Prita Laura seorang gadis berusia 17 tahun, terpaksa harus menikah dengan Firas Corten pria lumpuh berusia 35 tahun karena keluarganya yang terlilit hutang. Ia harus menjadi seorang istri di tengah pendidikannya yang baru menginjak kelas 3 sekolah menengah atas. Terlebih, disamping statusnya sebagai istri, ia menyukai Irsyad, seorang guru Bahasa Inggris. Seperti apa kelanjutan kisah Prita di tengah status pernikahan dan cintanya? Akankah cinta tumbuh seiring berjalannya waktu untuk Firas atau justru tetap bertahan pada Irsyad, pujaan hatinya? Cover by bing and design by me
View More"Bapak sama Ibu mau ngomong apa, sih? Kok, mukanya serius gitu," tanya Prita sambil mendaratkan tubuhnya di sofa.
"Kamu harus menikah dengan seseorang demi menebus hutang keluarga kita," jawab Susilo tanpa basa-basi.Prita terperangah mendengar jawaban ayahnya. Bagaimana mungkin di usianya yang baru menginjak delapan belas tahun, ia harus menikah, bahkan sebagai penebus hutang. Kalaupun harus menikah, ia harus menikah dengan orang yang ia cintai."Tapi, Pak, Bu. Prita masih terlalu muda untuk menjadi seorang istri," tolak Prita secara halus."Ngga ada tapi-tapian. Pokoknya kamu harus menikah dengan laki-laki yang sudah bapak siapkan," ujar Susilo tidak menerima penolakan apa pun dari putrinya."Bu, tolong bantu Prita jelasin sama Bapak. Prita ngga mau nikah sama orang yang ngga Prita kenal. Prita cuman mau nikah sama Pak Irsyad." Gadis itu merengek meminta bantuan ibunya agar mau membujuk ayahnya."Siapa Pak Irsyad?" tanya Susilo meninggikan suaranya."Pelan-pelan, Pak, ngomongnya. Ngga enak kalo sampe ada tetangga yang denger," timpal Wati berusaha menenangkan suaminya."Bapak mohon sama kamu, Prita. Kamu harus menikah dengan laki-laki pilihan bapak. Kalo tidak, maka rumah ini akan segera disita oleh bank."Susilo memohon agar putrinya mau menerima laki-laki pilihannya. Setelah mengatakan itu, Susilo langsung keluar tidak ingin mendengar putrinya menolak lagi. Sementara Prita, ia sudah tidak memiliki kekuatan lagi untuk menolak."Sabar yah, Sayang. Lagian kata Bapak dia itu ganteng kok. Tapi--" kata Wati sengaja menghentikan kata-katanya."Tapi, dia lumpuh dan usia kalian selisih delapan belas tahun," jawab Wati menatap iba pada putrinya."Apa?! Prita ngga salah dengar 'kan, Bu? Masa iya, Prita dijodohkan sama pria tua lumpuh," tanya Prita memastikan mencoba untuk memastikan pendengarannya.Tega-teganya Susilo memaksa putrinya untuk menikah dengan pria tua lumpuh. Padahal ia gadis cantik yang digilai banyak anak laki-laki di sekolahnya.Meskipun demikian, Prita tidak bisa menyalahkan ayahnya. Karena Susilo hanya ingin melindungi rumah peninggalan kedua orang tuanya. Dan, mau tidak mau Prita harus menerima laki-laki tua lumpuh itu menjadi suaminya. Demi menyelamatkan rumah itu, demi menyelamatkan kenangan-kenangan indah yang ada di rumah itu.***Malam hari setelah Prita memutuskan untuk menerima permintaan ayahnya. Laki-laki itu datang ke rumah untuk melamarnya. Apa yang dikatakan Wati memang benar. Laki-laki itu sedikit lebih tampan dibandingkan dengan Pak Irsyad. Padahal Pak Irsyad sudah sangat tampan dan laki-laki itu lebih tampan darinya."Jadi, ini laki-laki yang Bapak jodohkan sama Prita?" tanya Prita pada ayahnya.Pertanyaan itu Prita tujukan pada ayahnya. Akan tetapi, justru laki-laki itu yang menjawabnya."Iyah, ini aku. Kenapa?" timpal laki-laki itu balik bertanya."Kamu mau nikahin aku bukan untuk dijadikan sebagai baby sitter dan untuk dijadikan sebagai istri kamu, 'kan?" tanya Prita menatap lekat pria itu dari ujung kepala hingga kakinya."Prita!" sentak Susilo.Pria itu membentak sambil mengangkat tangannya dan hampir mendarat di pipi putrinya. Beruntung laki-laki itu menahannya. Kalau tidak, pasti pipi Prita sudah membekas telapak tangan."Maaf, Nak Firas. Prita memang anaknya suka asal ngejeplak aja, suka ceplas-ceplos," kata Wati merasa tidak enak."Ngga papa, Bu. saya malah suka sama anak model Prita," jawab laki-laki itu yang diketahui memiliki nama Firas.Mana ada laki-laki yang menyukai gadis asal bicara seperti yang Prita lakukan saat ini. Bisa-bisanya pria tua lumpuh itu beromong kosong. Itu yang Prita pikirkan saat ini."Tentu saja bukan dan aku aku berencana untuk menikahimu untuk dijadikan sebagai istriku," jawab Firas dengan sangat yakin."Bener ngga bakal nyesel? Aku tuh yah, ngga bisa masak, ngga bisa cuci piring, ngga bisa cuci baju, banyak makan, nyusahin, dan yang terakhir, aku kalo tidur ngorok ngga bisa diem suka nendang-nendang," kata Prita menjelek-jelekkan dirinya sendiri mencoba menggoyahkan niat Firas.Ia pikir, dengan menyebutkan keburukannya akan membuat Firas membatalkan rencananya. Namun, ia tidak berpikir bahwa semakin ia menjelekkan dirinya sendiri. Maka, semakin Firas yakin untuk menikahinya."Kamu tenang aja Prita. Di rumah, aku punya banyak asisten rumah tangga. Jadi kamu ngga perlu repot-repot mikirin itu semua. Uangku juga banyak, sebanyak apa pun kamu makan. Tidak akan pernah bisa menghabiskan uangku. Dan satu hal lagi, tidurku juga ngorok tapi ranjangku terlalu besar untukmu bisa menendang-nendangku," jawab Firas membanggakan kekayaannya."Gila kali ya!" kata Prita tidak habis pikir dengan jawaban calon suaminya.Sayangnya, apa pun yang Prita katakan, tidak akan pernah menyurutkan niat Firas untuk meminangnya. Pria itu justru semakin bersemangat dan tidak sabar."Prita!" Lagi dan lagi Susilo membentak putrinya karena sikapnya yang tidak sopan pada Firas."Iya, Pak, iya. Prita mau, kok, menikah dengan pria tua lumpuh ini. Tapi, Pak. Bagaimana dengan sekolah Prita?" tanya Prita mengenai pendidikannya yang baru menginjak kelas tiga SMA."Kamu tenang aja. Aku tidak akan melarangmu dan kamu masih bisa tetap bersekolah," kata Firas menimpali.Meskipun ia ingin segera menikahi Prita. Namun, ia tahu gadis itu masih sekolah dan tidak berniat untuk mengganggu proses belajarnya.Prita mengangguk-anggukan kepalanya mendengar penuturan sang calon suami. Ia tahu bahwa pria itu menyombongkan sesuatu yang pantas disombongkan."Bagaimana kalau besok pagi kita menikah?" tanyanya membuat Prita terlonjak kaget.Bibir gadis itu terlihat komat-kamit mengumandangkan kata sumpah serapah. Di matanya, Firas terlihat seperti orang yang kebelet nikah. Namun, ia bisa memakluminya, karena ia berpikir bahwa Firas sudah tua dan juga lumpuh. Jadi, mungkin saja pria itu sudah tidak laku jika tidak buru-buru."Oke aku setuju, tapi dengan satu syarat," kata Prita meminta persyaratan sebelum akad nikah itu berlangsung."Apa syaratnya?" tanya Firas sambil mengerutkan keningnya penasaran."Syaratnya ngga boleh ada acara rame-rame. Aku cuman pengen ada akad nikah dan hanya keluarga inti aja yang datang sebagai saksi. Gimana? Sah? Sah?" jelas Prita mengenai syaratnya.Gadis itu hanya tidak ingin ada orang lain yang mengetahui pernikahannya, terutama Pak Irsyad. Oleh karena itu, ia meminta syarat agar pernikahannya dirahasiakan."Sah!" jawab Firas dengan mantap.Akhirnya, Prita bisa merasa lega mendengar jawabannya. Walaupun ia sudah menikah nanti, ia ingin menyembunyikan identitas barunya yang akan membuatnya dihapus dari julukan bunga sekolah. Dan, satu lagi yang paling ia khawatirkan yaitu Pak Irsyad. Ia tidak ingin Pak Irsyad sampai tahu mengenai pernikahannya."Berarti udah deal yah, kalo besok pagi acara nikahannya?" tanya Susilo memastikan.Pria itu sudah tidak sabar ingin menikahkan putrinya dengan Firas. Akan tetapi, hal yang paling membuatnya tidak sabar adalah melunasi hutang-hutangnya yang menumpuk seperti gunung."Lepasin, lepasin aku, lepasin aku... " teriak Prita sambil memukul-mukul punggung Firas.Firas keluar kelas dalam posisi membopong tubuh Prita di bahunya. Sepanjang jalan keluar, Prita terus saja berteriak dan berontak. Tanpa menghiraukan semua tatapan orang-orang. Firas pun tetap fokus berjalan menuju halte di mana Zafran berada. Sementara Zafran, ia melihat sang bos keluar dari gerbang sekolah, langsung keluar dan membukakan pintu mobil. Firas bergegas membaringkan tubuh Prita di kursi penumpang. Kemudian, ia langsung ikut masuk dan menutup pintu mobil."Kunci, Za!" perintah Firas."Buka pintu, buka pintunya!" teriak Prita memukul-mukul jendela mobil."Bukaaa... bukaaaaa... " sambung Prita berteriak menatap tajam ke arah Firas."Ntar aku buka kalo udah sampe rumah," balas Firas santai."Rumah? Rumah siapa?" tanya Prita melirik tajam."Rumah kitalah, rumah siapa lagi. Udah, mendingan kamu duduk diem," balas Firas.Prita mengg
Hari demi hari, Firas jalani dengan penuh kesabaran. Demi kesembuhannya dan yang paling penting, demi menjemput kembali ingatan istrinya. Firas tidak pernah menanyakan apapun perihal Prita pada kedua orang tuanya. Ia tahu alasan mereka tidak memberitahukan pada dirinya karena mereka khawatir. Jadi, ia memilih diam dan fokus pada kesembuhannya.Sementara Firas fokus pada kesembuhannya. Prita juga melakukan beberapa tes dan diizinkan pulang setelah dokter memastikan, bahwa ia benar-benar baik-baik saja. Satu Minggu berrlalu, Firas pulih. Begitu pula dengan Prita, yang kembali masuk sekolah. Gadis itu memiliki banyak pertanyaan yang muncul di benaknya.Kenapa tiba-tiba ia berubah menjadi kelas tiga? Kenapa sebentar lagi ia sudah harus menjalani ujian sekolah? Padahal ia baru saja naik kelas dua SMA. Ia terus saja bertanya pada Anggi. Karena selalu diberondong pertanyaan, akhirnya ia mencoba untuk mengingatkan Prita. Namun sayangnya, sahabatnya itu tidak mempercayain
"Mu-mungkin cuman perasaan kamu aja kali. Aku ngga pernah ketemu sama kamu ko," elak Zafran."Iya kali, ya," ujar Prita mengangguk-anggukkan kepalanya."Kalian ngomongin apa, sih, ko kayanya serius gitu?"Anggi keluar dari kamar mandi dan bertanya dengan raut penasaran, melihat suasana ruangan yang terlihat sangat menegangkan bagi Zafran."Pasti kalian ngomongin gue, yah?" selidik Anggi dengan nada bertanya."Ko lo tau, sih. Jadi gini, gue itu nyoba mempromosikan lo sama Aa Za. Barangkali aja kalian cocok," balas Prita blak-blakan."Gila lo yah. Aa Za ngga usah dengerin dia. Prita ini emang orangnya nyablak, bar-bar gitu," ujar Anggi tidak percaya dengan apa yang sahabatnya katakan. Kemudian ia mencoba menjelaskan pada Zafran agar tidak mempercayai ucapan Prita."Sama, lo juga bar-bar. Gue 'kan cuman mau bantu lo aja, Nggi. Biar lo ngga jomblo terus-menerus," sungut Prita memajukan bibirnya."Emang lo kira lo ngga jomblo,
"Keadaan Prita gimana, Mah. Calon anakku baik-baik aja 'kan?" tanya Firas khawatir."Prita sama janin yang ada dalam kandungannya baik-baik aja ko. Udah mendingan kamu istirahat aja, ngga usah mikirin yang lain dulu," sahut Aisyah meminta agar putranya fokus pada kesembuhannya."Firas kangen pengen ketemu Prita, Mah," ujar Firas berusaha bangkit."Awww... " Firas memekik kesakitan sambil menyentuh lukanya."Mamah bilang istirahat dulu ya istirahat dulu. Ngga usah nyesel deh. Kamu itu udah gede bukan anak kecil lagi. Kalo sampe jahitan kamu kebuka lagi gimana?" sergah Aisyah membantu Firas membaringkan tubuhnya."Tapi, Mah... Firas kangen pengen ketemu Prita. Firas mohon!" lirih Firas memohon. Entah mengapa setelah sadar, perasaannya tidak enak. Ia merasa ada yang salah, namun ia tidak tahu itu apa."Pokoknya kalo belom sembuh total, kamu ngga boleh ketemu sama Prita!" sahut Aisyah memutuskan.Sebenarnya, ia tidak bermaksud melarang pu
"Kondisi ini biasanya memerlukan psikoterapi yang berdasarkan analitik psikodinamik dan hanya bisa dilakukan oleh psikiater yang berpengalaman. Psikiater yang mampu melakukan hipnosis juga biasanya bisa membantu pasien dengan kondisi amnesia disosiatif. Jadi, nanti saya akan memberikan rujukan pada psikiater di rumah sakit ini," jawab Dokter Rudi."Baik Dok, terima kasih banyak. Kalo begitu saya permisi mau kembali menemani putri saya," pamit Susilo sambil mengulurkan tangannya yang kemudian disambut uluran tangan Dokter Rudi.Susilo kembali ke ruang perawatan putrinya. Namun sebelum masuk, ia mengatur nafas, mengusap wajahnya, dan mengatur senyum di wajahnya agar tidak terlihat kaku."Kata dokter apa, Pak?" tanya Prita melihat sang ayah kembali."Ngga papa ko, kamu sehat," sahut Susilo menyembunyikan kenyataan yang ada."Bapak keluar dulu yah, bapak pengen nyari udara segar," sambung Susilo ingin menemui kedua besannya karena tadi sudah berjanji u
"Lo serius itu yang lo inget?" tanya Anggi memastikan."Iya. Emang kenapa? Apa ada yang terlewat yang ngga gue inget?" balas Prita mengangguk. Kemudian ia balik bertanya pada Anggi.Anggi tersenyum kikuk tidak tahu harus menjawab apa. Gadis itu dan Wati saling tatap. Mereka jelas-jelas tahu bagaimana kejadiannya. Karena memang Anggi menceritakan segalanya ketika ia menghubungi orang tua Prita. Tapi kenapa? Ada apa dengan Prita?Klek!Susilo dan dokter masuk ke dalam. Kemudian dokter itu langsung melangkah mendekat dan mulai memeriksa mata menggunakan senter, denyut nadi, detak jantung, dan yang terakhir memeriksa kondisi janin. Meski dalam kondisi syok berat, namun kondisi janin di perut Prita dalam kondisi baik-baik saja. Entah apa yang membuat janin itu bertahan dengan begitu kuatnya. Padahal sebelumnya terlihat sangat lemah."Bagaimana kondisi Ibu Prita? Apa ada yang sakit atau dikeluhkan?" tanya dokter."Maaf Dok, saya masih muda baru ke
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments