"Cuman masalah sepele. Ntar kalo aku udah ngga kuat dan ngga bisa menanggungnya sendiri. Aku bakal cerita dan minta tolong sama Om Firas," sahut Prita merasa bisa mengatasi masalah ini sendiri. "Ya udah, tapi kamu janji ya kalo udah ngga kuat kamu harus bilang sama aku. Apa pun itu dan ngga boleh ada yang ditutup-tutupi," ujar Firas menerima permintaan Prita. Kemudian, ia menoleh ke belakang meminta jawaban dari Prita. "Iya, Om," sahut Prita mengulas senyuman. Sampai di kamar, mereka kembali merebahkan tubuhnya. Sayup-sayup, mata Prita mulai tertutup. Sedangkan Firas, ia melipat kedua tangannya dan menjadikannya sebagai bantal. Ia menatap langit-langit kamar dengan tatapan kosong. Sebenarnya ia sangat penasaran, ingin tau apa yang sudah terjadi pada Prita dan Pak Irsyad. Namun, ia tidak bisa memaksa Prita untuk mengatakannya. Tidak lama Prita tertidur, Firas mendengar suara rintihan. Ketika ia menoleh ke samping, ia melihat Prita merintih sambil mengerutkan keningnya. Ia terlihat s
"Apa?! Saya ngga salah denger 'kan, Pak? tanya Prita terkejut mendengar ucapan Pak Irsyad. "Ngga dong. Aku sadar, tidak seharusnya aku menahan perasaanku ke kamu. Hanya karena merasa tidak pantas jika seorang guru menyukai, bahkan sampai menjalin hubungan dengan muridnya," sahut Pak Irsyad mengutarakan perasaannya. Prita membuka mata dan mulutnya lebar-lebar. Jika ada lalat di sekitarnya, mungkin bisa masuk ke dalam mulutnya dan tersedak. "Oh My God! Gue ngga salah denger 'kan? Ternyata Pak Irsyad selama ini suka sama gue. Trus apa yang harus gue lakuin sekarang?" tanya Prita dalam hati. "Prit, Prita!" panggil Pak Irsyad sambil mengayunkan tangannya di depan wajah Prita. "Eh, iya Pak. Kita makan yuk, laper nih," ajak Prita tidak ingin membahas lebih. "Ayo!" sahut Pak Irsyad mulai menyiapkan makanan untuk Prita. Setelah selesai makan, Prita hendak kembali ke kelasnya. Namun sebelum itu, Pak Irsyad mencekal tangannya. "Makasih untuk makanannya," kata Prita bangkit berdiri hendak
"Bu-bukan. I-ini ru-rumah om gue," sahut Prita terbata. "Seriusan lo, rumah lo juga di area ini?" tanya Anggi memastikan. "Iya, bener. Cuman kalo rumah gue masih sekitar sepuluh sampai lima belas menit lagi kalo dari sini," sahut Hegar mengira-ngira. Deg! Jantung Prita seakan-akan berhenti berdetak. Kenapa ada kebetulan seperti ini? Kalau sampai Hegar main ke rumahnya tanpa mengabari bagaimana? Yang ada semuanya akan terbongkar. "Kok, kalian bengong aja, sih? Ayo masuk!" ajak Hegar. Akhirnya, mereka semua masuk ke dalam. Prita bergegas membungkam mulut satpam rumah agar tidak memanggilnya nyonya muda. Dan tidak lupa pula, ia pergi ke dapur untuk mengintruksikan pada semua asisten rumah tangganya. Bahwa di depan temannya dilarang memanggilnya nyonya muda. Tapi harus memanggilnya dengan sebutan nona saja. *** Di kantor, Firas sedang penasaran dengan teman Prita yang namanya Hegar. Karena dari kemarin, nama itu selalu terucap dari mulut istri kecilnya. Tidak hanya itu, ia juga pen
"Saya adik dari ayahnya Prita," sahut Firas menyunggingkan senyuman. Firas tidak ingin menunjukkan rasa kecewanya. Ia ingin menunjukkan bahwa ia baik-baik saja. Satu hal lagi, ia tidak ingin membuat Prita merasa bersalah. Karena ia tahu alasan Prita melakukan itu. Dari awal pertama ia melamarnya. Prita tidak ingin ada orang lain yang tahu bahwa ia sudah menikah. "Oh gitu, yah," sahut Hegar menganggukkan kepalanya. "Kepo banget, sih, lo ah," kata Anggi menoyor kepala Hegar. "Emang kenapa? Ngga boleh? Om Firas aja oke-oke aja yang ditanya. Kenapa lo yang sewot," sahut Hegar balas menoyor kepala Anggi. "Eh, Ta? Katanya ada yang mau dibahas sama gue. Jadi ngga?" tanya Anggi masih penasaran. "Ntar aja, ngga enak kalo harus ninggalin Hegar sendiri," sahut Prita. "Ya elah. Lo, sih, pake acara ngikut segala. Udah lo pulang sono udah sore," usir Anggi menyalahkan Hegar. "Gue pulangnya ntar aja ah bareng sama lo," kata Hegar sengaja membuat Anggi marah. "Pulang ngga lo, sekarang?! Ruma
I-ini gu-gue bilang sama Om Firas kalo gue suka sama Hegar. Tapi Hegar sukanya sama lo," sahut Anggi memberi alasan. "Oh jadi gini. Lo lebih milih cerita sama Om Firas daripada sama gue, sahabat lo sendiri. Apa jangan-jangan lo takut gue marah karena lo suka sama Hegar?" tanya Prita menebak-nebak dengan nada kecewa sambil melipat kedua tangannya di dada. "Bukannya gitu. Gue cuman ngga enak aja sama lo," sahut Anggi bangkit berdiri dan menghampiri Prita. Anggi mendekat menyentuh tangan Prita. Ia tahu bahwa sahabatnya merasa diabaikan dan tidak dianggap. Namun baru beberapa menit Anggi bergelayut di lengan Prita. Tangannya sudah dihempaskan begitu saja oleh sang empu. "Lepasin!" bentak Prita menghempaskan tangan Anggi. Bentakan Prita sontak membuat Anggi dan Firas terkejut. Sebesar itukah kesalahan Anggi sehingga membuat Prita marah besar? "Lo marah, Ta sama gue? Serius deh, gue ngga ada niatan buat ngga cerita sama lo. Gue cuman ngga en
"Udah ikut aja. Lebih enak di atas tau. Bisa sekalian tidur kalo udah ngantuk," sahut Firas.Sebenarnya kamar Firas bukan di lantai bawah. Karena waktu itu ia berpura-pura lumpuh. Jadi ia pindah di kamar lantai bawah. Dan sekarang, ia berencana untuk memboyong Prita ke kamarnya di lantai dua. Karena di sana jauh lebih besar dibandingkan kamar yang sekarang."Oh gitu," kata Prita mengikuti Firas dari belakang.Setelah sampai di depan kamar dan Firas membuka pintu. Prita menutup mulutnya yang terbuka lebar. Ia membelalakkan matanya terkejut melihat kamar Firas yang sangat luas."Waaaw... ini kamar apa hotel Om?" tanya Prita berdecak kagum setelah masuk ke dalam."Kamar lah. Ini kamar aku sebelum akhirnya pindah ke bawah. Kamu mau ngga pindah ke kamar ini?" sahut Firas bertanya balik."Mau, Om mau banget," sahut Prita menatap setiap sudut ruangan.Kamar itu jelas jauh lebih besar tiga kali lipat dibandingkan dengan kamar sebelumnya
"Ampun Om, ampun!" teriak Prita kegelian karena Firas menggelitikinya."Ngga ada ampun ampunan. Pokoknya kamu harus terima hukuman kamu," balas Firas semakin bersemangat menggelitiki Prita."Om, seriusan aku udah ngga kuat geli banget. Plis, Om plisss!" kata Prita memohon.Akhirnya Firas menghentikan aktivitasnya dan membalikkan tubuh Prita menghadap ke arahnya. Ia menatap Prita lekat dan langsung menariknya dalam dekapan. Tidak hanya itu saja, setelah itu ia juga mengecup puncak kepala Prita."Nih Om-om nyebelin kenapa yah? Aneh banget," bisik Prita dalam hati. Meskipun demikian, ia tidak menolak dan hanya diam.Firas mencoba meresapi apa yang ia rasakan saat ini. Apakah benar yang Anggi katakan bahwa ia jatuh cinta pada Prita. Makanya saat ini ia mencoba untuk memastikannya."Aduh... " pekik Firas mengaduh kesakitan. Ia melepaskan pelukannya dan menyentuh perutnya."Kenapa, Om?" tanya Prita."Perut aku sakit. Kayanya gara-gar
Meskipun menolak, namun lama-kelamaan Prita merasa nyaman dan tanpa ia sadari sudah berpindah ke alam mimpi."Marah-marah minta dilepasin tapi pules juga. Dasar bocah!" lirih Firas ikut memejamkan matanya dan tertidur.Keesokan harinya, Firas bangun terlebih dahulu karena Zafran datang membawa sepeda pesanannya. Ia bergegas mencuci muka dan sikat gigi. Setelah itu, ia turun ke bawah dan melihat dua sepeda baru terparkir rapi di depan rumahnya."Pagi, Za!" sapa Firas."Pagi juga, Pak," balas Zafran membungkukkan badannya sebagai tanda hormat.Firas memeriksa setiap detail sepeda lipat yang Zafran beli. Dua sepeda dengan model yang sama hanya warnanya saja yang berbeda. Yang satu hitam dan yang satunya lagi pink. Cocok untuk Prita yang masih remaja."Kerja bagus! Sekarang kamu boleh pulang dan tunggu akhir bulan besok akan ada bonus untukmu," kata Firas memberi penghargaan atas kinerja Zafran hari ini. Ia merasa puas dengan sepeda yang Z