"Aku pikir kamu sudah melupakan aku, kapan kamu akan bawa aku pulang dari sini?" Ucap perempuan cantik dalam pelukan Arkana malam ini. Cup. "Yang sabar ya sayang, sebentar lagi aku akan membawa kamu pulang tanpa ada jarak sedikitpun di antara kita. Saat ini suasana masih belum kondusif, kamu tahu sendiri aku melakukan ini demi keselamatan kamu." Ujar Arkana mencium kening perempuan itu. Perempuan cantik itu semakin mengeratkan pelukan tidak ingin melepasnya begitu saja. Sosok yang selalu dirindukannya hanya dapat bertemu satu bulan sekali, dan itu pun waktunya sangat terbatas. Setiap kali Arkana mengunjunginya, mereka akan menghabiskan waktu berdua untuk melakukan apapun yang diinginkannya. Jalan-jalan, makan, nonton dan melakukan hal yang biasa pasangan kekasih lain melakukan dengan romantis. Hubungan jarak jauh sangatlah sulit dan terbatas, jika pasangan lain dapat berkomunikasi dengan baik dengan ponsel. Mereka tidak bisa melakukannya, jika Arkana merindukannya Arkana akan lan
Yasmin membuat nafas lega saat suaminya pulang di waktu yang tepat, jika saja Arkana tidak pulang dan Bara akan membalasnya seperti ancaman yang dilontarkannya. Entah apa yang akan terjadi dengan Yasmin. Kini Arkana bersama Bara membicarakan sesuatu yang di ruang keluarga tanpa membiarkan Yasmin. Kedua pria itu bicara dengan serius dan membuat Yasmin penasaran. Langkah Yasmin begitu pelan, berusaha tidak mengeluarkan suara apapun selain diam di balik pintu untuk mendengarkan pembicaraan mereka. “Kecantikan istri kamu sungguh luar biasa, sampai bisa menghipnotis para tamu undangan malam itu. Kamu memang sangat pandai memilih perempuan, sayangnya kali ini. Sifat gadis itu sangat jauh berbeda dari kekasihmu sebelumnya,” ujar Bara menatap Arkana yang sedang menikmati secangkir kopi. Tatapan Arkana begitu datar, keduanya saling melemparkan tatapan penuh dengan bara api. Saling menelisik dan saling mencari kelemahan dalam diri. “Berhentilah bicara omong kosong, sekarang katakan apa yan
“Ponselnya terus berbunyi, jadi sa- say-”“Berikan,” ujar Arkana mengulurkan satu tangannya. Yasmin segera bergerak menuruni ranjang memberikan ponsel itu kepada sang suami, Ia berdiri di samping Arkana dengan mata masih memperhatikan ponsel pria itu.Tidak ada kesempatan untuk melihatnya, Arkana justru mematikan ponselnya setelah melihatnya, kemudian ia menatap Yasmin. “Keluar dari kamar ini,” ucap Arkana. Gadis itu mengerjapkan mata beberapa kali, pikirannya tidak berfungsi karena masih terkejut dengan pesan tadi dan sekarang ia tiba-tiba diusir oleh sang suami. “Saya bilang keluar,” Ucap Arkana sekali lagi dengan nada tinggi.Yasmin melangkahkan kakinya mundur, dengan langkah ragu dan bingung ia tetap menuruti perkataan sang suami yang tiba-tiba mengusirnya. Bahkan Arkana melihat gerak geriknya hingga dirinya sampai di pintu, pria itu menguncinya dari dalam. Yasmin masih berdiam diri di depan pintu menatapnya penuh tanya dan rasa penasaran yang begitu tinggi, ia menggigit sa
Hari begitu cerah dan indah, sama seperti suasana hati Yasmin saat ini. Bahagia karena setiap saat berada di dekat Arkana, dengan sikapnya yang lembut dan tidak lagi marah. Tanpa ada basa-basi lagi Yasmin mengeluarkan sifat aslinya yang manja dan periang seperti sebelumnya, tidak peduli orang menilainya seperti apa. Itulah jati diri sesungguhnya yang selalu ia tahan saat bersama tuan muda, tetapi kali ini ia merasa bebas.Cahaya matahari menembus jendela kamar, tetapi Arkana masih terlelap dalam tidurnya. Yasmin memperhatikan wajah tampan suaminya yang begitu indah. Salah satu jarinya bergerak menusuk pipi Arkana dengan sangat pelan, kemudian ia mendekatkan wajahnya lalu membisikan sesuatu tepat di samping telinga lelaki itu. “Tuan Muda Arkana Amijaya, ayo bangun dan sarapan.” bisik Yasmin.Tidak ada pergerakan apapun. Yasmin pun kembali menusuk pipinya dan berbisik lagi. “Bangunlah, tuan muda.” ujar Yasmin. Kedua mata Arkana pun terbuka, pertama yang dilihatnya adalah wajah sang
“Tuan ini kopinya,” Yasmin meletakan secangkir kopi di atas meja kerja Arkana. “Heem,” jawab Arkana masih fokus dengan komputernya. Yasmin tidak langsung pergi, ia menatap Arkana yang selalu sibuk dengan pekerjaan, baik di kantor maupun di rumah. Siang dan malam, yang dipegangnya hanya ponsel dan laptop. Gadis itu menghembuskan nafas melangkahkan kaki mendekati sang suami, berdiri di belakang kursi Arkana, kemudian ia memijat pundak pria itu dengan pelan. Arkana langsung merespon menatap Yasmin setelah pergerakan di pundaknya, matanya mengerjap beberapa kali merasakan nyaman di pundaknya.“Lanjutkan, saya sudah biasa melakukan hal ini untuk papi.” Ujar Yasmin terus memijat pundak Arkana dengan kemampuannya.Pria itu menghela nafas panjang, ia kembali menatap layar komputer sambil menikmati pijatan Yasmin, mengurangi pegal di pundaknya. Tangan Yasmin tidak berhenti bergerak, gerakannya terus barangkali mengikuti insting yang biasa dilakukan saat memijat papinya, matanya ikut melih
“Obat perangsang apa?” Ucap Yasmin semakin bingung. Arkana tidak menjawab, ia melewati Yasmin membuka lemari dengan mengobrak abrik semua pakaian Yasmin dari lemari, tapi tidak menemukannya. Prank. Arkana semakin emosi karena tidak menemukannya, meja rias Yasmin disapu bersih, berserakan dilantai, pria itu benar-benar dikuasai emosi dan membuat semua barang di kamar Yasmin berantakan. “Cepat katakan dimana kamu menyimpannya?” Bentak Arkan. Air mata Yasmin pun turun, menggelengkan kepala tidak tahu apapun soal obat seperti yang dituduhkan Arkana. “Aku tidak tahu,” lirihnya menunduk. Arkana mencengkram dagu Yasmin dengan kuat, ia angkat agar menatap dan berkata. “Kamu sengaja melakukan itu hah, katakan kenapa kamu melakukannya?” Ujar Arkana. Air mata Yasmin tidak berhenti mengalir, dagunya terasa perih karena kuku Arkana menusuk kulitnya, ia berusaha menarik tangan pria itu tetapi tidak kuat. “Aku tidak apapun hiks, aku tidak melakukannya hiks.” Ucap Yasmin sambil sesenggukan.
Kejadian hari itu membuat hubungan Arkana dan Yasmin renggang. Keduanya tidak berbicara, bahkan saling menyapa pun tidak, saling terdiam dengan emosinya masing-masing. Bibi Anna berusaha untuk memperbaiki dan menyatukan Arkana dan Yasmin, tetapi keduanya keras kepala saling menghindari.Kemarahan Arkana saat itu membuat Yasmin kecewa dan sakit hati, ia merasa tidak berharga setelah memberikan mahkotanya untuk yang pertama. “Non, jika kalian terus seperti ini, hubungan kalian akan semakin renggang.” Ujar bibi Anna. “Dia aja gak peduli bi, jadi untuk apa aku peduli.” Balas Yasmin dengan kesal. Bibi Anna menghembuskan nafas lelah, ia mengusap keningnya dan berkata. “Ya udahlah non, bibi mau ke dapur dulu.” Katanya terlihat lelah. Wajah Yasmin semakin murung. Di depannya Arkana baru saja datang dengan penampilan rapi siap untuk berangkat ke kantor, tatapannya begitu datar menarik salah satu kursi di depan Yasmin.Mata Yasmin dengan jeli memperhatikan gerak-gerik suaminya sambil memas
“Apa hari ini tuan sudah membaca berita?” Ujar Jessica. Arkana memejamkan kedua matanya dengan bahu yang disandarkan di kursi. Baru saja meeting selesai, kembali ke ruangan untuk istirahat dan sekarang Jessica masih mengganggunya. “Maafkan saya tuan, tapi ini penting. Ini menyangkut istri anda,” lanjut Jessica. Kedua mata Arkana pun terbuka, ia menatap sang sekertaris dan berkata. “Katakan,” perintahnya. Jessica segera menyalakan Ipad-nya, lalu ia menunjukan artikel yang memasang foto Yasmin dengan narasi yang mereka buat dan dimuat oleh media besar. Arkana membaca artikel tersebut hingga salah satu alisnya naik, kemudian ia men scroll artikelnya dan menemukan banyak ulasan ataupun komentar negatif. Tidak hanya satu ataupun dua artikel, ternyata banyak media Yang sudah menyebarkan informasi Yasmin hingga kehidupan pribadi dan masa lalunya diungkap. Tiba-tiba ponsel Jessica berdering, ia segera mengangkatnya sambil menunggu tuan muda yang sedang membaca artikel. “Baik tuan, ya