MasukJackson masuk ke toko pakaian mewah kelas atas yang sebelumnya didatangi oleh Elena. Ketika pria itu masuk, seluruh karyawan yang ada toko tersebut membungkukkan tubuh mereka, tak terkecuali wanita yang sebelumnya bersikap dingin dan merendahkan Elena.
Mereka langsung mengenali siapa pria tersebut yaitu salah satu pria terkaya di negeri ini, Jackson Collins. Sikap yang ditunjukkan oleh para karyawan di sana berbeda jauh dengan sikap yang Elena dapatkan.
"Selamat datang Tuan Collins, sebuah kehormatan bagi kami menyambut Anda berbelanja di toko kami," ucap wanita yang merendahkan Elena.
Jackson hanya melirik dingin ke arah wanita itu dan masuk begitu saja tanpa menanggapi sapaannya, sedangkan Elena mengikuti pria itu dari belakang. Mengetahui jika Elena tidak ada di sampingnya, Jackson menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang.
Elena yang tidak memperhatikannya, hampir saja menabrak dada Jackson. Dia terkejut ketika tiba-tiba tangan Jackson terulur, lalu menggenggam dan menarik tangannya, membuat Elena berjalan di samping pria itu.
Pipi Elena merona merespon sikap Jackson, dia mengulum bibirnya menahan senyum yang hendak merekah karena sikap posesif Jackson
Wanita yang menyambut Jackson seketika terbelalak kaget, mengetahui Jackson pergi bersama dengan siapa. Wajahnya seketika memucat, sadar jika dirinya telah melakukan kesalahan besar.
"Carikan baju yang bagus untuk wanitaku!" ujar Jackson yang berhasil membuat hati Elena senang karena pria itu tidak menyebut dirinya sebagai wanita jalang.
"Kami akan mencarikan pakaian yang terbaik untuk Nona..." wanita itu terdiam karena tidak tahu nama wanita yang Jackson maksud.
"Elena..." sambung Elena dengan cepat sambil menahan senyum melihat wajah pucat wanita itu. Rasanya kini dia sedang berada di atas angin.
"Untuk Nona Elena," lanjut wanita itu masih dengan membungkukkan tubuhnya, sopan. Setelah Jackson berlalu, dia kemudian memanggil dua karyawan wanita lainnya untuk membantunya mencari pakaian yang terbaik untuk Elena.
Jackson duduk dengan melipat kakinya, sedangkan tangannya terentang di sandaran sofa yang dia duduki.
"Keluarkan semua koleksi pakaian kalian dan berikan yang terbaik untuk Elena! perlihatkan padaku saat Elena memakainya sampai aku bilang jika pakaian itu adalah yang terbaik!" perintah Jackson yang langsung dikerjakan oleh para karyawan toko tersebut.
Mereka mulai memakaikan satu persatu koleksi pakaian mahal mereka kepada Elena dan setiap kali Elena memperlihatkan dirinya pada Jackson, pria itu hanya menggeleng tidak setuju dengan apa yang dia pakai. Padahal setiap pakaian yang Elena pakai, sangat cocok untuk tubuh wanita itu.
Puluhan baju sudah Elena coba dan Jackson terus menggeleng, membuat wanita itu cukup kesal, tetapi tidak berani menentang pria itu. Bukan hanya Elena yang kelelahan, namun para karyawan di toko tersebut dan wanita yang merendahkannya jauh lebih lelah darinya.
Dandanan mereka yang tadinya rapi, kini tampak berantakan. Keringat pun membasahi seragam kerja mereka karena harus bolak balik mengeluarkan koleksi pakaian mereka dan semua ditolak oleh Jackson.
Hingga akhirnya hanya tersisa satu koleksi terakhir milik toko tersebut. Para karyawan di toko tersebut berharap jika pakaian yang terakhir itu akan cocok dengan kemauan Jackson, namun pria itu tetap menggeleng menolaknya.
"Maafkan kami, Tuan. Ini adalah koleksi terakhir kami, tidak ada lagi pakaian yang bisa Nona Elena coba," ucap karyawan wanita itu.
Jackson kemudian berdiri dan berjalan mendekati karyawan tersebut. Dia kembali menggenggam tangan Elena untuk memperlihatkan kepemilikannya, membuat Elena merasa gugup dan salah tingkah.
"Sepertinya koleksi pakaian di sini sangat buruk, Sayang. Pantas saja tidak ada satu pun pakaian yang cocok untukmu," ucap Jackson kepada Elena.
Bibir Elena merasa kelu, bingung mau menjawab apa. Lebih lagi ketika Jackson memanggilnya, Sayang, jantungnya seketika berdetak kencang. Belum sempat Elena mengatakan sesuatu, karyawan toko itu sudah bersuara.
"Anda bisa datang lagi besok dan mencoba koleksi terbaru kami, Tuan Collins. Kami akan mendatangkan yang terbaik untuk Anda."
"Tidak perlu! Aku akan mencari ke toko yang lebih baik dari toko. Lain kali jika ingin merendahkan orang, lihat dulu kualitas barang yang kamu jual. Barang daganganmu tidak jauh berbeda dengan toko di ujung jalan yang kualitasnya murahan," sindir Jackson sama seperti ketika wanita itu merendahkan Elena.
Wanita itu hanya menundukkan kepala, tidak berani membalas perkataan Jackson. Dia tidak mau tokonya semakin terpuruk jika menentang seorang Collins. Yang dia lakukan hanya bisa pasrah dan menerima perlakuan Jackson agar tidak mendapat masalah.
Puas dengan hal itu, Jackson menarik tangan Elena lalu mengajaknya pergi dari toko tersebut. Setelah menjauh dari dari toko Elena mulai mengomentari sikap Jackson. "Kenapa kamu melakukan hal itu? Kamu sedang mempermalukan wanita itu."
"Bukankah kamu senang dengan apa yang aku lakukan? Dia mendapatkan pelajaran dari apa yang dia perbuat," ucap Jackson menanggapi perkataan Elena.
"Aku tidak suka dengan caramu. Kita seharusnya cukup meninggalkannya saja dan mencari toko lain tanpa harus mempermalukan orang lain," tegas Elena.
Elena sedang memasukkan mantel yang sebelumnya dia pakai ke dalam tas ketika pintu kamarnya terbuka.Mengira jika Ariana yang masuk, Elena bertanya tanpa melihat siapa yang datang."Apakah David sudah selesai bicara dengan papanya? Apakah kita sudah mau pergi? Tunggu sebentar, Ariana! Ada beberapa barang yang masih harus aku siapkan," ujar Elena dengan tangan yang masih sibuk mencari barang-barangnya yang tercecer."Ini aku, aku bukan Ariana," suara bariton seorang pria mengagetkan Elena.Wanita itu langsung menghentikan kegiatannya dan menegakkan tubuhnya.Dia menoleh ke arah pintu dan menegang melihat Jackson berdiri beberapa meter di depannya. Nafasnya seketika tercekat dengan jantung berdetak kencang.Harusnya saat ini dia membenci Jackson dan berharap pria itu menjauh darinya, namun apa yang dia rasakan malah sebaliknya, matanya menatap pria itu penuh rindu dan keberadaan Jackson seperti magnet yang menariknya untuk mendekat.Beruntung kesadaran Elena masih berfungsi dengan baik
"Apakah kamu yakin akan keluar dan menemui keluarga Collins sekarang?" tanya Ariana yang masih khawatir dengan kesehatan Elena."Ya, aku yakin. Aku sudah baikan dan ingin segera keluar dari rumah ini,” tegas Elena."Kamu mau pergi ke mana setelah dari sini?" Ariana semakin mengkhawatirkan Elena dan kehamilan wanita itu."Aku belum tahu, tetapi aku ingin menjauh dari keluarga Collins dan mencari pekerjaan. Aku ingin mengakhiri hubunganku dengan Jackson.”"Kalau begitu, tinggallah bersamaku," ajak Ariana yang tidak mungkin membiarkan saudaranya itu berkeliaran sendiri tanpa tempat tinggal dan pekerjaan.Elena langsung menggeleng dan menolak ajakan Ariana. "Aku tidak ingin tinggal bersama kalian dan menjadi beban di dalam keluarga kalian. Lagi pula rasanya akan tidak nyaman jika aku serumah dengan suamimu."Ariana terdiam dan mengakui apa yang Elena katakan memang benar. "Aku tidak mungkin membiarkan kamu tinggal sendiri, apalagi dalam keadaan hamil. Aku akan bicara pada David untuk bisa
"Aku tidak mungkin hamil," gumam Elena dengan tatapan sendu"Apa maksudmu tidak mungkin hamil?" tanya Ariana memastikan apa yang saudaranya itu katakan."Selama kami berhubungan, aku selalu meminum obat pencegah kehamilan dan aku tidak pernah melupakannya. Bagaimana ini bisa terjadi?" Elena tampak syok dan putus asa."Maaf jika aku menanyakan sesuatu yang mungkin menyinggungmu. Apakah anak yang kamu kandung adalah benar anak Jackson? Apakah janin dalam kandunganmu adalah keturunan Collins?"Pertanyaan itu membuat Elena menatap tajam ke arah Ariana, lalu tak lama setelahnya mata itu berkabut dan berkaca-kaca, setetes air mata jatuh membasahi pipinya. "Aku tidak pernah berhubungan dengan siapapun selain Jackson. Pria itu yang mengambil kehormatanku dan satu-satunya pria yang pernah menyentuhku. Jika benar saat ini aku sedang hamil, maka anak yang aku kandung adalah benar anak Jackson."Kini ganti mata Ariana yang berkabut, dia mengusap wajahnya. tampak tertekan. "Efektifitas obat pence
Jackson menatap Ariana dengan wajah pucat. Pandangannya kosong seolah otaknya berusaha keras mencerna kalimat yang baru saja keluar dari mulut perempuan di hadapannya."Elena... hamil?"Nafas Jackson tersengal, dan cangkir kristal yang sedari tadi digenggamnya jatuh ke lantai, pecah berhamburan. Suara pecahan itu seperti meretakkan ketenangan semu yang sempat ia pertahankan selama ini.Ariana menatapnya penuh kemarahan. Matanya sembab, bukan karena takut, tetapi karena marah dan kecewa. “Jangan berpura-pura tidak tahu! Elena hamil, Jackson. Dan kamu satu-satunya pria yang pernah dekat dengannya selama ini!”Jackson menggeleng, mulutnya terbuka, tapi tak satu pun kata keluar. Tenggorokannya tercekat. Wajahnya pucat, seperti seseorang yang melihat bayang-bayang dosanya bangkit dari kubur."Ariana..." gumamnya, akhirnya berhasil bersuara. "Aku... aku benar-benar tidak tahu...""Apa kau ingin bilang itu bukan anakmu?" potong Ariana dengan nada getir. “Setelah kau tidur dengannya, kau perg
"Keadaan Nona Elena masih dalam batas aman tetapi jangan disepelekan. Dia butuh banyak istirahat dan juga banyak cairan karena tubuhnya kurang minum dan mengalami dehidrasi.“Jauhkan juga Nona Elena dari hal yang membuatnya terkejut atau tertekan, dia mengalami stress dengan tekanan darah yang cukup tinggi," ucap Dokter sebelum mengakhir perkataannya."Baik Dok, aku akan merawatnya dengan baik dan memastikan Elena meminum obat yang kamu berikan."Dokter itu kemudian memberikan obat untuk beberapa hari ke depan dan menulis resep untuk rawat jalan. "Karena Nona Elena sedang hamil, maka aku akan memberikan obat yang aman untuk ibu hamil."Deg...Tubuh Ariana seketika menegang dan mematung saat menerima obat dari dokter tersebut mengetahui jika Elena sedang hamil."Hamil...? ma-maksud Dokter? Elena saat ini sedang hamil?" gumamnya lirih yang masih bisa di dengar oleh dokter itu.Dia tampak syok bukan karena berita yang dia dengar tetapi nasib Elena selanjutnya akan seperti apa."Apakah ka
Belum sempat Elena mengatakan sesuatu, pandangan wania itu tiba-tiba menggelap. Tubuhnya terasa sangat ringan dan bruuuukkk.. wanita itu jatuh dari tempatnya berdiri.Beruntung sebelum tubuhnya jatuh ke lantai, David sudah menangkap dan menyangganya."Ada apa dengan Elena?" tanya Ariana tampak khawatir."Tadi dia sedang sakit, papanya menjualkan untuk dijadikan pemuas hasrat pria kaya. Aku menolongnya melarikan diri dari sindikat yang menjualnya hingga tidak sempat membawanya rumah sakit," terang David."Bawa dia ke kamar tamu, aku akan memanggil dokter," ujar Ariana kepada suaminya.Baru saja David ingin menggendong Elena, sepasang tangan kekar menghentikannya. "Biar aku yang membawanya. Kamu sudah beristri, tak pantas menyentuh wanita lain."David menoleh dan menatap Jackson dengan penuh tanda tanya. Kenapa pria itu berkata demikian?Siapa pun di ruangan itu tahu, dia tidak ada niatan apapun apalagi mengambil kesempatan saat menolong Elena.Dengan cepat Jackson mengambil Elena dari







