Share

Melarikan diri

"Uhmm..."

Belle tampak meregangkan tubuhnya yang terasa kaku dan remuk redam. Terlebih dia juga merasakan perih di bagian bawahnya.

Saat dia membuka matanya, pandangan mata Belle langsung tertuju kearah langit-langit kamar hotel.

"Bagaimana aku bisa sampai disini?" Belle tampak masih bingung dengan keadaan. Dia belum bisa mengingat apa yang terjadi padanya tadi malam. "Astaga!" Belle membungkam mulutnya yang hampir saja berteriak karena kaget.

Bagaimana bisa dia tak terkejut, saat dia melihat seorang laki-laki tampan tengah terbaring dengan mata tertutup, tepat di sebelahnya saat dia baru saja menolehkan kepalanya.

Refleks, Belle langsung meraba tubugnya sendiri dan buru-buru menarik selimut sambil berdiri, saat dia menyadari jika tak ada sehelai kainpun di tubuhnya.

Belle memakai selimut itu untuk menutupi tubuhnya, tanpa dia sadari jika Bryan ternyata juga sama seperti dirinya yang polos bagai bayi baru lahir.

Tentu saja Belle terkejut melihatnya, namun bukannya segera menutupi tubuh Bryan, Belle justru menikmati tubuh Bryan yang terpampang nyata di hadapanya.

"Wow, roti sobek." Belle ingin sekali menyentuh hamparan roti sobek itu, tapi akal sehatnya tentu saja menolak keras keinginan gilanya itu.

Belle segera mengambil handuk yang ada di atas nakas, lalu bergegas memakainya dan menutup kembali tubuh Bryan dengan selimut tadi.

Karena bagian bawahnya masih terasa sakit, Belle berjalan ke kamar mandi dengan tertatih.

Di dalam kamar mandi, Belle mengisi bathup dengan air hangat dan juga sabun untuk berendam sejenak untuk menghilangkan rasa lelahnya.

Dia meraup kasar wajahnya, saat menatap tubuh yang kini sudah dipenuhi dengan stempel kepemilikan dari Bryan.

"Astaga, apa yang sudah kulakukan semalam? Apa aku sembarangan mencari pria dan menggodanya hingga ini yang terjadi?" Belle merutuki kebodohanya karena minum terlalu banyak, "Seharusnya aku tidak terlalu banyak minum."

Belle mencoba mengingat-ingat kejadian tadi malam, dan secara perlahan ingatan tentang apa saja yang sudah dia lakukan tadi malam pun, mulai terlintas dibenaknya. Dan tentu saja hal itu membuat Belle merasa malu.

Selesai mandi, Belle berjalan kembali ke kamar dan dengan segera memunguti pakainnya yang berserakan di lantai lalu memakai kembali.

Dia melirik ke arah Bryan yang masih tertidur pulas, di atas ranjang yang besar yang menjadi saksi bisu bagaimana mereka melewati malam panas itu bersama.

"Namamu Bryan kan? Maafkan aku dan terimakasih untuk malam ini," ucap bell lirih agar tidak membangunkan Bryan, "Oh ya, semoga kita tidak bertemu lagi," tambahnya.

Belle berjalan mengendap-endap keluar dari kamar hotel itu menuju lift.

Dan disaat itulah dia baru teringat dengan teman-temanya. Belle sedikit takut, jika teman-temanya khawatir padanya yang tidak kembali sejak malam.

"Aku harus segera pulang. Mereka pasti khawatir karena aku tiba-tiba menghilang," ujar Belle pada dirinya sendiri.

Sesampainya di jalan raya, Belle segera menghentikan taksi yang lewat untuk bergegas pulang menuju markas.

*

Begitu tiba, Belle berlari kecil masuk ke markas mereka. Tapi pemandangan yang dilihatnya, sungguh tak sesuai ekspektasinya tadi.

"Mengkhawatirkanku?" gumam Belle dengan wajah tak percaya, sambil memijit pelipisnya.

Di depannya saat ini, dia melihat Anne tidur memeluk Sky tanpa pakaian, dan hanya setengah tubuh bagian bawah mereka saja yang tertutup dengan selimut.

Begitu pula dengan Jessy dan Max. Namun saat Belle menscan setiap sudut ruangan itu untuk mencari sosok Leo, dia tak mendapati Leo disana.

Hingga tiba-tiba saja terdengar suara dari arah belakang, "Apa kau mencariku? Darimana saja kau semalam? Bisa-bisanya kau meninggalkanku sendirian untuk mengurus mereka berempat?" Leo tampak kesal pada Belle.

Sesaat Belle bingung apa yang harus dia katakan pada Leo, "Euhm... semalam aku mengunjungi kakakku di rumah sakit."

Tentu saja Belle tidak mau Leo mengetahui kejadian memalukan apa yang terjadi padanya semalam, apalagi soal malam panasnya bersama Bryan.

"Kukira kau meninggalkanku untuk berkencan dengan laki-laki lain," kata Leo dengan nada menyindir.

Jantung Belle berdetak cepat mendengar ucapan leo, Belle pun dengan cepat menyangkalnya, "T-tentu saja tidak. Aku lapar, boleh masakkan sesuatu untukku?"

Leo mengangguk dan berkata, "Ok, tunggu sebentar."

*

Di kamar hotel...

"Hoam..."

Bryan baru saja terbangun dari tidurnya. Dia membuka mata dan melihat sekililing, tapi yang di carinya sudah tidak ada di dalam kamar itu.

"Dasar kucing kecil nakal."

Bryan sedikit kesal karena menganggap Belle memperlakukannya seperti seorang gigolo. Setelah selesai di gunakan lalu di tinggalkan begitu saja.

"Lihat saja nanti saat aku bertemu denganmu lagi, aku akan pastikan kau membayarnya." Bryan tersenyum smirk.

Dia beranjak dari ranjang menuju kamar mandi, untuk membersihkan tubuhnya yang lengket karena keringat hasil olahraganya semalam.

"Hachiu!"

"Apa kau sakit?" tanya Leo.

Belle menggeleng, "Mungkin ada orang yang sedang memarahiku," jawab Belle yang teringat pada Bryan.

Belle pun kembali melanjutkan sarapannya dengan Leo yang setia mendampinginya.

"Belle, sampai kapan kau tidak mau melirikku?" tanya Leo dalam hatinya, dengan pikiran yang tengah melayang jauh ke atas awan.

Belle melambaikan tanganya di depan leo, "Apa yang kau pikirkan?"

Leo menggelenglengkan kepalanya sebagai jawaban, kemudian bertanya balik padanya, "Apa kau tidak pernah berencana untuk berhenti dari pekerjaan ini?"

"Sejujurnya aku nyaman dengan pekerjaan kita sekarang, dan aku juga tidak rela jika harus meninggalkan kalian."

Leo menghela napas panjang, "Kau tau pasti kalau kau berhenti, aku juga pasti akan berhenti, Belle."

"Tapi bagaimana Dengan mereka? Kurasa mereka tak ingin kita berhenti." Belle menatap pada teman-temannya yang masih tertidur.

Leo menatap Belle dengan harapan Belle akan setuju, "Apa kau tidak ingin hidup normal dan punya keluarga selayaknya orang lain di luar sana?"

"Aku belum terpikir untuk menikah dan berkeluarga."

Leo menghela napas panjang dan berujar dalam hati, "Tapi aku ingin kau menjadi istriku, Belle."

Tiba-tiba saja Belle teringat sesuatu. Dia berjalan menghampiri teman-temanya, yang masih tertidur lelap.

"Kukira kalian mengkhawatirkanku, karena aku meninggalkan kalian tanpa pamit. Tapi kalian malah—" Belle membangunkan mereka dengan menahan geram melihat teman-temanya, "Walaupun aku juga sama sih seperti kalian." Belle juga merutuki dirinya sendiri didalam hati.

Sky yang baru saja membuka matanya pun bertanya pada Belle, "Kenapa wajahmu tampak kesal?"

"Cepat bangun dan kenakan pakaianmu. Kau menodai mataku!" Belle bertambah kesal karena pertanyaan Sky.

Sky menatap Belle dengan tatapan mengejek, "Kau kan juga sudah dewasa, kenapa reaksimu berlebihan seperti itu?"

Belle mengambil bantal dan melemparkanya pada sky.

"Leo, cepat pacari Belle agar dia tau nikmatnya bercinta dan tidak marah-marah lagi seperti itu," sahut Max.

Leo menatap tajam pada Max, "Kau pikir aku tidak mau? Aku hanya takut Belle menolakku," jawab Leo dalam hati.

"Sudahlah jangan banyak bicara, cepat mandi dan segera ke ruanganku!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status