Share

Gadis yang Tertawan bab 9

Eeden menelisik penampilan wanita yang ada di hadapannya. Dari kepala hingga kaki, tanpa melepaskan cengkraman dari rambut Senja, wanita berpempilan anggun itu sangat kontras dengan wanita lainnya, ia berjalan mendekat dan mencoba mengalihkan perhatian.

"Mijn naam is Sundari, Meneer. Ik ben een zanger dan saya diundang langsung oleh Kolonel Damyon Van Devivere," jelas Sundari.

"Benarkah hanya penyanyi? Atau kau juga seorang gundik papan atas milik kolonel Devivere?" Eeden berkata seraya menyeringai, melontarkan kalimat ejekan.

Sundari masih memasang wajah tenang. Bukan sekali dua kali ia menerima penghinaan seperti itu, apa yang dikatakan Eeden tidak sepenuhnya benar. Tetapi, tidak sepenuhnya salah.

Bukan tanpa alasan Sundari melakukan semua ini. Ada alasannya yang tidak bisa ia ungkapkan. Saat tadi ia melihat Senja yang melawan tanpa rasa takut para tentara, Sundari seperti melihat sosok adik perempuannya—Mentari, yang telah hilang sepuluh tahun silam.

Sundari mendekatkan bibirnya ketelinga Van Eeden. "Aku bisa menjadi gundik siapa saja, daripada bermain-main dengan gadis kecil itu. Bagaimana kalau, Tuan. Melakukan sedikit permaninan denganku." Sundari menghembuskan nafasnya yang hangat ke leher Eeden dan menggapai tangan kasar lelaki itu di rambut Senja.

"Bagaimana, Meneer?"

Graaf Van Eeden tentu saja tidak menolak tawaran dari Sundari. Tubuh sintal dengan buah dada yang mencuat, memperlihatkan belahannya membuat mata Graaf menjadi gelap dan bernafsu.

"Hoe kan ik de uitnodiging van. Mevrouw, weigeren?" ucap Eeden dengan tatapan lapar, tidak bisa menolak tawaran Sundari.

"Wacht, Meneer. Wilt u deze twee meisjes laten gaan?" pinta Sundari agar melepaskan kedua gadis yang telah berselisih dengan Eeden.

"Ik ben vrijgevig, satu gadis akan ik lepaskan. Tetapi tidak dengan gadis yang sudah membangkang ini!"

Tubuh Senja diseret paksa untuk mengikuti langkah kaki Eeden yang lebar. "Ikuti aku!"

Sundari menghela nafasnya dan mengikuti mereka kesebuah kamar yang berada di deck atas. Van Eeden mengeluarkan tali dan mengikat tubuh Senja pada tiang yang ada di dalam kamar itu.

Eeden mencengkram rahang Senja dengan tekanan yang kuat. "Kamu harus belajar bagaimana cara meminta maaf setelah membuat kesalahan, Perhatikan kami! Agar nanti kamu bisa melayaniku dengan baik!"

Eeden menarik pinggang Sundari. Ia merapatkan dada dan perut Sundari sehingga menempel di tubuhnya. Senja memejamkan matanya saat Sundari dan Eeden mulai saling cumbu dan melepas satu persatu pakaian mereka hingga polos. Suara mengecap yang keluar dari mulut mereka, membuat rambut-rambut halus Senja meremang.

Eeden membaringkan Sundari di atas ranjang yang tidak terlalu besar, lelaki itu mengambil posisi di atas tubuh Sundari. Kala ia hendak memasukkan miliknya, Eeden menatap Senja dan melemparkan gelas yang mengenai pelipis Senja.

"Kau tuli! Aku bilang perhatikan kami, kalau kau masih terpejam. Akan kucongkel keluar bola matamu!"

Senja membuka matanya dengan pandangan jijik, permainan Sundari dan Van Eeden menghasilkan suara lenguhann yang khas. Untung saja Eeden terbuai dengan pesona Sundari, sehingga Senja bisa mengalihkan matanya ke arah lain.

Ditengah permainan panas mereka, dari luar seseorang mengetuk pintu, membuat Eeden kesal dan mengumpat.

"Verdomme!" Eeden memakai kain putih untuk menutupi tubuhnya yang polos dan berjalan membukakan pintu. "Kapten, Xander. Kau selalu menggangu kepuasaanku!" cibir Eeden

Lelaki yang dipanggil Eeden dengan nama Xander itu menatap seniornya tanpa rasa hormat. "Apa kamu membawa dua gadis ke dalam kamarmu, Kapten Eeden?"

"Cih, apa urusannya denganmu? Ingat Xander kau adalah juniorku! Tunjukan rasa hormatmu!"

Xander hanya tersenyum tipis. "Aku sedang malas mencari keributan, sekarang serahkan wanita yang paling muda kepadaku!"

"Ahh ... apa aku tidak salah dengar? Maximilian Xander Van Dijck menginginkan wanita rendahan? kamu sekarang menginginkan gadis pribumi?" ejek Eeden.

Xander mengeluarkan pistol yang terselip di sabuknya dan mengarahkan ke kemaluann Eeden. "Kau mau merasakan timah panas ini bersarang di tubuhmu, atau kau sudah bosan dan ingin menjadi budak keluargaku, Eeden?" ancam Xander dengan mimik wajah datarnya.

Keberanian Graaf Van Eeden seketika menciut. Ia tahu kalau Xander bukan tentara biasa, Xander menyandang nama Dijck yang ia tahu bahwa nama itu memiliki pengaruh di kota asalnya. Kekayaan dan kekuasaan yang dimiliki keluarga Van Dijck mampu membalikan posisi Kapten yang sedang dijabat Eeden menjadi budak dalam waktu singkat.

Eeden juga tahu kalau terjunnya Xander menjadi tentara yang dikirim ke Hindia-Belanda adalah sebuah hukuman karena selalu membangkang, meskipun sekarang status Xander hanya anak buangan, tidak menutup kemungkinan kalau suatu saat Xander akan kembali ke keluarganya. Melihat Xander yang sangat ahli dalam bidang apapun, dan memiliki otak yang cerdas serta keberanian yang kuat.

Eeden membuang nafasnya kasar dan memberi jalan untuk Xander. "Masuklah, apa gadis itu yang kau maksud?"

Xander mengitari kamar Eeden dan mendapati satu sosok gadis yang sejak dari Batavia sampai berlayar ia perhatikan gerak-geriknya, sekarang gadis itu terlihat lebih kacau dan terikat pada tiang.

"Apa kau yang bernama Senja?" bisik Xander di telinga Senja.

Senja yang merasa terancam dan takut kalau dirinya akan diperlakukan sama dengan Sundari, menatap dingin pada Xander. "Kalau iya kau mau apa, Meneer. Ingin meniduriku? Jangan mimpi, kau bisa melakukannya setelah melangkahi mayatku!" ucapnya tegas.

"Kau gadis kecil yang sombong rupanya, aku tidak tertarik denganmu meski kau menawarkan tubuhmu itu padaku!"

Xander melepaskan ikatan tali di lengan Senja dan memandang Sundari yang diam saja di atas kasur. "Aku akan membawa gadis ini! Silahkan kau lanjutkan permainanmu dengan wanita itu."

Xander menarik lengan Senja keluar kamar. "Mau dibawa kemana aku?" tanya Senja dengan sikap waspada.

Xander terus membawa Senja ke kamarnya yang berada di ujung lorong deck atas. Senja terus melawan dan mengigit lengan lelaki yang tidak pernah ia kenal sekuat tenaga.

Kesabaran Xander sangat tipis, ia menodongkan moncong pistol tepat ke dahi Senja. "Ikuti aku, atau kau ingin aku meledakan kepala mu!"

Senja menatap nyalang pada Xander setelah mendapat ancaman. "Kau mau meledakkan kepalaku, Meneer. Kalau begitu lakukan saja, aku tidak takut!"

"Kalau aku berniat untuk meniadakanmu, aku tidak perlu repot-repot membayar mahal kebebasanmu. Nona, kau diberi kesempatan untuk hidup kedua, harusnya kau bersyukur. Kalau tahu kau akan menyia-nyiakan hidupmu seperti ini, tak perlu sejauh ini kau pergi. Cukup di Batavia atau Buitenzorg saja kau mati!"

"Apa maksudmu dengan membayar mahal kebebasanku?!" tanya Senja penuh selidik. Ia mendelik dan rahangnya mengeras.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status