu sangat terharu dengan jawabanmu, semoga Bapak dan Ibumu sudah tenang di alam sana, maka kamu jadilah anak yang baik, agar Bapak dan Ibumu bahagia disana" Ujar Ibu Guru."Aamiin... terima kasih Do'anya bu," Ucap Ulfa."Iya, sama - sama Ulfa," Sahut Ibu Guru."Dan buat Cilla, kamu harus lebih menghormati kedua orang tuamu, jika mereka sedang ada di rumah, coba lah untuk mendekati mereka, ajak mereka ngobrol, agar kalian bisa semakin dekat dan akrab" Tutur Ibu guru."Kayaknya susah deh Bu, soalnya papi dan mami saya itu sering keluar kota dan luar negeri, mereka sibuk banget, sampai - sampai kalau mereka di rumah pun, yang mereka bicarain adalah tentang pekerjaan atau kesibukan mereka masing - masing, gimana caranya agar saya bisa mengajak mereka ngobrol santai Bu, kalau mereka aja nggak perduli sama saya, tapi memang sih apapun yang saya mau, pasti selalu mereka penuhi, tapi padahal saya itu butuh mereka Bu, saya ng

  • Gadis Penakluk Hati CEO Dingin   Chapter 43.

    "Sachie... Sachie... beruntung ada yang nolong kamu, kalau nggak ada yang nolong gimana? Makanya kalau mau kemana - mana tuh, ngomong dulu sama mami, biar mami bisa nemenin kamu," Ucap Mama Sachie. "Iya... maafin Sachie mi... lain kali nggak lagi kok mi," Sahut Sachie menyesal. "Ya udah, kali ini mami maafin, masalahnya kalau kamu kenapa - napa, papi kamu pasti marahnya sama mami, nanti mami pasti di bilangin kalau nggak bisa jagain kamu, makanya jangan cari gara - gara ya," Ucap Mami Sachie, yang bernama Clara. "Ya udah, kamu ganti baju dulu sana, ntar masuk angin lagi," Ucap Clara. Clara adalah mami sambungnya Sachie, mami kandung Sachie meninggal dunia saat usia Sachie 8 tahun, papi Sachie seorang pengusaha kaya raya, dia sangat menyayangi Sachie dan tak boleh lecet sedikit pun. Papinya bernama David Olivier, belum memiliki anak lagi dari Clara, mami sambung Sachie. Sehingga Clara bertanggung jawab penuh dalam menjaga dan merawat Sachie, walaupun saat ini Sachie sudah ber

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status