Beranda / Romansa / Gadis Pengantar Makanan Vs Mafia Kejam / Bab 2: Pelarian yang menyiksa Luca.

Share

Bab 2: Pelarian yang menyiksa Luca.

Penulis: Runayanti
last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-22 16:33:49

Sarah dan Luca terpaku, tetapi sebelum pria itu bisa bereaksi, Luca melompat ke depan, menendang pria itu ke dinding.

Pria itu lalu menerima tendangan sekali lagi dari Luca sehingga dia pingsan. Mereka berdua berlari menjauh, meninggalkan pria itu terduduk dan pingsan.

"Ayo, pergi!"  teriak Luca, giliran dia menarik tangan Sarah.

Mereka melanjutkan perjalanan mereka melalui lorong-lorong yang gelap, berusaha menghindari semua yang mencurigakan.

Setelah beberapa saat, mereka tiba di luar gedung tersebut, di belakang barisan toko-toko kecil yang tertutup.

"Kita harus menemukan tempat berlindung," kata Luca, tetap berpegangan pada luka tembakannya. "Mereka tidak akan berhenti mencari kita."

Sarah memikirkan sebentar sambil melihat wajah Luca yang sudah sangat pucat, lalu mengangguk. "Aku punya seorang teman, seorang dokter yang tinggal di dekat sini. Dia bisa membantu dengan luka tembakmu. Kita singgah ke sana terlebih dahulu."

Luca mengangguk dan membiarkan Sarah yang mengarahkan jalan untuk mereka lalui.

Mereka melanjutkan perjalanan ke rumah teman Sarah, memasuki apartemen kecil yang tertutup rapat.

Teman Sarah, Emily, seorang wanita berusia tiga puluhan dengan rambut cokelat gelap, terkejut melihat mereka berdua.

"Sarah, apa yang terjadi? Siapa pria ini?" tanyanya dengan gemetar.

Sarah memberikan penjelasan singkat tentang kejadian di restoran dan luka tembakan yang diderita Luca. Emily adalah seorang dokter hewan. Dia tidak pernah menangani luka pada manusia, apalagi luka peluru.

"Sarah, kamu sudah gila. Aku tidak pernah menangani luka pada manusia, apalagi ini luka tembak!" Dokter Emily berkata di balik kacamata tebalnya dengan nada tinggi dan menatap tajam ke arah Luca.

"Tolonglah dia, Emily. Kata mendiang Ayahku, sebagai manusia, kita harus saling tolong-menolong, apalagi kamu sebagai dokter yang mengerti .... "

"Sudah-sudah ceramahnya. aku menyerah! akan kubantu!" sahut Dokter Emily dengan wajah tidak suka. Ia sangat anti bila Sarah sudah mulai menyebut petuah dan nasehat dari mendiang ayahnya.

Dokter Emily segera membantu Luca dengan luka tembakannya, membersihkan dan menjahitnya. Memberikan obat bius sehingga ia dapat mengeluarkan peluru dari bahunya.

Setelah menyelesaikan pengobatannya, Emily mengusir mereka dengan halus.

"A-aku takut terlibat terlalu jauh. Sepertinya kalian harus mencari tempat lain untuk berlindung," ucap Dokter Emily tanpa berniat berbasa-basi lebih lama.

Sarah dan Luca mengerti perkataan Emily. Mereka lalu melanjutkan perjalanannya.

Dokter Emily segera membersihkan ruangannya agar tidak meninggalkan jejak apapun.

"Eh, ini apa? Astaga, aku salah menyuntikkan obat bius! Ini obat biusnya. Lalu yang tadi itu apa?"

Dokter Emily menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Jangan bilang itu obat perangsang untuk kuda yang akan kawin silang besok pagi di perternakan Pak John!" pekik Dokter Emily sambil menepuk kepalanya dengan keras.

"Astaga, gadis polos itu dalam bahaya besar!"

Dokter Emily berusaha menghubungi ponsel milik Sarah, tetapi hanya jawaban dari mesin yang dia terima.

"Gawat."

***

"Sialan," gumam Luca dengan napas yang terengah-engah. "Kita terjebak dalam masalah besar kalau tidak menemukan tempat untuk bersembunyi. Aku mulai merasa aneh!"

"Aneh? Apa maksudmu?" Sarah merasa cemas, tetapi dia juga tahu dia tidak bisa meninggalkan Luca dalam keadaan seperti ini.

"Sepertinya obat penahan nyeri yang diberikan Dokter tadi tidak cocok untuk tubuhku," sahut Luca sambil memegang area tengah dadanya yang berpacu dengan kencang.

"Mari kita tidak memikirkan hal itu. Kita harus mencari tahu lebih banyak tentang apa yang terjadi. Mengapa mereka mengejarmu?"

Luca menggigit bibirnya sejenak sebelum akhirnya berkata, "Aku adalah  seorang anggota mafia, Sarah. Mereka adalah rival kami. Itu sebabnya mereka ingin membunuhku."

Sarah terkejut mendengar pengakuan Luca. Dia tidak pernah membayangkan bahwa dia akan terlibat dengan seseorang seperti Luca. Namun, dia tahu bahwa mereka harus bekerja sama jika ingin bertahan hidup.

Malam itu, mereka merencanakan langkah-langkah selanjutnya. Akhirnya Sarah menyembunyikan Luca di apartemennya, yang berada di lantai bawah.

"Sementara kita di sini dulu. Tempat ini tidak mewah, tetapi bisa untukmu memulihkan tenagamu. Lihat, wajahmu pucat sekali," ucap Sarah sambil membantu Luca berbaring di ranjang kecil miliknya.

Apartemen yang kecil dan sedikit kumuh dengan beberapa perabotan sederhana, tetapi Luca tidak memperhatikan semua yang berada di dalam ruangan tersebut. Melainkan ada sesuatu keanehan dalam dirinya yang sedang melanda.

Dadanya terasa panas dan keringat mulai keluar sebesar butiran jagung. Luca merasakan tubuhnya mulai memanas, padahal tubuh itu baru juga terpapar hujan.

Sarah mengambil sebuah ember berisi air dan sebuah handuk kecil.

"Kamu mau aku membantumu membersihkan tubuhmu atau kamu bisa melakukannya sendiri? Aku juga butuh mandi." Sarah menyodorkan handuk yang dipegangnya.

"Aku bisa sendiri," jawab Luca lalu menerima handuk dan ember tersebut.

"Ini pakaian tidur milik Abangku. Dia tidak akan pulang sebelum akhir pekan. Mudah-mudahan cocok di tubuhmu karena kalian seharusnya sama tinggi."

Sarah meletakkan pakaian tidur di ranjang lalu melangkah menuju ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

"Ya, sudah. Aku mandi dulu daripada jadi ikutan sakit karena terkena hujan," ucap Sarah sambil lalu.

Luca menatap kosong pintu kamar mandi yang sudah tertutup.

"Kurang ajar!" Dokter Emily itu sepertinya memberikan obat perangsang bukan anestasi!" geram Luca sembari melihat bagian sensitif miliknya yang sudah mulai bereaksi.

Luca bersusah payah menahan gemuruh di dalam dadanya. Mengelap tubuhnya yang penuh dar*ah dan berganti pakaian.

Saat Sarah keluar dari kamar mandi, Luca masih belum selesai memakai kemejanya.

"Waduh, kamu sangat atletis. Lihat perut berkotak milikmu," ucap Sarah berdecak kagum lalu duduk di samping ranjang dan menyentuh otot  perut milik Luca sambil sebelah tangannya mengeringkan rambutnya yang masih basah.

Sentuhan tangan dari gadis tersebut membuat darah Luca makin berdesir.

"Jangan sentuh aku!" pekik Luca sambil menepis tangan Sarah dan melayangkan tatapan tajam.

"Astaga, galak kali terhadap penolongmu!" Sarah menaikkan sudut bibirnya lalu bergerak menuju ke belakang untuk mengambil minuman.

Luca masih tetap berjuang memakai kemeja dengan rasa sakit di bagian bahunya.

"Mau kubantu?" tanya Sarah yang sudah kembali dengan segelas air minum dan menyodorkannya kepada Luca.

Luca menggeleng pelan. Napasnya makin menderu dan kepalanya mulai terasa pusing. Luca segera melahap habis minumannya.

"Hei, cuaca begitu dingin, mengapa keringatmu banyak sekali?" tanya Sarah dengan mimik curiga.

Belum sempat Luca menjawab pertanyaan Sarah. Terdengar suara kekacauan di luar apartemen.

"Astaga, jangan katakan mereka sudah berhasil melacakmu sampai di sini?" Sarah bertanya dengan ragu lalu berusaha mengintip di balik jendela.

"Luca, gawat! Mereka beneran sudah sampai di sini! Ayo kita pergi!" teriak Sarah lalu menarik tangan  Luca untuk berdiri dan keluar dari apartemen.

Luca merenung sebentar, lalu berkata, "Sepertinya kita harus keluar dari kota ini, Sarah. Aku punya seorang teman yang bisa membantu kita. Dia tinggal di luar kota, tetapi kita membutuhkan mobil."

Sarah mengangguk setuju lalu berkata, "Aku punya mobil!"

Mereka tahu bahwa pelarian mereka akan penuh bahaya, tetapi mereka tidak punya pilihan lain.

Pertemuan tak terduga mereka adalah awal dari petualangan yang tak terduga dan berbahaya, dan mereka harus bekerja sama untuk bertahan hidup.

Sarah meraih kunci mobil milik Abangnya lalu bergegas menuju ke mobil dengan menarik Luca.

Tubuh mereka yang bersentuhan sepanjang perlarian mereka, membuat Luca semakin tersiksa.

Mereka telah meninggalkan apartemen Sarah dan sekarang berada dalam perjalanan untuk keluar dari New York City.

Sarah membimbing Luca ke mobil milik Abangnya yang terparkir di sebuah gang kecil di belakang gedung apartemen. Mereka harus menyelinap keluar dari kota tanpa terdeteksi oleh musuh Luca yang masih tidak menyerah dalam mencari mereka.

Luca berinisiatif mengendarai mobil karena Sarah hanya memiliki ketrampilan membawa sepeda.

"Astaga, baru ingat, sepedaku tertinggal di restoran."

"Tidak masalah. Aku akan menggantikan dengan yang baru," jawab Luca sambil menahan nyeri pada pangkal pahanya.

Luca menggelengkan kepalanya dan berusaha memusatkan konsentrasi pada jalan yang dilalui mobil tersebut. Namun, obat yang tak sengaja diberikan Dokter Emily semakin menyiksanya.

Sesekali Luca melirik ke arah Sarah dan mencuri lirikan ke bagian dadanya.

"Aargh!"

Sarah terkejut karena Luca menampar dirinya sendiri.

"Eh, kamu kenapa? hati-hati bawa mobilnya!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Yani Zainum
agak acak acakan thor,,cb lebih di teliti lagi.alurnya bagus
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Gadis Pengantar Makanan Vs Mafia Kejam   T-A-M-A-T

    Taman yang indah, hijau dan luas tempat pernikahan Luca dan Sarah akan dilaksanakan.“Bunga ini seharusnya diletakkan disana,” ucap Bunga menunjuk ke arah panggung. Pemain musik dan penyanyi sudah disiapkan dan sedang mengalunkan beberapa lagu mellow .Acara akan dilakukan dengan mewah tanpa kehadiran pemuka agama. Karena Castello pasti tidak bersedia hadir untuk merestui pernikahan mereka. Castello masih menentang dengan keras pernikahan Luca. Castello masih merasa terganggu dengan masa lalunya terhadap Kanya. Cinta pertama yang tidak dapat dimilikinya.“Meja untuk menandatangani Akte pernikahan sudah dihias dengan indah,” ucap Bunga kepada Bob.“Baik, terimakasih, Sayang,” jawab Bob sambil memberikan kecupan kecil di kening Bunga kemudian ia beralih sibuk mengurus hal yang lain.Segala jenis makanan yang menggugah selera sudah disusun rapi disepanjang taman.“Bikin lapar,” gumam Bunga sambil

  • Gadis Pengantar Makanan Vs Mafia Kejam   168. Luca tiba

    Tidak ada yang tahu bahwa Luca pulang untuk menyelesaikan semuanya. Dia berada di rumah saat ini dan Sarah berada dalam pelukannya“Luca,” sapa Sarah dengan suara kecil.“Hmm…” Terlihat Luca sudah mulai mengantuk. Sarah terdiam tidak ingin melanjutkan pertanyaan yang ingin diutarakannya. Melihat Luca yang sudah pasti lelah bekerja sepanjang harinya.Tapi Sarah tidak dapat terlelap sama sekali walau sudah membalikkan tubuhnya beberapa kali untuk mendapatkan posisi nyaman.Akhirnya Sarah bergerak menuju ke dapur untuk mencari makanan yang bisa menahan rasa laparnya.Luca yang memang sudah tertidur tapi merasa pergerakkan tidak nyaman sang istri akhirnya dengan malas berdiri untuk menyusul istrinya karena khawatir. Memikirkan istrinya sedang hamil tua.Luca menatap Sarah dari jauh. “Malam – malam cari makanan, jangan bilang itu bawaan Rahim,” celutuk Luca ringan.“Mas…&r

  • Gadis Pengantar Makanan Vs Mafia Kejam   167. Aku menginginkan Luca

    “Akan kuhabiskan istrinya kalau dia tidak menepati janjinya untuk melamar dan menikah denganku,” gumam Aninda dalam hati.Wisnu tidak mengerti sedang berhadapan dengan adik mafia yang kejam. Alfredo terkenal dengan kekejamannya dan Aninda terkenal dengan sifat egoisnya. Tidak ada yang tidak bisa dia miliki.Kesabarannnya menunggu Luca sudah cukup lama. Ini adalah saat yang tepat untuk memiliki Luca seutuhnya, Aninda membathin hingga terlelap.Mereka tertidur dengan posisi saling memalingkan tubuhnya secara berlawanan seperti sepasang suami istri yang sedang bertengkar.Drttt. Drt… pagi sekali ponsel Wisnu sudah berbunyi panggilan dari Luca yang membangunkannya. Wisnu meraih ponselnya dengan malas sambil diliriknya Aninda yang masih terlelap disampingnya.“Ya,…” sapa Wisnu sambil menguap.“Apakah dia sudah menandatangani kontrak?” tanya Luca.“Belum,” jawab Wisnu singkat.

  • Gadis Pengantar Makanan Vs Mafia Kejam   166. Luca ingin menikah dengan Aninda?

    “Lapor Tuan, Sir Louis meminta izin bertemu,” sapa seorang asisten Castello dengan sopan.Sir Louise adalah seorang pebisnis di bagian fashion yang sudah memiliki nama di dunia.“Iya, persilahkan masuk saja.”Tak lama kemudian Sir Louis masuk ke dalam ruangan kerja Castello.“Apa kabar, Sir Louis?” sapa Castello kemudian mereka saling berpelukan dengan ramah.“Mohon maaf sebelumnya atas kelancangan saya. Kedatangan saya ke Indonesia adalah karena saya ingin mengadakan event di Bali. Saya ingin menghadirkan produk dari Luca Coorperation. Tapi sudah seminggu ini Luca tidak menjawab email saya. Saya ragu apakah ada hal yang terjadi dengan sahabat saya itu,” tanya Sir Louis.“Tidak…, tidak ada yang terjadi. Luca kuutus ke San Fransisco untuk menyelesaikan sesuatu proyek. Itu saja, nothing special. Mungkin dia sedang sibuk sehingga tidak sengaja mengabaikan Anda. Tapi tidak usah k

  • Gadis Pengantar Makanan Vs Mafia Kejam   165. Flu

    Aninda sudah sampai di lobby bawah hotel.“Mas Luca, Aninda sudah dibawah. Mas sudah siap atau Aninda ke atas menunggu?” sapa Aninda melalui ponselnya.“Mas turun aja, tunggu disana,” ucap Leo sambil mengikat dasinya.Melya membantu membetulkan dasi Wisnu yang masih tidak rapi karena terburu – buru.“Mas pergi kencan dulu ya,” ucap Wisnu kemudian memberikan ciuman ke bibir Melya dan perut Melya.“Mas balik malam ini?” tanya Melya penuh harap.“Entahlah, tidak usah menunggu. Mas tidak tahu apa yang akan Mas alami hari ini. Kamu tidur saja, besok kita sarapan bersama ,ok?” ucap Wisnu kemudian menghilang di balik pintu.Wisnu keluar dari lift dan langsung dipeluk oleh Aninda dengan erat.Wisnu masih kebingungan tapi kemudian terpana dengan kecantikan Aninda yang berdiri di depannya saat ini dengan pakaian seksi yang menonjolkan semua lekuk tubuhnya dan belahan terbu

  • Gadis Pengantar Makanan Vs Mafia Kejam   164. Dia siapa?

    “Dia? Dia siapa?” tanya Wisnu dengan polos.“Sarah dan Aninda…”“Uhh, Mas memilih tidak menjawab. Untuk saat ini masih kamu istriku. Itu saja. Yang lain nanti kuurus, diamlah, biarkan Mas tidur sebentar,” jawab Wisnu sambil memejamkan matanya yang memang sangat mengantuk.Sementara di tempat lain, Luca sedang mengadakan rapat dengan beberapa bawahannya untuk menganalisa semua langkah yang harus dilakukan dalam mendapatkan proyek di San Fransisco. Tidak akan mudah untuk menantang Alfredo Augusta yang sudah menguasai hampir 90% bisnis di San Fransisco.Alfredo tidak akan segan – segan menggunakan jasa kotor untuk menghabisi lawannya. Dengan menguasai adiknya Aninda Augusta, maka setidaknya 50 % saham perusahaan akan menjadi milik bersama, sehingga Luca dapat memperoleh peluang kerjasama bukan menjatuhkan Alfredo.Keinginan Luca adalah menjatuhkan Castello, sang ayah. Maka kerjasama dengan Alfredo adala

  • Gadis Pengantar Makanan Vs Mafia Kejam   163. Peran yang kacau

    Kalau hanya seorang Sarah, Melya tidak takut untuk menghadapinya, tapi dia masih punya kepala untuk memikirkan hal yang membuat ia tidak berani menyentuh cucu Mafia Castello.Akhirnya Melya menyimpan kembali ponselnya dan membatalkan niatnya untuk mengancam Luca. Padahal tadi ia berniat mengancam supaya Luca menuruti dan tidur bersamanya malam ini. Ternyata ambisinya gagal. Melya hanya bisa menelan ludah.Sesampainya di dalam kamar, Luca membaringkan tubuhnya yang lelah. Kemudian ia mencoba untuk menghubungi Sarah kembali. Berharap panggilan sudah diterima dan bisa melakukan video call sejenak untuk melepas kerinduan.….“Halo,” terdengar suara Sarah yang merdu menyapanya. Betapa hati Luca menjadi sangat lega dan terhibur.“Hallo Sarah, bagaimana kabarmu? Saya mencoba menghubungi dari semenjak tiba di sini,” sapa Luca dengan semua perasaan rindunya.“Saya pergi berbelanja kebutuhan rumah dan lupa me

  • Gadis Pengantar Makanan Vs Mafia Kejam   162. Tidak bisa diancam

    “Hmm,” jawab Melya dengan singkat tanda mengerti.Mobil dibawa sampai ke restaurant mewah di pertengahan San Fransisco yang indah. Luca keluar duluan disusul dengan Aninda.Luca mengandeng tangan Aninda sampai ke restaurant yang sudah dibooking sehingga hanya tinggal mereka sebagai pengujung eksklusif.Makan malam disajikan. Mereka sungguh menikmati makan malam yang lezat dengan mengabaikan keberadaan Melya yang berjarak dua meter dari posisi mereka.Selesai makan malam, Luca dan Aninda berdansa ringan sejenak. Mereka saling berpelukan dan bercengkrama. Sesekali Aninda tertawa ringan dan membisikkan sesuatu di telinga Luca.“Aninda menginginkanmu Luca,” bisiknya halus di telinga Luca saat Luca mengengamnya erat dalam dansanya.Musik yang halus seolah sudah diatur demikian oleh Luca sehingga menciptakan suasana penuh keromantisan.“Saya sudah mempunyai istri,” jawab Luca dengan sopan sambil tersenyum

  • Gadis Pengantar Makanan Vs Mafia Kejam   161. Luca dan Aninda?

    "Semua perhiasan yang diberikan oleh Nyonya mendiang hilang, astaga ... bagaimana ini bisa terjadi?"“Dia menolak kalung pemberianku tadi, bukan dia… siapa yang mengikuti kita tadi ya?” tanya Pelayan tua kepada dirinya sendiri dengan bingung.s“Pelayan kecil, ada seorang pelayan kecil yang mengikuti kami tadi…” teriak Pelayan tua setelah mengingat – ingat.“Panggil dia sekarang juga !!!” teriak Castello kepada bawahannya yang dari tadi tidak berani masuk ke dalam kamar mereka.“Periksa CCTV,” lanjut Castello.Tak lama kemudian, pelayan bernama Heidi diseret pengawal Castello untuk berlutut di hadapan Pelayan tua dan Castello dengan lutut gemetaran.“Katakan apa yang sudah kamu lihat?” teriak Castello.“Saya tidak melihat apa – apa Tuan.”“Bukan saya yang mengambil Tuan, Tuan boleh memeriksa kamar saya,” jawab Heidi deng

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status