Share

Bab 3. Meledak!

Author: Runayanti
last update Last Updated: 2023-09-22 16:34:19

Mereka telah berkendara selama beberapa jam, menuju pedesaan yang jauh dari pusat kota yang berbahaya. Namun, semakin jauh mereka pergi, semakin tidak enak perasaan Luca. Dia masih saja berkeringat dengan sangat banyak, lebih banyak lagi dari detik ke menitnya.

Sarah memperhatikannya dengan khawatir. "Luca, apa yang terjadi padamu? Kamu terlihat pucat."

Luca mencoba tersenyum padanya, tetapi senyumnya pucat. "Hanya rasa lelah, Sarah. Tidak apa-apa."

Namun, beberapa saat kemudian, Luca hampir kehilangan kendali atas mobilnya. Sarah yang ketakutan mencoba untuk memegang setir. "Luca, kita harus berhenti. Kamu tidak baik-baik saja."

Luca berusaha keras untuk tetap sadar, tetapi tubuhnya tidak mendengarkan perintahnya. Dia akhirnya merasa pandangannya kabur dan mengucapkan kata-kata terakhir sebelum pingsan, "Berhenti..."

Luca menginjak rem dengan kuat. Pria itu tidak berkuasa lagi menahan serangan dalam dirinya.

Mobil mereka akhirnya berhenti di tepi jalan yang sepi. Sarah panik ketika melihat Luca pingsan di sampingnya, dan dia tidak tahu apa yang harus dilakukan.

Dia membuka pintu mobil dan mencoba untuk membangunkan Luca, tetapi dia tidak merespons.

"Luca! Luc! Bangun!"

Saat Sarah ingin mencoba menghubungi nomor darurat, dia melihat sesuatu yang aneh. Tubuh Luca berkeringat dengan sangat banyak, bahkan dalam cuaca yang dingin seperti ini.

Naum, sialnya. Ponsel jadul itu tetap tidak berfungsi karena tidak mendapatkan sinyal dari jaringan mana pun.

Keringat itu mengucur deras dari tubuh Luca, seolah-olah dia sedang mengalami serangan panas yang sangat buruk.

"Apakah dia dalam pengaruh nark*ba? Aku bisa terlibat di kepolisian bila memang benar dia pecandu, astaga!"

Beberapa saat kemudian, Sarah melihat cahaya mobil dalam jumlah banyak dari kejauhan. Sekelompok mobil hitam mendekati mereka.

"Astaga, mereka masih juga mengejar! Luca adalah target mereka!"

Sarah merasa semakin panik, karena dia tahu bahwa musuh Luca tidak akan pernah berhenti mencari mereka. Dia mencoba mengguncangkan Luca kembali, berteriak pada pria itu untuk bangun.

Luca akhirnya membuka mata dengan susah payah, tetapi pandangannya masih kabur. "Sarah... apa yang terjadi?"

Sarah mencoba menjelaskan situasi mereka, tetapi dia tidak tahu apa yang terjadi dengan Luca. Tubuhnya masih berkeringat dengan sangat banyak, dan dia terlihat sangat lemah.

Luca pingsan kembali dengan wajah yang pucat seperti mayat.

Sekelompok pria dari mobil hitam sudah muncul di sekitar mereka. Mereka adalah orang-orang yang mencari Luca, dan sekarang mereka telah menemukannya dalam kondisi yang sangat rentan.

Sarah hanya mematung dan mengangkat kedua tangannya.

"Aku hanya terlibat tanpa sengaja. Aku tidak mengenalnya. Dan aku juga sudah memanggil polisi. Mereka akan tiba dalam  1 menit ke depan," ucap Sarah dengan tidak berdaya.

Sarah semakin gemetaran karena kondisinya juga mungkin membahayakan dirinya. Para mafia itu mungkin akan menghilangkan saksi.

"Pria ini sudah mati," kata salah satu dari mereka dengan suara ketus dan tatapan dingin.

Sarah merasa putus asa, tetapi dia tidak bisa melakukan apa-apa.

"Apakah dia benar-benar sudah mati?" tanya Sarah dalam hati dengan penuh kekhawatiran.

Luca benar-benar lemas, dan dia tahu bahwa mereka berdua berada dalam bahaya besar. Pria itu sengaja tidak membuka kedua matanya dan berharap para kawanan itu meninggalkan mereka.

Pria itu yang berbicara tadi mengeluarkan sebuah botol kecil dan menyemprotkan isinya ke kaki Luca.

"Arrghh!" teriak Luca dengan panik.

Tubuhnya terasa panas dan perih. Para kawanan mafia itu terkejut dan mundur.

"Lihat, ternyata dia masih hidup!" pekik seorang pria dengan mata mendelik dan terkejut.

"Itu adalah racun, kalian benar-benar biadab!" pekik Sarah karena melihat asap mengepul dari obat yang dituangkan tersebut seolah membakar kulit kaki Luca. Sarah merasa marah lalu melayangkan pukulan kepada salah satu pria yang sedang menahannya.

Obat itu adalah bagian dari upaya untuk para mafia yang akan membuat tubuh korban terluka dan hancur menjadi debu.

Luca mengerang dalam penderitaan, tubuhnya sekarang berkeringat dengan sangat banyak. Namun, ini juga memberinya kekuatan terakhir untuk bergerak lagi. Dengan cepat, dia menendang beberapa pria yang belum siaga atas pukulannya, lalu melompat ke kursi pengemudi dan mencoba untuk menjalankan mobil.

Sarah yang terkejut berlari ke arahnya. "Luca, apa yang kamu lakukan?"

"Kita harus pergi," gumam Luca dengan napas yang terengah-engah. "Mereka tidak boleh mendapatkan kita."

Sarah segera ikut masuk ke dalam mobil dan mengencangkan sabuk pengaman. Mobil dipacu dengan tekanan gas tinggi meninggalkan para kawanan yang masih kesakitan akibat pukulan dari Luca dan Sarah yang asal pukul.

Mobil mereka memacu dengan cepat ke depan, sementara mobil-mobil hitam itu mengejar mereka dengan keras.

Pertarungan berbahaya ini telah memasuki babak baru, dan Sarah dan Luca sekarang harus berjuang untuk hidup mereka sendiri dalam pelarian yang mematikan.

Keadaan Luca semakin tidak stabil karena pengaruh obat perangsang dan tetesan obat yang melemahkan ototnya serta luka bakar yang perih.

Namun, dia tetap mengerahkan segala tenaga yang tersisa untuk menjalankan mobil mereka. Sarah duduk di sebelahnya, takut dan tidak tahu apa yang harus dilakukan.

Mobil mereka melaju dengan kecepatan tinggi di jalan yang semakin berliku-liku, masuk ke dalam hutan yang gelap.

Luca merasa jantungnya berdebar kencang, dan keringat terus mengucur dari tubuhnya. Tubuhnya terasa panas, dan pandangannya semakin kabur. Dia semakin kehilangan tenaganya. Dia tahu bahwa dia harus menghindari kejaran musuh yang semakin mendekat.

Namun, pengaruh obat itu semakin mempengaruhi kesehatannya. Dia mulai merasa pusing dan tidak stabil dengan sisa tenaga terakhir yang dimiliki.

Meskipun dia mencoba keras untuk tetap fokus, dia akhirnya kehilangan kendali atas mobilnya.

Mobil mereka meluncur dengan cepat menuju sekelompok pohon yang tumbuh rapat di hutan.

"Aaahhhhh ... " Sarah berteriak dengan kengerian dan ketakutan sementara Luca berusaha keras untuk menghindari tabrakan itu, tetapi refleksnya semakin terganggu oleh pengaruh obat yang kuat dengan otot yang lemah dan semakin lemah.

Dengan kecepatan yang mengerikan, mobil mereka akhirnya menabrak pohon besar dengan benturan keras.

Kaca-kaca pecah, dan suara metal yang berderit mengisi udara. Sarah dan Luca terlempar di dalam mobil, mengalami benturan yang hebat.

Saat mobil akhirnya berhenti bergerak, semuanya menjadi gelap bagi Luca. Tubuhnya terasa sakit, dan dia merasa sangat lemah.

Dia mencoba untuk tetap sadar, tetapi dunianya menjadi semakin kabur.

"Sarah ... maafkan aku!"

Sarah terlempar tak jauh dari posisi Luca berada. Tubuhnya lemas dan terluka, tetapi dia masih sadar. Dia berusaha untuk mendekati Luca yang pingsan. "Luca, bangun! Tolong, bangun!"

Dia mencoba untuk memeriksa luka Luca, tetapi dia tahu bahwa mereka harus segera meninggalkan mobil yang rusak itu sebelum musuh mereka menemukan mereka.

Sarah mencoba untuk mengangkat Luca yang pingsan agar menjauh dari mobil yang hancur.

Hutan itu gelap dan hujan masih turun dengan deras. Sarah membawa Luca menjauh dari mobil yang hancur, mencari tempat berlindung yang aman di dalam hutan.

Namun, dia juga tidak tahu apa yang sedang terjadi dengan Luca. Pengaruh obat itu membuatnya semakin tidak stabil, dan dia merasa panik.

Saat mereka terus merayap melalui hutan yang lebat, Luca mulai bergerak-gerak dengan tidak sadar. Tubuh Luca mengalami kejang-kejang.

Sarah panik, mencoba untuk membuatnya tetap tenang. "Luca, tolong bangun! Kita harus keluar dari hutan ini!"

Namun, Luca semakin tidak stabil, tubuhnya terasa panas, dan dia semakin kesulitan untuk bernapas.

Sarah tahu bahwa mereka harus segera mendapatkan pertolongan medis, tetapi mereka terjebak dalam hutan yang gelap dan jauh dari kota.

Sementara tidak jauh dari posisi mereka berlari, tiba-tiba terdengar suara ledakan yang menggema.

Boom!

Sarah dan Luca tahu bahwa mobil yang mereka bawa tadi sudah meledak.

Para mafia juga yang mengejar luca tersenyum penuh kemenangan karena sudah pasti Luca mati menurut mereka.

Mereka yakin bahwa kedua target mereka telah tewas dalam ledakan mobil itu. Mereka bahkan merasa tidak perlu repot mencari-cari lagi.

Mereka berdiri di sekitar ledakan, agak jauh dan memandang asap yang mengepul serta kobaran api dari mobil tersebut.

"Tidak mungkin mereka bisa selamat dalam ledakan seperti itu."

"Ayo, mari kita melapor, mereka sudah pasti meninggal. Obat ini akan melumpuhkan siapapun, Luca pasti tidak sanggup bergerak sehingga menabrakkan mobilnya ke pohon."

Tawa kemenangan terdengar seiring kepergian mereka menuju kembali ke jalan besar.

"Ayo, pergi. Bos akan senang mendengar hal ini!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gadis Pengantar Makanan Vs Mafia Kejam   T-A-M-A-T

    Taman yang indah, hijau dan luas tempat pernikahan Luca dan Sarah akan dilaksanakan.“Bunga ini seharusnya diletakkan disana,” ucap Bunga menunjuk ke arah panggung. Pemain musik dan penyanyi sudah disiapkan dan sedang mengalunkan beberapa lagu mellow .Acara akan dilakukan dengan mewah tanpa kehadiran pemuka agama. Karena Castello pasti tidak bersedia hadir untuk merestui pernikahan mereka. Castello masih menentang dengan keras pernikahan Luca. Castello masih merasa terganggu dengan masa lalunya terhadap Kanya. Cinta pertama yang tidak dapat dimilikinya.“Meja untuk menandatangani Akte pernikahan sudah dihias dengan indah,” ucap Bunga kepada Bob.“Baik, terimakasih, Sayang,” jawab Bob sambil memberikan kecupan kecil di kening Bunga kemudian ia beralih sibuk mengurus hal yang lain.Segala jenis makanan yang menggugah selera sudah disusun rapi disepanjang taman.“Bikin lapar,” gumam Bunga sambil

  • Gadis Pengantar Makanan Vs Mafia Kejam   168. Luca tiba

    Tidak ada yang tahu bahwa Luca pulang untuk menyelesaikan semuanya. Dia berada di rumah saat ini dan Sarah berada dalam pelukannya“Luca,” sapa Sarah dengan suara kecil.“Hmm…” Terlihat Luca sudah mulai mengantuk. Sarah terdiam tidak ingin melanjutkan pertanyaan yang ingin diutarakannya. Melihat Luca yang sudah pasti lelah bekerja sepanjang harinya.Tapi Sarah tidak dapat terlelap sama sekali walau sudah membalikkan tubuhnya beberapa kali untuk mendapatkan posisi nyaman.Akhirnya Sarah bergerak menuju ke dapur untuk mencari makanan yang bisa menahan rasa laparnya.Luca yang memang sudah tertidur tapi merasa pergerakkan tidak nyaman sang istri akhirnya dengan malas berdiri untuk menyusul istrinya karena khawatir. Memikirkan istrinya sedang hamil tua.Luca menatap Sarah dari jauh. “Malam – malam cari makanan, jangan bilang itu bawaan Rahim,” celutuk Luca ringan.“Mas…&r

  • Gadis Pengantar Makanan Vs Mafia Kejam   167. Aku menginginkan Luca

    “Akan kuhabiskan istrinya kalau dia tidak menepati janjinya untuk melamar dan menikah denganku,” gumam Aninda dalam hati.Wisnu tidak mengerti sedang berhadapan dengan adik mafia yang kejam. Alfredo terkenal dengan kekejamannya dan Aninda terkenal dengan sifat egoisnya. Tidak ada yang tidak bisa dia miliki.Kesabarannnya menunggu Luca sudah cukup lama. Ini adalah saat yang tepat untuk memiliki Luca seutuhnya, Aninda membathin hingga terlelap.Mereka tertidur dengan posisi saling memalingkan tubuhnya secara berlawanan seperti sepasang suami istri yang sedang bertengkar.Drttt. Drt… pagi sekali ponsel Wisnu sudah berbunyi panggilan dari Luca yang membangunkannya. Wisnu meraih ponselnya dengan malas sambil diliriknya Aninda yang masih terlelap disampingnya.“Ya,…” sapa Wisnu sambil menguap.“Apakah dia sudah menandatangani kontrak?” tanya Luca.“Belum,” jawab Wisnu singkat.

  • Gadis Pengantar Makanan Vs Mafia Kejam   166. Luca ingin menikah dengan Aninda?

    “Lapor Tuan, Sir Louis meminta izin bertemu,” sapa seorang asisten Castello dengan sopan.Sir Louise adalah seorang pebisnis di bagian fashion yang sudah memiliki nama di dunia.“Iya, persilahkan masuk saja.”Tak lama kemudian Sir Louis masuk ke dalam ruangan kerja Castello.“Apa kabar, Sir Louis?” sapa Castello kemudian mereka saling berpelukan dengan ramah.“Mohon maaf sebelumnya atas kelancangan saya. Kedatangan saya ke Indonesia adalah karena saya ingin mengadakan event di Bali. Saya ingin menghadirkan produk dari Luca Coorperation. Tapi sudah seminggu ini Luca tidak menjawab email saya. Saya ragu apakah ada hal yang terjadi dengan sahabat saya itu,” tanya Sir Louis.“Tidak…, tidak ada yang terjadi. Luca kuutus ke San Fransisco untuk menyelesaikan sesuatu proyek. Itu saja, nothing special. Mungkin dia sedang sibuk sehingga tidak sengaja mengabaikan Anda. Tapi tidak usah k

  • Gadis Pengantar Makanan Vs Mafia Kejam   165. Flu

    Aninda sudah sampai di lobby bawah hotel.“Mas Luca, Aninda sudah dibawah. Mas sudah siap atau Aninda ke atas menunggu?” sapa Aninda melalui ponselnya.“Mas turun aja, tunggu disana,” ucap Leo sambil mengikat dasinya.Melya membantu membetulkan dasi Wisnu yang masih tidak rapi karena terburu – buru.“Mas pergi kencan dulu ya,” ucap Wisnu kemudian memberikan ciuman ke bibir Melya dan perut Melya.“Mas balik malam ini?” tanya Melya penuh harap.“Entahlah, tidak usah menunggu. Mas tidak tahu apa yang akan Mas alami hari ini. Kamu tidur saja, besok kita sarapan bersama ,ok?” ucap Wisnu kemudian menghilang di balik pintu.Wisnu keluar dari lift dan langsung dipeluk oleh Aninda dengan erat.Wisnu masih kebingungan tapi kemudian terpana dengan kecantikan Aninda yang berdiri di depannya saat ini dengan pakaian seksi yang menonjolkan semua lekuk tubuhnya dan belahan terbu

  • Gadis Pengantar Makanan Vs Mafia Kejam   164. Dia siapa?

    “Dia? Dia siapa?” tanya Wisnu dengan polos.“Sarah dan Aninda…”“Uhh, Mas memilih tidak menjawab. Untuk saat ini masih kamu istriku. Itu saja. Yang lain nanti kuurus, diamlah, biarkan Mas tidur sebentar,” jawab Wisnu sambil memejamkan matanya yang memang sangat mengantuk.Sementara di tempat lain, Luca sedang mengadakan rapat dengan beberapa bawahannya untuk menganalisa semua langkah yang harus dilakukan dalam mendapatkan proyek di San Fransisco. Tidak akan mudah untuk menantang Alfredo Augusta yang sudah menguasai hampir 90% bisnis di San Fransisco.Alfredo tidak akan segan – segan menggunakan jasa kotor untuk menghabisi lawannya. Dengan menguasai adiknya Aninda Augusta, maka setidaknya 50 % saham perusahaan akan menjadi milik bersama, sehingga Luca dapat memperoleh peluang kerjasama bukan menjatuhkan Alfredo.Keinginan Luca adalah menjatuhkan Castello, sang ayah. Maka kerjasama dengan Alfredo adala

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status