Beranda / Romansa / Gadis Tanpa Ingatan / 12. Raina mulai mengingat

Share

12. Raina mulai mengingat

Penulis: Alvarezmom
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-22 08:03:43

Sore itu, langit kota mulai memudar ke jingga, tapi hati Raina justru menghitam. Undangan pesta di tangannya mengilap keemasan, disablon tinta timbul dan ditutup segel lilin merah berlogo Gunawan Corporation. Sekilas terlihat mewah dan megah, namun bagi Raina, itu tak ubahnya surat perintah masuk ke medan perang.

Ia menatap segel itu, lalu membukanya perlahan. Di dalamnya, selembar kartu undangan yang berbunyi:

"Keluarga Gunawan mengundang Anda untuk menghadiri perayaan ulang tahun Nadine Gunawan ke-25.

Acara akan dilangsungkan di Gunawan Estate, hari Sabtu, pukul 19.00 WIB.

Dress code: Formal.

Kehadiran Anda akan sangat kami hormati."

Raina menyandarkan punggung ke kursi. "Formal, ya," gumamnya. Seolah pesta itu hanya tentang gaun malam dan gelas sampanye, bukan tentang pengkhianatan dan darah yang belum dibayar lunas. Atau masa lalu yang belum sepenuhnya ia mengerti.

Dari dapur, Elvano memperhatikannya. Ia tak lagi bertanya ke mana
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Gadis Tanpa Ingatan   59.

    Malam itu, Raina tidak bisa tidur. Meskipun hujan telah reda di luar, pikirannya tetap diselimuti badai. Di sudut kamar, kotak musik perak tergeletak, bersinar redup di bawah lampu meja. Ia membukanya perlahan, membiarkan melodi Langkah Kecil mengalun lembut, seperti pengingat bahwa ibunya selalu bersamanya, meski kini hanya melalui kenangan dan petunjuk yang ditinggalkannya.Elvano duduk di kursi dekat jendela, matanya awas menatap jalan di luar. Suasana villa tua itu sunyi, hanya suara jam dinding yang berdetak pelan dan suara hujan semalam yang menetes dari atap. Ia menghela napas panjang, menatap Raina. “Kau tidak boleh membiarkan rasa takut menguasaimu. Besok pagi, semua akan berubah.”Raina menatapnya, tangan masih memegang kotak musik itu. “Aku… aku takut, Elvano. Kalau Nadine berhasil menipu dewan… kalau semua orang percaya dia adalah pewaris yang sah… aku… aku akan kehilangan segalanya.”Elvano berdiri, berjalan mendekatinya. Ia menunduk, menatap mata Raina dengan serius. “Ka

  • Gadis Tanpa Ingatan   58.

    Mobil yang dikendarai Elvano melaju kencang menembus malam yang basah. Wiper bekerja keras menghapus air hujan di kaca depan, sementara kilatan petir sesekali menyambar langit, menerangi wajah Raina yang menatap keluar jendela dengan mata nanar. Kotak musik itu masih berada di pangkuannya, digenggam seolah nyawanya sendiri bergantung padanya.“Elvano… kalau sesuatu terjadi padaku,” katanya pelan di sela suara hujan, “pastikan bukti ini sampai ke dewan. Pastikan semua orang tahu kebenarannya.”Elvano menoleh sekilas, rahangnya mengeras. “Jangan bicara seolah kau menyerah. Aku tidak akan membiarkan siapa pun menyentuhmu.”Mobil berbelok tajam ke jalan kecil di sisi kota, menuju rumah aman milik Elvano—sebuah vila tua yang jarang dipakai, tersembunyi di antara pepohonan pinus. Tempat itu dingin, namun jauh dari jangkauan mata dan telinga orang-orang Nadine.Begitu mereka tiba, Elvano segera menutup gerbang dan mengaktifkan sistem keamanan. Raina turun dari mobil dengan langkah gemetar. P

  • Gadis Tanpa Ingatan   57.

    Langit malam meneteskan hujan tipis ketika Raina dan Elvano melangkah cepat menuju rumah sakit. Jalanan lengang, hanya suara langkah mereka yang terdengar beriringan dengan ritme hujan. Bayangan lampu jalan memantul di genangan air, menciptakan pantulan samar dua sosok yang berjalan tanpa henti—menyelinap dalam gelap, dengan satu tujuan: kebenaran.Raina memeluk jaket tipisnya erat-erat. Udara malam begitu dingin, namun yang membuatnya menggigil bukanlah cuaca, melainkan ketegangan yang mencengkeram dadanya. Ia masih memegang kotak musik itu, benda kecil yang kini terasa lebih berharga dari apa pun. Di dalamnya tersimpan pesan terakhir sang ibu, petunjuk menuju rahasia besar yang hampir ditelan waktu.Elvano berjalan sedikit di depan, matanya awas mengamati setiap sisi jalan. Ia tahu mereka tidak hanya menghadapi kebohongan, tetapi juga orang-orang yang tak segan melakukan apa pun untuk menutupinya.“Pintu utama dijaga,” ucap Elvano pelan sambil memandangi bangunan rumah sakit yang ta

  • Gadis Tanpa Ingatan   56.

    Hujan turun perlahan di luar rumah sakit sore itu. Butiran air membasahi kaca jendela, memantulkan cahaya lampu yang berpendar lembut di koridor. Raina duduk di ruang tunggu, tangan gemetar di pangkuan, sementara matanya terpaku pada pintu laboratorium yang tertutup rapat. Di dalam sanalah nasibnya sedang ditentukan.Waktu berjalan seolah lambat. Setiap detik terdengar seperti detakan jantung yang menegangkan. Elvano berdiri tak jauh darinya, kedua tangan dimasukkan ke saku celana, namun sorot matanya terus mengamati setiap pergerakan di sekitar. Ia bukan hanya menunggu hasil—ia berjaga, seperti seekor serigala yang tahu bahaya sedang mengintai.Raina menatapnya sesekali. Ada sesuatu pada sosok Elvano yang selalu menenangkannya, meski kata-kata lelaki itu sedikit dan sikapnya kaku. Tapi kali ini, bahkan Elvano pun terlihat gelisah.“Berapa lama lagi, ya?” Raina berbisik pelan.Elvano menatap jam tangannya. “Mereka bilang satu jam. Tapi sudah hampir dua.”Suasana di ruang tunggu kian m

  • Gadis Tanpa Ingatan   55.

    Pagi itu, rumah besar Wijaya Gunawan dibangunkan bukan oleh suara burung, melainkan ketukan keras di pintu-pintu kayu yang menggema. Para pelayan berlarian, pengawal bergantian berpatroli di koridor, dan udara dipenuhi bisikan cemas. Uji DNA dijadwalkan siang ini—dan semua orang tahu, hasilnya bisa mengubah sejarah keluarga.Raina berdiri di balkon kamarnya, tubuhnya diselimuti selendang tipis. Dari ketinggian itu, ia melihat halaman rumah besar sudah dijaga ketat. Beberapa mobil hitam berjejer di depan, dengan orang-orang bersetelan rapi keluar-masuk. Semua terasa seperti sebuah panggung besar yang menunggu tirai dibuka.Namun di balik itu, hatinya gelisah. Ia masih mengingat bayangan hitam semalam, suara ranting patah, dan tatapan Elvano yang penuh kewaspadaan. Nadine jelas semakin berbahaya.Pintu kamar diketuk pelan. Elvano masuk dengan ekspresi dingin yang selalu sama, meski sorot matanya lebih tajam dari biasanya. “Aku sudah mengatur segalanya. Dua mobil akan membawa kita ke rum

  • Gadis Tanpa Ingatan   54.

    Lorong rumah besar Wijaya Gunawan masih dipenuhi langkah kaki para tamu yang baru saja keluar dari ruang sidang. Udara tegang belum sepenuhnya reda, seolah bayangan pertengkaran tadi masih menempel di setiap dinding. Di balik itu semua, Nadine berjalan cepat, tumit sepatunya beradu dengan lantai marmer, meninggalkan jejak suara yang tajam.Wajahnya pucat, bibirnya menggigit keras hingga hampir berdarah. Ia tidak menyangka Elvano akan menantang dirinya dengan uji DNA. Itu bukan rencana yang pernah ia persiapkan. Ia tahu, jika sampai tes itu dilakukan, semua kebohongan akan runtuh seperti pasir diterpa badai.Ia masuk ke ruang pribadinya, membanting pintu hingga bergetar. Tangannya gemetar ketika ia menyalakan lampu meja, lalu menatap pantulan dirinya di cermin. Gaun merah menyala yang tadi membuatnya percaya diri kini justru tampak seperti noda darah yang menempel di tubuhnya.“Tidak… ini tidak boleh terjadi,” gumamnya. “Aku sudah sejauh ini. Aku tidak akan kalah hanya karena satu tes

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status