LOGIN"Cantik juga nih, sepertinya masih bersih ni anak, akan ku coba nanti," Batin Alfian dengan senyum seringainya.
"Duduk dulu ya," Ucap Alfian saat dia dan Utami sudah berada di dalam ruangannya. "Iya pak," Sahut Utami. Beberapa menit kemudian, Alfian menghampiri Utami dan duduk di sebelah Utami. "Kamu bisa masak?" Tanya Alfian. "Bisa pak," Jawab Utami sembari menunduk. "Oke, untuk dua bulan ke depan, kamu saya tempatkan di bagian cuci piring dulu ya, jika kamu bekerjanya rajin, saya akan menempatkanmu di bagian dapur untuk menjadi asisten chef," Ujar Alfian. "Baik pak," Ucap Utami. "Ya sudah, sekarang kamu bisa mulai bekerja," Titah Alfian. "Terima kasih pak," Sahut Utami. Utami pun antusias dan giat dengan pekerjaan barunya. Dia sangat bahagia, karena kini dia bisa bekerja di restoran, walaupun hanya sebagai pencuci piring, tapi dia bisa mendapatkan gaji bulanan, dia juga tak perlu panas - panasan lagi saat menjajakan koran yang di jualnya. "Kak, tiap hari kakak terlihat semakin bersih dan rapi, kakak nyaman kerja di restoran?" Tanya Usama setelah Utami bekerja selama dua Minggu di restoran. "Alhamdulillah, kakak nyaman kerja di restoran, semua teman kerja kakak juga orangnya baik dan ramah semua kepada kakak, gajinya juga banyak dek, sebenarnya ada pekerjaan yang bisa mendapatkan lebih banyak uang lagi, tapi sayangnya kakak nggak bisa pijat. Katanya kalau kerja di panti pijat, walaupun gajinya sama saja dengan pekerjaan yang lain, tapi disana pelanggannya sering ngasih bonus yang banyak kalau kita pijatnya enak," Jelas Utami. "Kalau gitu, mending kakak belajar pijat, biar kakak bisa kerja di panti pijat dan bisa dapat banyak uang kak," Ujar Ulfa yang tiba - tiba keluar dari kamarnya dan langsung duduk di meja makan untuk sarapan bersama. "Jangan dulu deh kak, mending kakak di restoran dulu, cari pengalaman sekalian belajar bermacam - macam masakan, apalagi masakan kakak kan enak tuh, siapa tau nanti kakak bisa buka restoran sendiri," Ujar Usama sembari tersenyum. "Bener juga sih ucapanmu dek, tapi sementara ini kakak masih ditugaskan di bagian pencuci piring, kalau kakak kerjanya giat dan rajin, kakak akan di pindah tugaskan menjadi asisten chef," Ucap Utami. "Waaah ... bagus dong kak, jadi kakak bisa banyak belajar tentang masakan asia nanti," Ujar Usama. "Aah ... mending belajar pijat, biar kakak bisa dapat banyak bonus, biar bisa cepat beliin aku sepatu dan tas baru," Ujar Ulfa dengan mulutnya yang penuh dengan makanan. "Nanti deh kakak pikirin lagi, lebih baik kalian habisin cepat sarapan kalian," Titah Utami. Pagi itu, Usama dan Ulfa sudah lebih dulu keluar dari rumah menuju ke sekolahnya dengan menggunakan sepeda, sedangkan Utami sedang mencuci piring kotor bekas mereka sarapan tadi, kemudian menyapu dan mengepel lantai rumah mereka. Setelah semuanya beres, barulah Utami menunggu ojek online di depan rumahnya, dia sudah memesan ojek online 10 menit yang lalu. Tak menunggu lama, ojek online yang Utami pesan pun datang. Ojek itu pun melajukan kendaraannya dengan kecepatan sedang. Tepat pukul 7.20, motor ojek yang di tumpangi Utami pun telah sampai di pelataran parkir depan gedung tersebut. Setelah membayar ojek, Utami pun langsung masuk ke dalam gedung itu dan menuju restoran tempatnya bekerja. Dia langsung membantu cleaning service untuk mengelap meja - meja customer. Setelah itu, dia istirahat sejenak di rest room khusus karyawan restoran. Tak lama berselang, Alfian datang dan menyuruhnya masuk ke dalam ruangannya. Utami pun menuruti permintaan bos nya itu. "Utami, nanti siang ikut saya keluar, saya mau minta bantuanmu," Ucap Alfian saat Utami sudah duduk di sofa dalam ruangan Alfian. "Ehm ... kemana pak, trus pekerjaan saya gimana?" Tanya Utami. "Nanti saja saya jelaskan, saya akan menyuruh yang lain untuk menggantikanmu sementara waktu," Sahut Alfian. "Ooh iya, baik pak," Ucap Utami. "Apa ada lagi yang bisa saya bantu pak?" Tanya Utami. "Ini, tolong kamu pijitin dulu, pegel banget, karena semalam habis ngerjain laporan," Titah Alfian mengelus - elus pundak dan lehernya. Utami pun mengikuti perintah Alfian, dia dengan telaten memijat pundak dan leher Alfian. "Utami ... kenapa kamu nggak kerja di panti pijat aja? Enak lho pijatanmu ini," Tutur Alfian. "Yang bener pak? Saya tuh cuma pernah pijat Bapak dan Ibu saja, belum pernah memijat orang lain, lagian saya juga belum belajar teknik yang baik dalam pemijatan pak," Ujar Utami. "Kalau kamu mau pindah ke bagian panti pijat, bisa kok, walaupun kamu baru beberapa minggu kerja disini, saya gak akan memberimu sanksi maupun denda, kalau di panti pijat bonusnya banyak lho," Tutur Alfian. "Ehm ... bapak serius gak akan memberi saya sanksi atau denda kalau saya berhenti secepat ini, walaupun saya bekerja belum sampai 6 bulan?" Tanya Utami berbinar. "Ya, saya serius, tapi tentu saja ada syaratnya," Ujar Alfian. "Ehm ... sayaratnya apa pak?" Tanya Utami lagi. "Siang ini kamu ikut saya dan akan saya beritahu apa syaratnya agar kamu bisa pindah kerja tanpa terkena sanksi dan denda," Tutur Alfian. "Kamu mau kan ikut saya siang ini?" Tanya Alfian. "Iya ... saya mau pak," Jawab Utami yang masih memijat pundak dan leher Alfian. "Ya sudah, kalau gitu kamu lanjutkan pekerjaanmu, saya juga sudah enakan setelah kamu pijat," Ucap Alfian dan Utami mengangguk. "Kalau begitu, saya permisi untuk kembali bekerja pak," Ucap Utami kemudian beranjak keluar dari ruangan Alfian. Tepat jam 1 siang, Alfian dan Utami sudah berada di dalam mobil. Alfian terus saja mencuri - curi pandang ke arah Utami. Utami, dengan usianya yang masih remaja, tapi tubuhnya yang ideal, serta wajahnya yang cantik mampu membuat siapapun jatuh hati kepadanya. Gunung kembar Utami tak terlalu besar, tapi di usia remaja sepertinya, ukuran seperti itu sudah termasuk besar. 25 menit kemudian, mereka pun sampai di depan sebuah apartment. "Ayo turun ... kita sudah sampai," Ucap Alfian. "Baik pak," Sahut Utami. Utami pun mengekor di belakang Alfian. Alfian begitu tergesa - gesa ingin segera sampai di kamarnya. "Ayo masuk Tami..." Titah Alfian saat dia sudah membuka pintu kamarnya, kemudian menutup dan menguncinya kembali. "Kamu duduk dulu ya, saya mau ke kamar mandi," Ujar Alfian. Beberapa menit kemudian, Alfian pun keluar dari kamar mandi dengan hanya menggunakan celana boxer tanpa memakai baju. "Utami, saya akan memberitahu syaratnya sekarang. Sebelumnya saya akan bertanya, Apa kamu masih perawan?" Tanya Alfian, Utami pun mengerutkan alisnya. "Maksudnya pak?" Tanya Utami yang masih bingung dengan pertanyaan Alfian. "Ya, maksud saya , kamu sampai saat ini apakah masih perawan atau sudah nggak perawan lagi, jujur aja, nggak apa - apa, saya cuma mau tau aja," Tukas Alfian. "Sa-saya masih perawan pak," Sahut Utami. "Bagus kalau begitu, syaratnya kamu harus melayani saya, agar kamu bisa bekerja di panti pijat, dan saya akan memberimu bonus yang banyak," Ujar Alfian. "Ta-tapi pak ... ehm ... gimana ya ... sa-saya belum siap pak?" Ucap Utami. "Kok belum siap sih? Tadi kan kamu bisa memijat saya sewaktu di kantor," Ucap Alfian. "Ooh ... maksud bapak, saya melayani bapak dengan memijat bapak lagi?" Tanya Utami. "Ya iya ... memangnya kamu pikir mau melayani saya seperti apa?" Sahut Alfian. Sebenarnya Alfian ingin dilayani lebih, tapi ternyata hati nuraninya masih ada, sehingga dia berubah pikiran. Dia akan mencoba Utami beberapa tahun lagi, kalau sekarang dia merasa Utami masih terlalu polos dan kecil untuk melayani nafsunya. "Di kantor tadi kan hanya bagian bahu saja, karena bahu saya merasa enakan setelah kamu pijat, makanya saya membawamu ke sini agar saya bisa leluasa untuk memintamu memijat seluruh tubuh saya, tapi ya nggak semua tubuh saya juga, ada bagian - bagian tertentu yang nggak perlu di pijat," Ujar Alfian dengan tersenyum. "Ooh ... i-iya baik pak, uuuhhh..." Ujar Utami dengan menghembuskan napas panjangnya, dia sempat berpikir yang aneh - aneh tadi.Utami pun mulai memijat Alfian. Alfian sampai tertidur merasakan enaknya pijatan Utami. "Pak ... bangun pak ... sudah selesai pijatnya," Ucap Utami membangunkan Alfian, tapi Alfian masih tidur dengan lelap. Karena kelelahan memijat tubuh Alfian, akhirnya Utami pun membaringkan tubuhnya di sofa, dan tak lama kemudian, dia pun tertidur. Setelah satu jam berlalu, Alfian terbangun dan dia melihat Utami tertidur di atas sofa. Karena tak tega, dia mengangkat tubuh Utami ke atas kasur dan membaringkannya disana. Dia terus memandangi wajah Utami, wajah yang manis dan sangat polos. Dia tak tega merusak wanita semanis dan sepolos itu. Dia mulai berpikir, apabila Utami pindah ke bagian panti pijat, pasti dia akan rusak disana, mendingan dia tetap meminta Utami untuk bekerja di restoran. "Lho pak ... kok saya di sini?" Utami terkejut saat dia membuka matanya, dan menyadari bahwa tempat tidurnya berbeda dengan yang sebelumnya. "Tadi saya yang memindahkan mu ke kasur, karena saya nggak tega
"Cantik juga nih, sepertinya masih bersih ni anak, akan ku coba nanti," Batin Alfian dengan senyum seringainya. "Duduk dulu ya," Ucap Alfian saat dia dan Utami sudah berada di dalam ruangannya. "Iya pak," Sahut Utami. Beberapa menit kemudian, Alfian menghampiri Utami dan duduk di sebelah Utami. "Kamu bisa masak?" Tanya Alfian. "Bisa pak," Jawab Utami sembari menunduk. "Oke, untuk dua bulan ke depan, kamu saya tempatkan di bagian cuci piring dulu ya, jika kamu bekerjanya rajin, saya akan menempatkanmu di bagian dapur untuk menjadi asisten chef," Ujar Alfian. "Baik pak," Ucap Utami. "Ya sudah, sekarang kamu bisa mulai bekerja," Titah Alfian. "Terima kasih pak," Sahut Utami. Utami pun antusias dan giat dengan pekerjaan barunya. Dia sangat bahagia, karena kini dia bisa bekerja di restoran, walaupun hanya sebagai pencuci piring, tapi dia bisa mendapatkan gaji bulanan, dia juga tak perlu panas - panasan lagi saat menjajakan koran yang di jualnya. "Kak, tiap hari kakak
Tak menunggu lama, mobil Sophie pun sudah sampai di tempat parkiran. Supir membukakan pintu mobil buat Sophie, dia pun keluar dari mobil kemudian mengajak Utami untuk mengikutinya. Saat memasuki gedung tingkat empat itu, Utami mengedarkan pandangannya. Di sebelah kanan dekat pintu masuk, ada sebuah restoran, sedangkan di sebelah kiri dekat pintu masuk ada sebuah fitnes center. Utami terus mengekor di belakang Sophie, kemudian Sophie memasuki lift dan menuju ke lantai empat. Tak lama kemudian, Sophie pun keluar dari lift tersebut yang masih diikuti oleh Utami. Mereka menyusuri lorong tersebut, dan sampailah di depan sebuah ruangan yang di depannya terdapat sebuah meja dan kursi kerja yang di duduki oleh seorang wanita cantik, berambut curly, dengan memakai dres mini berlengan pendek, dari kejauhan dia sudah tersenyum ke arah Sophie dan Utami. "Morning mami phie..." Sapa wanita cantik itu dengan ramah dan tersenyum. "Morning too Luna..." Sophie membalas sapaan itu dengan tak k
"Kakak..." Panggil Ulfa."Kenapa dek?" Tanya Utami."Lihat nih...sepatu dan tas ku udah sobek dimana - mana." Ujar Ulfa sembari memperlihatkan tas dan sepatunya kepada Utami.Tapi, sebelum Utami menjawabnya, Usama datang dan langsung mengambil tas dan sepatu Ulfa."Sepatunya hanya terlihat kusam dan terbuka sedikit bagian bawahnya, tp kan tinggal beli lem aja, tapi masih di pakai. Trus tasnya juga, masih bisa di pakai kok, tinggal di jahit sedikit yang bagian sobeknya. Nggak perlu beli yang baru, pakai ini aja." Ucap Usama bijaksana."Tapi kan aku malu, sering di ledekin sama teman - teman di sekolah bang, beliin yang baru ya kak." Rengek Ulfa kepada Utami."Hem .... iya dek, nanti kalau ada rezeki lebih, kakak beliin yang baru ya, do'ain kakak semoga sehat terus, kalian juga sehat terus ya, yang rajin belajarnya." Ucap Utami."Si Ulfa jangan terlalu di manja kak, nanti dia minta jantung lho." Ujar Usama menyindir Ulfa."Apaan sih bang, kakak kan memang baik, penyayang, cantik lagi. M







