Share

Kamu Kekasihku Diki

“Ayo kita berangkat,” ajak Gilang.

Mereka bertiga masuk ke dalam mobil, dan mulai menjankan mesin mobilnya melewati jalanan yang sudah di pelur.

Jalanan khusus untuk kendaraan, agar tidak licin. Tapi sebelumnya mereka melewati jalanan biasa yang di lewati oleh para warga Desa. Mobil harus hati-hati, karena jika ban terselip, mobil akan terguling masuk ke parit sawah.

Mereka bertiga, perlahan mendaki ke arah air terjun di Desa Lembah. Sesampainya di sana, mereka terpesona oleh keindahan pemandangan yang ada di depan mata. Air terjun mengalir deras, menciptakan alunan yang hampir seperti musik alam. Cahaya matahari yang jatuh di antara pepohonan menciptakan permainan bayangan dan cahaya yang menakjubkan.

Dengan semangat, mereka melepas sepatu dan merasakan air segar dari air terjun yang mengalir di antara jari-jari mereka. Menghilangkan sejenak pekerjaan yang menjadi rutinitas mereka. Di bawah kucuran air terjun kecil menyentuh tubuh Daffin dan Gilang.

Arina tak bisa berhenti menatap Daffin. Dia melihatnya dengan senyum hangat, menyaksikan ekspresi Daffin yang begitu bebas di bawah air terjun. Hati Arina seakan berbicara padanya.

Seandainya kamu tahu, Fin, sudah lama aku suka sama kamu, batin Arina.

Senyum Arina semakin lebar ketika melihat Daffin tertawa lepas.

"Fin, gadis tak waras yang mentampar lu, bukan gadis biasa. Dia gadis yang cerdas lulusan S1 sastra inggris." Gilang mulai memberitahu gadis tak waras yang Daffin bertemu sebelumnya.

"Masa sih?" tanya Daffin tidak percaya dengan perkataan Gilang, karena dari mana Gilang tahu di Amerika ia selalu bersama-sama membangun sebuah perusahaan di sana dari nol.

Daffin mempunyai usaha tersembunyi, di balik dokter-z sebagai julukannya, ia juga bertangan emas untuk membangun perusahaan dari nol sampai sukses.

"Bahkan ia dapat bea siswa untuk kuliah, sayang cerita cintanya tidak sukses dengan pendidikannya. Ditinggal nikah sebelum akad, yang parah perempuan yang menikah dengan calon suami Lili adalah sepupunya. Bagaimana dia nggak stress," tambah Gilang menceritakan semua ceritanya.

Agar Daffin percaya, Gilang mengatakan bahwa kedua orang tuanya pindah baru satu tahun ini ke kota, jadi ia tahu mengenai Lili dari mereka. Daffin menganggukkan kepalanya.

Tak pernah menyangka bahwa Lili merupakan sarjana. Daffin ingat, sebelumnya gadis tak waras itu mengucapkan kalimat dalam bahasa inggris. Kini Daffin baru paham.

Ternyata bukan gadis tak waras biasa, batin Daffin.

Hari mulai merambat senja. Mereka harus segera kembali ke rumah Gilang, tempat mereka menginap selama berlibur di Desa Lembah. Setelah mengeringkan diri, mereka berjalan kembali melintasi jalan setapak menuju kendaraan terparkir. Gilang mengendarai mobil dengan hati-hati

Mobil masuk ke pekarangan rumah, terparkir sempurna. Tapi ketika mereka baru turun, Daffin terkejut melihat seorang laki-laki yang duduk di depan rumah dengan wajah muram. Laki-laki itu adalah kakak dari gadis tak waras.

Dengan suara rendah, laki-laki itu berbicara kepada Daffin, "tolong, adikku. Dia terus histeris sejak aku bawa pulang," laki-laki yang sebelumnya memukul wajah Daffin sampai berbekas kini memohon.

Gilang tampak bingung apa yang ia lihat "Apa yang lu lakukan, Fin? Apa yang terjadi dengan Lili? Kenapa dia histeris?" Gilang melihat Daffin dengan ekspresi penuh tanda tanya, tidak percaya dengan apa yang sedang ia dengar.

"Tadi gue kan udah cerita sama lu, gue di tampar kiri, kanan, Bro. Lihat nih muka gue bekas cetakan tangan gadis tak waras," bisik Daffin dengan nada sangat kesal.

Arina berdiri di belakang, mencoba untuk mendengar pembicaraan Daffin dan Gilang.

“Lu tahu kan Lili itu gila? Nggak waras,” bisik Gilang.

Daffin menatap Gilang, ia menganggukkan kepalanya sebagai tanta dia sudah tahu dari Gilang sendiri yang menceritakan sebelumnya.

"Kan, lu yang cerita sama gue," bisik Daffin.

Tanpa di sangka, kakanya Lili berlutut memohon agar Daffin ikut bersamanya untuk menenagi adiknya yang histeris. Dengan perasaan yang berat, akhirnya Daffin mau ke rumah Lili, ditemani oleh kedua sahabatnya.

Sesampainya di depan rumah, Lili langsung berlari dan memeluk Daffin sangat erat. Arina yang melihat itu, mengepalkan tangannya. Dadanya bergemuruh ketika menatap langsung ada gadis yang memeluk laki-laki pujaan hatinya.

“Kamu jangan pergi lagi, aku mohon. Aku sayang banget sama kamu, aku mau melakukannya, jangan tinggalkan aku yah sayang.” Lili mengusap pipi Daffin lalu tersenyum kepadanya.

Lili sepertinya enggan untuk melepaskan dirinya untuk memeluk Daffin, ia terus memegang lengan Daffin dengan kuat seakan ia takut Daffin pergi lagi.

“Dek, dia bukan Diki,” ucap sang kakak.

“Kak, dia kekasihku, calon suamiku, aku mau menikah dengannya sekarang,” ucap Lili.

Kedua orang tua Lili akhirnya keluar, mereka berusaha untuk melepaskan tangan Lili dari lengan Daffin tapi semakin dipaksa, Lili semakin keras menggenggam tanggan Dafiin.

“Jangan pisahkan aku lagi.”

Lili meraih tubuh Daffin dan memeluknya dengan erat lalu menciumi wajahnya, membuat tubuh Daffin menegang. Ini adalah perlakuan yang begitu asing baginya, ia tidak pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya.

“Sayang kamu mau sentuh aku 'kan, ayo lakukan lah,” ucap Lili sambil terus mengecup wajah Daffin. Mata Daffin membulat mendengar kata-kata Lili, gadis yang kenyataanya tidak waras.

Bersambung...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status