Beranda / Thriller / Gadis Rumah Sakit / Kabar Libur Kerja

Share

Kabar Libur Kerja

Penulis: Vania Official
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-30 18:51:42

Sekitar pukul 02:30 pagi gelas bekas kopi Riyan semalam jatuh di dapur. Bukan tanpa sebab kenapa gelas itu bisa jatuh, ada yang baru saja membuatnya jatuh. Tidak hanya dengan gelas saja, beberapa sendok makan pun ikut serta. Riyan yang menyadari kegaduhan di dapur perlahan bangun walau pandangan masih belum sepenuhnya terlihat. Ia berjalan menghampiri dapur tanpa memikirkan sedikit pun hal aneh apa yang ada di dapur.

“Aduh!” ringis Riyan. Ibu jari disalah satu kakinya menginjak serpihan gelas yang pecah. Ia terkejut saat melihat gelas yang pecah dengan serpihan-serpihan yang berserakan di lantai.

Riyan harus berjinjit mengambil serokan dan sapu. Darah pun kian menetes dari ibu jarinya dan jatuh di lantai. Mengesampingkan soal rasa sakitnya, Riyan lebih dulu membereskan kekacauan di lantai. Heran kenapa gelas itu bisa jatuh, seingatnya ia taruh tidak begitu di pinggir. Malah justru lebih ke dalam sehingga kemungkinan untuk jatuh kecil. Tidak mungkin juga kalau tikus yang berulah.

Pecahan gelas tadi Riyan buang ke tempat sampah. Saat ia hendak mengembalikan sapu dan serokan sekilas Riyan … seperti melihat sesuatu. Sesuatu yang ia kenali, sesuatu yang selalu membuat jantungnya kadang tidak tenang. Setiap melihatnya Riyan tahu betul hidupnya bukan hanya untuk mengurus ibunda melainkan juga ingin bersama dengan orang itu.

Masih penasaran dengan yang dilihatnya. Bagai hembusan angin begitu cepatnya ia pergi, tapi bagusnya Riyan menangkap sesuatu. Sebuah wajah dengan banyak arti.

“Elina?” ujar Riyan masih memperhatikan hingga akhirnya tersadar kembali dengan ibu jari yang kian menambah sakit.

Dengan cepat Riyan kembali ke kamar mengambil kotak P3K. selagi mengurusi ibu jarinya, sesekali ia melihat ke arah dapur. Yakin betul kalau tadi ia melihat wajah Elina di sana, tapi aneh bagaimana bisa gadis itu sampai di dapurnya. Riyan tahu betul di mana Elina berada sekarang.

Mungkinkah saat ini Riyan tengah rindu pada Elina? Rindu lagi? Padahal beberapa jam lalu mereka sempat bertemu. Riyan mengecek jam di ponselnya masih jauh sebelum ke waktu pagi. Ia kembali menaikkan selimut untuk melanjutkan tidurnya lagi.

Pagi harinya setelah sarapan hendak mau berangkat kerja sampai di ambang pintu, Riyan teringat kalau ada yang tertinggal. Ia kembali ke kamar dan benar ponselnya lupa terbawa. Saat mengambil ponsel di meja, Riyan merasa tidak asing dengan mejanya. Seperti ada sesuatu yang pernah ia letakkan di sana, tapi bingung apa itu.

“Duh udah jam segini!” Bergegas Riyan pergi.

Saat sampai di tempat kerjanya, hendak masuk ia bertemu dengan Anwar. Setiap bertemu dengan anak pemilik warung itu selalu saja saat Anwar mau membuang sampah. Tapi, kalimat yang barusan dibilang Anwar membuat sebelah alis Riyan naik.

“Libur?” ujar Riyan.

“Iya, Mas. Ibu ada acara di keluarga kurang lebih seminggu, jadi warung libur dulu,” jelas Anwar.

“Begitu, yah.”

“Tadi baru saja mau nelpon Mas Riyan.”

“Yaudah kalau gitu saya pamit pulang, deh.”

Riyan kembali menyalakan motor dan berlalu pergi dari warung. Ia tidak langsung pulang ke rumah, sedikit keliling sebentar sampai dirinya singgah di sebuah tempat nongkrong. Terlihat seperti demikian. setelah mendapat tempat parkir, Riyan melihat beberapa anak muda yang duduk di tempat mereka dengan pasangan masing-masing. Bisa jadi mungkin pasangan atau hanya teman.

Terpikir ingin ikut nongkrong juga, Riyan pun pergi memesan sesuatu. Ia memesan satu gelas minuman hangat berkafein dan juga sepiring kentang goreng. Mengedarkan pandangan, Riyan mencari tempat yang sesuai untuknya. Ia menemukan satu di sebelah sana. sangat sesuai saat Riyan mencoba duduk.

Kalau diperhatikan dari semua tempat yang ada di sana hanya Riyan saja yang seorang diri, sedangkan lainnya berpasangan. Melihat kursi kosong di depannya sekilas Riyan melihat kalau Elina sedang ikut duduk tidak lupa dengan senyuman manis khas dari gadis itu. Sadar kalau sebenarnya kursi itu kosong, Riyan langsung tertawa kecil. Ia kalau perihal sudah masuk berhalu merasa lucu sendiri. Tapi, Riyan merasa kalau ia tidak pernah sampai sedemikian saat sedang jatuh cinta.

Menyeruput sedikit minumannya ketenangan seperti ini sudah cukup lama tidak Riyan rasakan. Mungkin akan lebih lengkap jika ada yang ikut menemaninya. Sudut bibir Riyan turun, entah dengan ibunya maupun Elina mereka berdua saat ini belum bisa. Memikirkan saat keduanya terbaring di sana hati kecil Riyan terasa sakit.

Waktu berlalu, Riyan baru sadar sudah terlalu lama singgah. Ia sampai tidak melihat waktu. Minuman dan kentang gorengnya pun sudah habis sejak tadi, ia memutuskan untuk pulang beristirahat. Hari ini Riyan sepertinya tidak akan mengunjungi rumah sakit dulu. Ia juga akan menahan rindu sehari tidak melihat wajah Elina.

   

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Gadis Rumah Sakit   Elina Yang Tidak Terlihat

    Riyan mengetuk pintu sekali kemudian memutar knop lebih dulu masuk diikuti teman-temannya di belakang. Suasana yang tenang, ibunya juga tengah tidur. Pandangan Ridho menyisir habis ruangan tempat ibunya Riyan dirawat. Ia mendudukkan diri di satu-satunya sofa yang ada di sana. Sementara, Iwan berdiri di samping diri Ibu Riyan sekilas memperhatikan selang infus di depannya. Saat hendak membangunkan ibunya tiba-tiba Ridho memanggil. "Yan, nanti aja, deh. Kasian Ibu lu lagi istirahat," ucap Ridho. "Ah, gak apa." Riyan mengguncang pelan ibunya, dengan sopan. Ibu Ani yang memang belum sepenuhnya tidur lantas bangun melihat ke samping kiri ada anaknya. Samping kanan ada anak laki-laki juga serta menyadari yang sedang duduk di sofa. Hanya saja ia tidak tahu siapa mereka. "Riyan, udah balik?" tanya ibunya. "Iya, Bu. Riyan gak ganggu tidur Ibu, kan?" Bu Ani menggeleng dengan senyum diikuti Riyan yang juga tersenyum. "Oh, iya hampir lupa. Ini yang Riyan bilang tadi. Kenalin teman-teman Ri

  • Gadis Rumah Sakit   Menjemput Teman di Bandara

    Frustasi, Ina memijat pelipisnya perlahan. Berapa kali pemilik kos bertanya alasan dirinya hendak pindah dan sudah berapa kali juga, Ina enggan untuk menjawab. Yang ia ingin hanya pindah dari kost-an itu."Apakah air di kost tidak bersih, Ina?" Ibu kost mengganti pertanyaan lagi.Satu alasan yang membuat ibu kost tidak memperbolehkan Ina pergi karena rajinnya Ina dalam membayar kost. Tepat waktu dan sangat jarang menunda."Maaf, Bu. Saya terpaksa harus pindah karena tidak betah lagi di sini," jelas Ina pada akhirnya. Walau begitu si Ibu kost masih menunggu alasan lebih jelasnya."Kalau ada yang perlu diganti atau apa bilang saja sama saya. Lagian mau pindah kemana? Di sini udah paling murah, loh." Sama seperti Ina, Ibu kost juga masih bersikeras.Helaan napas mulai keluar dari Ina. Ia memandangi Ibu kost dengan tenang, berniat untuk memberitahu alasan sebenarnya ingin pindah."Saya nemu belatung di kamar, Bu dan saya ketakutan. S

  • Gadis Rumah Sakit   Riyan, Elina Rindu

    Pukul 03:00 pagi Riyan terbangun. Entah sudah ke berapa kalinya ia terbangun. Awalnya sehabis beberapa jam dari waktu isya dan keadaan yang lumayan enak untuk kembali tidur.Namun, seperti ada yang mengganggu agar tidurnya Riyan tidak tenang. Itu sebabnya ia tidur uring-uringan dan beberapa kali kebangun akhirnya memutuskan untuk tidak melanjutkan tidur lagi. Toh, sekalian menunggu waktu subuh.Sembari mengumpulkan nyawa, Riyan mengecek ulang jam di ponselnya. Ia juga ingat sekitar jam 10:00 nanti harus ke bandara menjemput dua orang temannya. Riyan bangkit dari kursi dan bergegas untuk melaksanakan ibadah subuhnya.Ia memakai mushola yang ada di rumah sakit seperti saat isya tadi. Sedikit beruntung karena tidak perlu pergi jauh ke masjid yang sebelumnya.Selesai dengan ibadah subuhnya saat sedang merapikan bagian bawah celana, Riyan tidak sengaja mendengar obrolan dua orang bapak-bapak yang tidak jauh dari keberadaannya."I

  • Gadis Rumah Sakit   Riyan, Itu Hantu!

    Beberapa belain terus diberikan pada kedua pipi Bu Ani. Hingga beberapa kali istirahatnya terganggu, di sisi kanannya ada sosok gadis dengan luka leher yang parah tengah memperhatikannya. Sosok itu juga yang sedari tadi mengganggu istirahat Bu Ani."Astagfirullah!" seru Ina beristigfar saat hendak masuk ke ruangan Bu Ani. Belum sempat masuk, langkahnya terhenti di depan pintu.Berhasil Ina melihatnya dan secepat itu juga sosok tadi menghilang. Ina tidak begitu jelas melihat sosok tersebut, tapi yang pasti dan jelasnya ia melihat ada tangan yang mengambang, membelai pipi pasiennya.Ina berjalan mendekati Bu Ani, ditatapnya lekat-lekat wajah wanita sudah berumur itu. Ia mengambil tisu dari kantongnya dan mengelap dengan hati-hati pipi Bu Ani. Pipi yang bekas dibelai tadi.Ina menoleh dan mendapati Riyan yang tengah tertidur di kursi sana. Memandang dari kejauhan saja membuat Ina senang sendiri, senang melihat wajah tenang tidur Riyan.

  • Gadis Rumah Sakit   Sore Hari Dengan Gorengan

    Sekitar jam 15:00 sore, Riyan tiba-tiba ingin makan gorengan. Sebelum pergi mencari gorengan, Riyan mengecup singkat pipi ibunya sekalian memperbaiki letak selimutnya.Riyan menutup pintu ruangan dengan rapat, lalu bergegas ke parkiran. Di luar gedung rumah sakit angin sepoi-sepoi terasa menyejukkan menerpa wajahnya. Ia menaikkan standar lalu menyalakan mesin motor dan pergi berkeliling.Sepanjang perjalanan banyak pedagang kaki lima yang ia jumpai. Tapi, yang menjual gorengan belum juga didapat sampai akhirnya pandangannya menangkap gerobak berwarna merah terang di sana.Riyan sampai lalu memarkirkan motornya sejenak. Ia menghampiri gerobak tersebut. Penjualnya adalah seorang bapak-bapak dan ibu-ibu yang sudah berumur. Tapi, semangat berjualannya masih terlihat jelas di raut wajah mereka."Permisi," ucap Riyan sopan.Belum ada pembeli yang terlihat terkecuali Riyan seorang. Mungkin gorengannya baru buka.

  • Gadis Rumah Sakit   Rasa Senang Suster Ina

    Memasuki jam kerja, Ina membawa catatan wajibnya yang sudah disiapkan tadi ke ruangan bu Ani. Seperti biasa tugasnya sebagai suster mengecek keadaan pasien.Kalau dibilang bosan sudah pasti iya. Mengecek, mencatat, mengecek, mencatat keadaan pasien hanya itu terus yang dirinya lakukan selama menjadi suster. Biarpun begitu tugasnya jadi lebih berwarna saat pasien ibu-ibu bernama Ariani terawat di rumah sakit itu.Ditambah lagi soal Ina yang menyimpan perasaan pada anak pasien. Orang bilang kalau bekerja ada motivasi semangatnya sendiri, terkesan beda."Bu Ani, semakin hari keadaannya semakin membaik. Aku yakin dalam waktu dekat beliau akan segera sembuh," ucap Ina penuh harap seraya memperbaiki letak selimut wanita itu.Tidak lama Riyan masuk, pandangan mereka saling bertemu. Duluan dari Riyan yang menyunggingkan senyuman kemudian dibalas oleh Ina. Riyan menghampiri ranjang Ibunda, menarik kursi untuk duduk.Sementara Ina berada di

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status