MasukSetelah puas berendam, Elena membersihkan tubuhnya dan kembali memakai pakaian murahan yang dia miliki karena hanya itu yang dia punya setelah satu bajunya dibuang oleh Jackson ke tempat sampah.
Sambil membawa kartu yang Jackson berikan kepadanya, dia pun keluar dari kamar hotel. Kejadian semalam pun terulang kembali, sepanjang perjalanannya dari depan kamar ke luar hotel, semua orang menatap dirinya dengan tatapan merendahkan, terutama setiap wanita yang berpapasan dengannya. Elena tahu apa yang mereka pikirkan tentang dirinya. Dia sadar jika dirinya hanyalah wanita jalang di depan mata para tamu hotel tersebut. Dengan menundukkan wajahnya karena malu, Elena segera berlari keluar dari hotel. Dia akhirnya bisa bernafas lega setelah menjauh dari hotel. Mengingat pesan Jackson yang menyuruhnya pergi untuk membeli baju yang mahal dan berkelas, Elena mendatangi sebuah toko mewah kelas atas untuk mencari baju yang sesuai dengan selera Jackson. Ketika masuk ke dalamnya, tatapan merendahkan kembali dia terima dari karyawan toko tersebut. Hal itu cukup membuat Elena gugup dan salah tingkah. Ingin rasanya segera pergi dari toko tersebut, namun dia khawatir Jackson akan marah jika melihatnya masih memakai pakaian murahan. Dia pun kemudian memberanikan diri untuk bertanya ke salah satu karyawan di sana. Karyawan itu terlihat seperti sudah senior dengan dandanan super rapi, sarung tangan putih di tangannya dan berdiri tegak seperti seorang bangsawan. Rahangnya kokoh dengan tatapan dingin, mencurigai gerak-gerik Elena yang kebingunan. Elena mendekati wanita itu untuk meminta bantuannya. "Apakah kamu bisa membantuku mencari pakaian yang cocok untukku?" "Pakaian seperti apa yang kamu inginkan?" tanya karyawan toko itu dengan nada dingin dan tidak bersahabat, dia ragu jika Elena bisa membayar baju yang akan dibelinya. "A-aku tidak tahu karena itulah aku meminta bantuanmu untuk mencarikannya untukku. Yang pasti sesuatu yang cocok untuk bisa aku pakai, jawab Elena dengan jujur. "Semua baju di sini hanya untuk kalangan atas, bukan untuk wanita murahan sepertimu. Aku rasa tidak ada pakaian yang cocok untukmu di sini. “Pergilah ke toko di pinggir jalan di ujung sana, aku rasa di sana banyak pakaian yang cocok untukmu," ucap karyawan tersebut sangat merendahkan Elena. Tersinggung dengan perkataan tersebut, Elena segera keluar dari butik mewah kelas atas itu dan berlari menuju hotel. Dia tidak peduli lagi dengan tatapan orang yang merendahkannya. Yang dia inginkan saat ini hanyalah masuk ke kamar dan menyembunyikan dirinya di sana agar orang tidak bisa melihat dan merendahkannya lagi. Sampai di kamar, Elena melemparkan tubuhnya ke atas ranjang dan menangis terisak di sana. Jackson mengakhir semua urusannya hari ini dengan lancar. Dia sudah tidak sabar untuk meninggalkan kota ini dan memulai kehidupan yang baru. Bahkan dia sudah memindahkan semua urusan bisnisnya ke kota barunya. Sudah saatnya dia berdiri di kakinya sendiri tanpa bayang-bayang nama Collins. Di sela pekerjaannya, Jackson merasa penasaran dengan apa yang Elena kerjakan seharian ini. Apakah dia sudah mendapatkan pakaian yang lebih pantas agar wanita itu tidak direndahkan? Tanpa Jackson sadari, ada kemarahan dalam dirinya ketika orang merendahkan Elena hanya karena pakaian yang Elena pakai tanpa tahu apa yang telah terjadi pada wanita itu. Mereka merasa lebih terhormat dan lebih baik dari Elena, padahal Jackson yakin banyak dari mereka yang lebih murahan dibanding Elena. Rasa penasarannya pada Elena membuat Jackson ingin segera kembali ke hotel. Lamunannya buyar ketika sekretarisnya masuk ke ruangannya dan menginformasikan pertemuannya selanjutnya. "Pertemuan Anda akan dimulai lima menit lagi, Tuan." "Batalkan semuanya. Aku ada urusan yang lebih penting," ujar Jackson yang kemudian beranjak dari tempat duduknya dan pergi meninggalkan kantor menuju hotel di mana Elena berada. Saat membuka pintu kamar, rahang Jackson seketika mengeras melihat Elena masih memakai pakaian murahan dan bermalas-malasan di atas ranjang dengan tidur tertelungkup. "Apa yang kamu lakukan? Bukankah sudah aku bilang untuk membeli pakaian yang pantas? Kenapa kamu masih memakai pakaian murahanmu?" geram Jackson dengan nada tinggi. Elena yang terkejut dengan kedatangan Jackson, seketika terduduk dan menghapus air matanya, membuat Jackson tertegun ketika melihat air mata itu. "Kenapa kamu menangis?" tanya Jackson. "A-aku sudah pergi ke toko pakaian kelas atas yang kamu minta, tetapi mereka tidak mau melayaniku, bahkan merendahkanku," jawab Elena di sela isak tangisnya. Dia terkejut saat Jackson tiba-tiba menarik tangannya dengan kasar. "Ikut aku!" geram pria itu. "Ki-kita mau ke mana?" Elena semakin gugup karena tahu Jackson sedang marah. "Memberi pelajaran pada orang yang merendahkanmu."Elena sedang memasukkan mantel yang sebelumnya dia pakai ke dalam tas ketika pintu kamarnya terbuka.Mengira jika Ariana yang masuk, Elena bertanya tanpa melihat siapa yang datang."Apakah David sudah selesai bicara dengan papanya? Apakah kita sudah mau pergi? Tunggu sebentar, Ariana! Ada beberapa barang yang masih harus aku siapkan," ujar Elena dengan tangan yang masih sibuk mencari barang-barangnya yang tercecer."Ini aku, aku bukan Ariana," suara bariton seorang pria mengagetkan Elena.Wanita itu langsung menghentikan kegiatannya dan menegakkan tubuhnya.Dia menoleh ke arah pintu dan menegang melihat Jackson berdiri beberapa meter di depannya. Nafasnya seketika tercekat dengan jantung berdetak kencang.Harusnya saat ini dia membenci Jackson dan berharap pria itu menjauh darinya, namun apa yang dia rasakan malah sebaliknya, matanya menatap pria itu penuh rindu dan keberadaan Jackson seperti magnet yang menariknya untuk mendekat.Beruntung kesadaran Elena masih berfungsi dengan baik
"Apakah kamu yakin akan keluar dan menemui keluarga Collins sekarang?" tanya Ariana yang masih khawatir dengan kesehatan Elena."Ya, aku yakin. Aku sudah baikan dan ingin segera keluar dari rumah ini,” tegas Elena."Kamu mau pergi ke mana setelah dari sini?" Ariana semakin mengkhawatirkan Elena dan kehamilan wanita itu."Aku belum tahu, tetapi aku ingin menjauh dari keluarga Collins dan mencari pekerjaan. Aku ingin mengakhiri hubunganku dengan Jackson.”"Kalau begitu, tinggallah bersamaku," ajak Ariana yang tidak mungkin membiarkan saudaranya itu berkeliaran sendiri tanpa tempat tinggal dan pekerjaan.Elena langsung menggeleng dan menolak ajakan Ariana. "Aku tidak ingin tinggal bersama kalian dan menjadi beban di dalam keluarga kalian. Lagi pula rasanya akan tidak nyaman jika aku serumah dengan suamimu."Ariana terdiam dan mengakui apa yang Elena katakan memang benar. "Aku tidak mungkin membiarkan kamu tinggal sendiri, apalagi dalam keadaan hamil. Aku akan bicara pada David untuk bisa
"Aku tidak mungkin hamil," gumam Elena dengan tatapan sendu"Apa maksudmu tidak mungkin hamil?" tanya Ariana memastikan apa yang saudaranya itu katakan."Selama kami berhubungan, aku selalu meminum obat pencegah kehamilan dan aku tidak pernah melupakannya. Bagaimana ini bisa terjadi?" Elena tampak syok dan putus asa."Maaf jika aku menanyakan sesuatu yang mungkin menyinggungmu. Apakah anak yang kamu kandung adalah benar anak Jackson? Apakah janin dalam kandunganmu adalah keturunan Collins?"Pertanyaan itu membuat Elena menatap tajam ke arah Ariana, lalu tak lama setelahnya mata itu berkabut dan berkaca-kaca, setetes air mata jatuh membasahi pipinya. "Aku tidak pernah berhubungan dengan siapapun selain Jackson. Pria itu yang mengambil kehormatanku dan satu-satunya pria yang pernah menyentuhku. Jika benar saat ini aku sedang hamil, maka anak yang aku kandung adalah benar anak Jackson."Kini ganti mata Ariana yang berkabut, dia mengusap wajahnya. tampak tertekan. "Efektifitas obat pence
Jackson menatap Ariana dengan wajah pucat. Pandangannya kosong seolah otaknya berusaha keras mencerna kalimat yang baru saja keluar dari mulut perempuan di hadapannya."Elena... hamil?"Nafas Jackson tersengal, dan cangkir kristal yang sedari tadi digenggamnya jatuh ke lantai, pecah berhamburan. Suara pecahan itu seperti meretakkan ketenangan semu yang sempat ia pertahankan selama ini.Ariana menatapnya penuh kemarahan. Matanya sembab, bukan karena takut, tetapi karena marah dan kecewa. “Jangan berpura-pura tidak tahu! Elena hamil, Jackson. Dan kamu satu-satunya pria yang pernah dekat dengannya selama ini!”Jackson menggeleng, mulutnya terbuka, tapi tak satu pun kata keluar. Tenggorokannya tercekat. Wajahnya pucat, seperti seseorang yang melihat bayang-bayang dosanya bangkit dari kubur."Ariana..." gumamnya, akhirnya berhasil bersuara. "Aku... aku benar-benar tidak tahu...""Apa kau ingin bilang itu bukan anakmu?" potong Ariana dengan nada getir. “Setelah kau tidur dengannya, kau perg
"Keadaan Nona Elena masih dalam batas aman tetapi jangan disepelekan. Dia butuh banyak istirahat dan juga banyak cairan karena tubuhnya kurang minum dan mengalami dehidrasi.“Jauhkan juga Nona Elena dari hal yang membuatnya terkejut atau tertekan, dia mengalami stress dengan tekanan darah yang cukup tinggi," ucap Dokter sebelum mengakhir perkataannya."Baik Dok, aku akan merawatnya dengan baik dan memastikan Elena meminum obat yang kamu berikan."Dokter itu kemudian memberikan obat untuk beberapa hari ke depan dan menulis resep untuk rawat jalan. "Karena Nona Elena sedang hamil, maka aku akan memberikan obat yang aman untuk ibu hamil."Deg...Tubuh Ariana seketika menegang dan mematung saat menerima obat dari dokter tersebut mengetahui jika Elena sedang hamil."Hamil...? ma-maksud Dokter? Elena saat ini sedang hamil?" gumamnya lirih yang masih bisa di dengar oleh dokter itu.Dia tampak syok bukan karena berita yang dia dengar tetapi nasib Elena selanjutnya akan seperti apa."Apakah ka
Belum sempat Elena mengatakan sesuatu, pandangan wania itu tiba-tiba menggelap. Tubuhnya terasa sangat ringan dan bruuuukkk.. wanita itu jatuh dari tempatnya berdiri.Beruntung sebelum tubuhnya jatuh ke lantai, David sudah menangkap dan menyangganya."Ada apa dengan Elena?" tanya Ariana tampak khawatir."Tadi dia sedang sakit, papanya menjualkan untuk dijadikan pemuas hasrat pria kaya. Aku menolongnya melarikan diri dari sindikat yang menjualnya hingga tidak sempat membawanya rumah sakit," terang David."Bawa dia ke kamar tamu, aku akan memanggil dokter," ujar Ariana kepada suaminya.Baru saja David ingin menggendong Elena, sepasang tangan kekar menghentikannya. "Biar aku yang membawanya. Kamu sudah beristri, tak pantas menyentuh wanita lain."David menoleh dan menatap Jackson dengan penuh tanda tanya. Kenapa pria itu berkata demikian?Siapa pun di ruangan itu tahu, dia tidak ada niatan apapun apalagi mengambil kesempatan saat menolong Elena.Dengan cepat Jackson mengambil Elena dari







