Share

Gadis Gila

Desa itu tampak sepi, ia menengok ke arah kiri dan kanan tapi tak ada satu orang pun yang ia lihat. Daffin menatap wajah Lili, 'kotor', itu lah yang ada dalam pikirannya saat ini karena memang wajah Lili tampak sangat kotor. Daffin menatap wajah gadis tak waras itu.

“Aku ditampar dua kali oleh gadis tidak waras, tapi kenapa jantungku malah terasa berdetak dengan cepat ketika ia memelukku? Nggak benar ini Fin. Bibirnya juga masih terasa," gumam Daffin. Ia menyentuh pipi kanan dan kirinya sendiri dan menyentuh bibirnya, ia mencoba mengatasi perasaan yang kesal tapi ada rasa iba di dadanya. Kejadian tadi begitu kuat membekas di pikirannya.

“Apa yang sebenarnya terjadi? sampai kamu menangis?” ucap monolog Daffin.

Ia sangat penasaran, apa yang terjadi dengan gadis itu sebenarnya. Jika diperhatikan wajah gadis tak waras ini sangat cantik.

Tiba-tiba ada seorang laki-laki yang berlari mendekati Daffin. "Kamu apakan adikku?" Laki-laki itu langsung meninju wajah Daffin tanpa mendengar mendengar jawaban Daffin.

Laki-laki itu langsung mengambil tubuh gadis itu dari dekapan Daffin, ia langsung pergi dengan membawa tubuh gadis itu. Daffin berdiri, menatap tubuh laki-laki itu yang membawa gadis tak waras.

“Sebelumnya ditampar, setelahnya dibogem,” tutur Daffin kesal.

Daffin langsung berjalan untuk kembali ke rumah Gilang, sahabatnya. Selama perjalanan ia terus memegang pipinya. Teringat tamparan juga belaian gadis tak waras itu.

Tampak dari jauh, Gilang dan juga satu temannya bernama Arina sudah berdiri di depan rumah. Lebih tepatnya adalah Villa karena keluarga Gilang kini sudah pindah ke Jakarta dan rumahnya sering di sewakan sebagai penginapan.

"Daffin, kemana aja lu? Kirain gue, lu nyasar," ucap Gilang ketika ia baru memasuki pekarangan rumah.

"Iya lu Fin, nggak asik. Keluar sendirian aja nggak ngajak-ngajak. Lagi pula hari ini kita mau lihat air terjun kan?" tanya Arina.

Arina, menatap Daffin. Ia melihat wajah Daffin yang memerah. Arina langsung mendekati Daffin dan menyentuh wajahnya yang memar, sontak Daffin langsung menjauhkan wajahnya agar tidak di sentuh oleh Arina, membuat Arina sangat kecewa.

“Muka lu kenapa Fin? Kok memar gitu?” tanya Arina.

Daffin menatap Arina, ia tidak mau mengatakan bahwa ada seseorang yang memukulnya dan bertemu dengan gadis tak waras.

“Nggak apa-apa, tadi gua lari pagi. Seger banget di sini, gua nggak sengaja kepeleset, Kena batu wajah gua yang ganteng, jadi memar deh.” Daffin tersenyum.

“Semalam habis hujan, memang jalan akan licin. Salah lu sendiri, olah raga pakai sandal jepit,” ucap Gilang.

"Lang, gue pinjam baju lu dong." Daffin merangkul pundak Gilang. Ia sengaja mengajak Gilang ke kamarnya untuk bertanya sesuatu.

"Gilang, lu kok nggak bilang kalau di desa ini ada orang yang nggak waras." Daffin langsung protes dengan Gilang karena niatnya di sini berlibur bukan bertemu orang tak waras.

"Memang siapa yang lu maksud?" Gilang malah bingung dengan pertanyaan Daffin.

"Gila... pagi-pagi gua dapat tamparan dari gadis nggak waras. Parah lu nggak bilang sama gue," betapa kesal Daffin.

"Gadis gila?" Gilang tampak berpikir sejenak, ia mulai mengingat sesuatu.

"Mungkin yang lu maksud Lili, ini sih cerita dari saudara gue tapi nggak tahu kebenarannya."

Daffin langsung menoleh ke arah Gilang. Rasa kesal menyelimuti Daffin saat ini. Di Amerika, Daffin merupakan dokter muda yang mempunyai teknik dalam menyembuhkan para pasiennya. Mereka menjadi tak waras karena sebab yang berbeda-beda. Ia menggunakan cara penyembuhan dengan penyebab dari pasien itu sendiri. Makanya ia dijuluki sebagai dokter-z yang terkenal akan metodenya yang unik.

"Tuh kan, lu memang menjebak gue kan biar nggak libur. Kampret banget lu, gue mau liburan nggak mau kerja," kesal Daffin.

"Yah itu sih derita lu dapat dua kali tamparan. Lumayan buat kenang-kenangan kalau lu balik lagi ke Amerika," ucap Gilang.

"Gue pulang ke Indonesia justru buat bantu ayah gue urus rumah sakit jiwanya yang ada di kota," ucap Daffin.

"Sudah ah, Alina dari tadi ajak ke air terjun terus. Tuh baju ada di lemari, lu pilih aja sendiri." Gilang keluar dari kamar.

Daffin terus saja bicara sendiri dari dalam hatinya, ia berdiri di cermin dan melihat wajahnya.

"Gila merah pipi gue..."

Bersambung

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status