Angel sudah sadar, namun keadaan psikologisnya belum pulih, dokter memintanya untuk tidak membuat kesalahan sedikitpun yang akan menyebabkan perempuan itu stress. Namun, Arkana harus selalu ada di samping Angel selama pemulihannya dan Arkana harus membantu kesembuhan Angle. “Arkana aku bosan makan obat terus, sampai kapan aku harus meminum obat ini? Kamu tidak lihat aku sudah sehat?” Ucap Yasmin menyingkirkan obat dari hadapannya. “Dokter memberikan obat, itu artinya belum sehat. Jika kamu ingin cepat keluar dari sini, ikuti perintah dokter, karena ini demi kesahan kamu.” Kata Arkana menasehatinya. Angel membuang nafas pasrah, ia pun menerima obat itu dan meminumnya. Rasa pahit obat tersebut memiliki efek samping mengantuk, hingga Angel sering terlelap setiap kali minum obat. Setelah makan malam dan minum obat, Angel menonton televisi ditemani Arkana, ia tidak diperbolehkan bermain ponsel oleh Arkana sehingga membuat perempuan itu cepat bosan. “Kamu mau kemana?” tanya Angel saat
“Kalian bagaimana sih, bagaimana bisa pasien hilang. Kalian benar-benar tolol hah.” Teriak Arkana marah. Bugh. Arkana menghajar anak buahnya yang tidak becus menjaga orang sakit seperti Angel. Ia tidak habis pikir Angel bisa menghilang dengan pengawasan kedua anak buahnya. Arkana semakin frustasi, ia stress memikirkan istrinya yang belum di temukan dan sekarang Angel juga menghilang.Rencana Arkana ke Swiss gagal karena mendapat laporan dari rumah sakit jika Angel melarikan diri, keduanya begitu penting bagi Arkana, namun ia harus mendahulukan mencari Angel karena kondisi kejiwaannya yang belum pulih.“Kerahkan semua anak buahmu, jika terjadi sesuatu padanya. Aku pecat kalian semua,” kata Arkana. “Baik tuan,” pria yang mendapat pukulan itu segera melaksanakan perintah tuan muda. Malam ini Arkana tidak bisa tidur, kantung matanya mulai terlihat gelap, wajahnya begitu lusuh dan berantakan.Faramita menangis memikirkan keadaan yang begitu genting, ia khawatir dengan Angel, tapi ia j
Terbit matahari Meli dan suaminya sudah bersiap untuk sarapan pagi. Mereka menunggu putrinya yang tidak kunjung datang ke meja makan, sehingga Meli merasa khawatir, dan Aditya sang suami memintanya untuk menyusulnya ke kamar. Meli pun meninggalkan suaminya untuk melihat keadaan putrinya, belum sampai Meli melihat putrinya keluar dari kamar dengan wajah sembab, tetapi masih memperlihatkan deretan giginya yang indah. “Maaf mi aku kesiangan,” katanya memeluk lengan Meli mengajak kembali ke ruang makan. “Tidak apa-apa sayang, mami pikir kamu tidak ingin sarapan.” Jawab Meli. “Aku sangat lapar, babyku juga pasti lapar.” Kata Yasmin mengusap perutnya. “Morning papi,” sapa Yasmin mencium pipi Aditya.“Morning princess papi,” jawab Aditya balas mencium pipi Yasmin. Yasmin duduk didepan kedua orang tuanya. Hanya sekedar menyapa papinya seperti biasa, ia langsung sarapan dengan wajah bengkak tanpa mengatakan apapun. Aditya memperhatikan putrinya begitu lekat, makannya begitu lahap, bicar
“Sayang, kenapa gak habisin makanannya? apa gak enak?” Tanya Angel menatap makanan Arkana masih banyak. Arkana tidak menjawabnya, ia sibuk bermain ponsel yang membuatnya terus fokus menunggu informasi dari anak buahnya. Angel berdiri dari kursinya, ia berdiri di belakang kursi Arkana, mengusap punggungnya dengan lembut membuat Arkana sadar. “Ada apa sayang?” Kata Yasmin. “Tidak ada, nafsu makan ku kurang baik. Aku akan ke kantor,” katanya mematikan ponselnya.“Aku ikut,” katanya. Arkana hanya menganggukan kepala tipis, kemudian berdiri dari duduknya dan Angel memberikan hadiah ciuman di pipinya.Perempuan itu begitu manja memeluk lengan Arkana, mengikuti langkahnya meninggalkan meja makan. Bibi Anna dan rekannya yang lain begitu kesal melihat tuannya kembali bersama Angel, mereka benar-benar kecewa karena Arkana telah mengabaikan perasaan Yasmin yang sedang mengandung putranya. Tetapi apa daya? Mereka tidak bisa berbuat apapun selain patuh dan mendoakan kebahagiaan tuannya, kar
“Yasmin, hey mau kemana?” panggil Meli mengikutinya. “Yasmin capek mom, papi bohong. Katanya papi gak akan pernah memaksa Yasmin tentang apapun, tapi papi sudah mengingkari janjinya.” Jawab Yasmin sambil menghentakkan kakinya kesal. Pembicaraan Aditya dan Dimas di pantai membuat Yasmin emosi, ia meninggalkan mereka karena jengkel mendengar papinya yang tidak berhenti menjodohkannya dengan Dimas. Meli juga sama kesalnya, makanya ia memilih mengikuti putrinya dan meninggalkan suaminya di pinggir pantai bersama Dimas. Tiba di penginapan Yasmin segera membersihkan diri dari pasir, merendam tubuhnya di bak mandi, ia memejamkan kedua matanya menenangkan pikirannya yang memanas karena papinya. Tok tok tok. “Nak, jangan lama-lama nanti ketiduran.” Kata Meli. “Iya mom,” jawab Yasmin dalam kamar mandi. Peringatan Meli pun Yasmin hiraukan, jika sudah nyaman dan tertidur pulas, ia sulit untuk bangun. Pintu kamar mandi yang tidak dikunci, membuat siapapun bisa masuk. Kamar yang begitu sep
Mata Arkana berkaca-kaca menatap janin kembar yang tumbuh dalam istrinya, pergerakan mereka membuat hati Arkana menghangat, memperhatikan tangan dan beberapa anggota tubuh yang mulai terbentuk. Tetesan air mata meluncur membasahi pipinya, pria itu menangis penuh haru dan bahagia untuk pertama kali melihat pertumbuhan buah hatinya, ia sampai tidak sadar Yasmin membuka kedua matanya. Air mata Arkana menyadarkan Yasmin yang ikut menatap monitor pergerakan janin dalam perutnya. “Ke kenapa ada dua?” Kata Yasmin. “Sayang, kamu sudah sadar.” Ujar Arkana mencium kening Yasmin. “Janin anda kembar,” ujar dokter. Tangan Yasmin mengusap perutnya, ia menangis bahagia, hal yang tidak pernah diharapkannya justru hadir memberikan harapan yang begitu luar biasa yang tidak pernah ia duga. Arkana mencium seluruh wajah istrinya yang basah dengan air mata, dan berkata. “Terimakasih sayang,” ujar Arkana. “Berterima kasihlah kepada tuhan hiks, tuhan sudah menitipkan mereka kepadaku, semoga aku bisa
Pulang dari pantai Yasmin tidaklah happy, ia justru memikirkan Arkana karena setelah pulang dari rumah sakit pria itu menghilang tanpa kabar. Yasmin begitu risau, ia merasa bersalah sudah menampar Arkana, tangan yang ia gunakan untung menampar Arkana menjadi bayang-bayang penyesalan. Dalam hati ia meminta maaf saat mengusap perutnya dan berkata. “Maaf, mommy sudah kasar kepada Daddy kalian, habisnya mommy kesal sudah fitnah mommy kayak gitu. Padahal mommy tidak memiliki hubungan apapun dengan Dimas,” gumamnya. Yasmin menghela nafas panjang, ia kembali menatap telapak tangannya dan merasa kesal tangan itu sudah menampar Arkana. “Pasti sakit,” ujarnya mengusap pipinya sendiri membayang pipinya setelah ditampar. “Hei ngapain melamun disini? Jangan kebanyakan melamun banyak setan,” ujar Meli menghampiri Yasmin yang bersantai di taman belakang.“Ihh mami jangan asal bicara, takut tahu.” Kata Yasmin. “Ya, makanya ayo masuk. Waktu berjemurnya sudah habis, di depan ada tamu.” Kata Meli.
“Menantu mami gak ikut?” Tanya Faramita dari tadi mencari Yasmin. “Tidak mom, aku gak mau dia kecapean.” Kata Arkana melepaskan jasnya.Arkana tiba dengan selamat, ia langsung istirahat di rumah orang tuanya, bukan rumahnya. Karena ia tahu Angel pasti sedang menunggunya, Arkana butuh waktu yang tenang.Faramita menatap putranya yang langsung memejamkan kedua mata, tampaknya begitu lelah sampai ke kamar mandi. “Mommy siapkan makanan ya,” katanya. “Heem,” dehem Arkana. Faramita menutup pintu kamar putranya, ia menaiki lift sampai di lobi ia meminta para pembantunya menyiapkan makan malam untuk Arkana dengan menu yang sudah ia berikan. Tidak lama suami dan putranya yang lain pulang dari kantor. Faramita menyambut suaminya dan memberitahukan kepulangan Arkana. Bara dan Marcel saling melemparkan tatapan, diam-diam mereka mendengarkan pembicaraan kedua orang tuanya. Tidak sabar Bara ingin menemui Arkana yang baru pulang menjenguk Yasmin. “Mikirin apa Lo?” Kata Marcel menegur saudaran