Share

Gagal Move On!
Gagal Move On!
Author: donatlumer

Prolog

Author: donatlumer
last update Last Updated: 2023-02-17 21:02:44

Lagu All I Ask milik Adele seharusnya mengalun indah pagi ini. Tapi karena ini hari libur, dengan rasa malas yang menggunung Tara meraih ponselnya yang semalam ia simpan di meja kecil di ujung tempat tidur dengan mata setengah terpejam. Ia berdecak malas membaca nama si penelepon.

Raka Tasena is calling...

“Halo?”

“Gue di depan rumah lo.”

“Hah?” Mendadak telinganya terasa tuli.

“Cepetan keluar!"

Tara menyibak gorden kamar, di depan pagar rumahnya, Raka dengan kaos santai dan jins dongker selututnya sudah nangkring di atas motor dengan tatapan tertuju padanya. “Lo gila apa ya?!”

“Apaan, sih? Cepet keluar dah, lo!”

Perempuan itu mematikan sambungan telepon secara sepihak. Pagi-pagi buta sudah dibangunkan oleh mantan, apalagi yang kurang sial? Tara membuka pintu gerbang rumahnya, membiarkan Raka memasukan motornya ke carport, kemudian kembali duduk di atas jok motornya.

“Lo ngapain, sih?” tanya Tara yang kesal waktu tidurnya dipotong. Waktu baru menunjukan pukul delapan pagi. Iya, bukan lagi pagi buta. Tapi ini kan hari libur. Seharusnya Raka cukup tahu diri untuk tidak menganggunya.

“Tante Eva mana?” tanya Raka sambil melirik ke dalam rumah.

Tara menatapnya malas. “Gak ada. Mau ngapain?”

“Mau ambil songket titipan mami di rumah mbak Sarah.”

“Kayaknya gue bilang dianterin nanti, deh,” gumamnya.

“Suka-suka guelah. Gue maunya sekarang. Gitu aja repot lo.”

Dengkusan kasar keluar dari Tara. “Apa kata lo? Suka-suka lo? Sinting! Lo udah ganggu waktu tidur gue!”

Raka terkekeh melihat perempuan itu menggerutu, ia menyentuh dahi Tara.

“Stres lo, ya, pagi-pagi udah emosi.”

“Apaan, sih!” Tara menepis tangan Raka dengan kasar.

“Sensitif banget, deh.” Ia mengangkat bahu tak acuh. “Ya udah, ayo ambil songketnya.”

Tara menghela napas kasar. “Tunggu di sini, lima belas menit lagi gue keluar.”

“Ngapain?”

“Gue pikir lo cukup waras dengan bawa gue weekend gini pakai piyama,” dengkus Tara tak tertahan.

Tatapan lelaki itu akhirnya jatuh pada penampilan Tara yang masih mengenakan pakaian tidur bergambar donat berbagai varian rasa, belum lagi rambut sebahunya yang awut-awutan. Lucu. Kalau mereka masih pacaran, ia yakin Tara butuh waktu bermenit-menit lamanya untuk menemuinya pagi ini.

Sebelum Raka kembali bersuara, Tara lebih dulu berlari ke dalam rumah. Lima belas menit kemudian Tara keluar dengan penampilan berbeda. Piyama kebesarannya telah berganti dengan kaos putih oversize bertuliskan ‘i donut care’ di bagian dada, dipadukan dengan jins biru muda serta sneakers putih. Sembari berjalan ke carport, ia mengikat rambut sebahunya dengan asal.

“Ayo!” ajaknya.

Raka yang sedari tadi memerhatikannya, berkedip sesaat. “Tar.”

Tara berhenti berjalan. “Apalagi?”

“Gak ada bedanya belum mandi sama sekarang.”

“Sialan! Sini, lo!” katanya memberi ancang-ancang untuk memukul kepala lelaki itu. Ia langsung mengamuk meskipun 'tidak ada bedanya' yang dimaksud Raka itu tetap cantik atau tetap jelek.

Namanya juga Raka, tidak bisa jika tidak membuat Tara kesal. Sesampainya di rumah Sarah—designer baru kenalan keluarga Tara—pekerja di rumah itu mengatakan bahwa sang tuan rumah sedang ada seminar di Bandung selama dua hari dan akan kembali besok lusa.

Tara menghampiri Raka yang sibuk memainkan ponselnya. Dengan wajah tidak bersahabat, ia berseru, “Gue bilang juga dianterin nanti! Susah banget, sih, dibilanginnya.”

“Kenapa, sih? Songketnya mana?” tanya-nya melihat Tara kembali dengan tangan kosong. Ia kembali menyalakan mesin motornya.

“Orangnya lagi gak ada. Gue juga udah infoin kemarin kok. Baca chat, deh, kebiasaan!” omelnya sembari menaiki motor itu.

“Ya udah, sih, maaf.” Ia membuka ruang obrolan mereka, dan benar. Tara tidak pernah salah.

“Lain kali jangan ngeyel, deh!” sungutnya.

“Iya, iya. Bawel amat. Gue kan udah minta maaf.” Raka ikut sewot. Ia mulai melajukan motonya kembali.

Tara memilih tak menanggapi, ia melihat arah yang diambil lelaki itu. “Ini mau ke mana, sih? Arah rumah gue kelewat!”

“Puter balik.”

“Apa-apaan puter balik segala, lo kira rumah gue di mana?” cibirnya.

Raka meliriknya sekilas melalui spion, dengan iseng ia menambah kecepatan laju motornya, membuat Tara reflek menjerit takut.

“Gila lo, ya! Mati gak usah ngajak-ngajak gue.”

“Makanya pegangan dulu!”

“Dih!” Tara mendelik protes, tapi tak urung ia memegang kedua bahu Raka.

“Lo pikir gue tukang ojek? Di pingganglah!”

“Apaan, sih, najis lo!” Tara bergidik geli.

“Halah, najis-najis gini juga pernah lo panggil sayang. Inget gak, lo chat gue malem-malem, ‘sayang, kayaknya enak deh makan seblak malem-malem. Kata Karina, yang di perempatan deket sekolah seblaknya enak.’ Gue jabanin, Tar! Gak peduli tuh waktu itu lagi musim begal juga, mana ujan rintik-rintik lagi,” cerocos Raka.

“Gue gak bilang gitu, ya!”

“Sama ajalah intinya.”

“Bedalah! Itu namanya lo melebih-lebihkan!”

Raka berdecak. “Masih untung gue gak kenapa-kenapa. Masih bisa, nih, semotor sama lo sekarang,” gerutunya.

“Berisik. Gue gak open curhat.”

“Tai.”

“Ih, Raka! Kapan puter baliknya ini? Kenapa jalan terus? Gue mau pulang!”

“Penumpang diem aja, nggak usah banyak minta,” katanya. “Gue jual juga deh ke toko jam.”

“Dih, ngapain lo ngejual gue ke toko jam?”

“Biar lo ada kerjaan.”

“Garing.”

“Nggak ada ujan ngapain basah-basahan?”

“Ah, Raka, bisa nggak jangan main-main sama gue? Kapan lo putar baliknya, sih?! Gue nggak bego, ya!” kesal Tara.

“Ya udah.”

“Apaan?” Tara mencondongkan wajahnya ke depan karena suara Raka teredam oleh bisingnya kendaraan lain.

“Lo nggak mau main-main ‘kan? Mau yang serius aja?”

 [].

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Nurkhuzaeni Azis
Keren nih...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Gagal Move On!    Extra Chapter 2

    Raka Tasena : Tar :(Tara Givanka : Ya?Raka Tasena : Kangen sama lo.Tara Givanka : Gak usah lebay. Lo baru aja nganter gue pulang tiga hari lalu.Raka Tasena : Hhh.Tara Givanka : Ketawa?Raka Tasena : Menghela napas pasrah.[]Raka Tasena : Tar, Tar, masa tadi ada senior jurusan gue nanya sebenernya gue jomlo apa nggak.Tara Givanka : Hm, trs?Raka Tasena : Gue bilang jomlo, soalnya belom bisa ngajak balikan mantan gue.Tara Givanka : Azraka...Raka Tasena : Gue bener kan?[]Raka Tasena : Tar, i can't sleep :(Tara Givanka : Kenapa?Raka Tasena : Kepikiran sesuatu.Tara Givanka : Hal yang penting?Raka Tasena : Maybe.Raka Tasena : Gue cuma mikir random aja, sih.Tara Givanka : Di Melbourne udah tengah malam, Ka. Besok Lo harus masuk pagi.Raka Tasena : Mau video call.Tara Givanka : Boleh."Tar, i miss Indonesia.""Lagi ada yang nyebelin, ya?""Ya, gitu, deh. Males. Gue juga akhir-akhir ini begadang terus bikin maket. Udah kebiasaan gak tidur kali, ya?""Minum susu coba.""Mau pu

  • Gagal Move On!    Extra Chapter 1

    [Sambel Ijo]Raka Tasena : Mau ke nikahan Sesha sama siapa?Septi_an : Sama lo. AH Jaffar : ^2 Raka Tasena : Serius, nyet.Septi_an : Emang mau sama siapa sih lo? Kita nih jomlo, ya! Jelas kita datang kek teletubis berempat!Arnando Kusuma : Gue sama Karina. AH Jaffar : LAH?! SUKSES, BRO??Arnando Kusuma : Y.Septi_an : Oh, selama ini capernya sama Karina. AH Jaffar : LO TAU GAK SIH, NI BOCAH GEMES BGT SAMA KARINA YANG POLOS T_TSepti_an : Gue akui nyali lo oke juga, Ndo. Septi_an : KARINA BROW, PAWANGNYA TARA.Arnando Kusuma : Gue nggak cupu kayak sebelah. Septi_an : Buka jasa free tag @Raka Tasena Raka Tasena : Gue mau ngajak Tara. AH Jaffar : HAHAHAHAHALU.Raka Tasena : Gue ketemu Tara. Septi_an : Afh iyh, fren? Raka Tasena : Gue serius.Arnando Kusuma : WAH.AH Jaffar : Jadi besok gue sama Tian jadi pasangan homo dulu? Septi_an : NAJIS.Septi_an : Frustasi boleh ya ditinggal Sesh

  • Gagal Move On!    Epilog : Taraka's Bakery

    Desember akhir memang selalu disuguhkan hujan yang membuat siapapun yang beraktivitas di luar ruang ingin cepat-cepat pulang. Duduk menghadap jendela ditemani mie rebus lengkap dengan telur di atasnya dan secangkir teh hangat. Itu pun yang ada di pikiran Tara.Baru pukul dua siang, tapi Tara sangat enggan berlama-lama di luar rumah. Ia memasuki kedai roti dengan tergesa untuk menghindari derasnya hujan yang sudah membuat bajunya setengah basah. Suara lonceng berbunyi bertepatan dengan aroma adonan roti, kopi, dan moka menusuk penciumannya.“Selamat siang, selamat datang di Taraka’s Bakery!” seru seorang pelayan di kasir.Tara tersenyum simpul. Di sini hanya ada dua remaja berseragam SMA yang sedang menikmati cake di dekat jendela, dan satu wanita tua yang sedang berdiri di kasir. Ia berjalan ke arah rak donat yang berjajar dengan banyak varian rasa yang menggugah selera, seolah siap untuk dibawa pulang.Tempat ini sangat strategis dari segi mana pun sehingga pengunjungnya akan berdat

  • Gagal Move On!    BAB 34 : Hampa

    Nando duduk selonjoran di sisi lapangan bersama Tian dan Jaffar setelah latihan dibubarkan. Mereka ada pertandingan bulu tangkis dalam waktu dekat, maka di saat yang lainnya sibuk di dalam kelas, mereka justru di lapangan mengasah skill—setelah mendapat surat dispensasi dari guru piket—karena pertandingan sudah di depan mata.Raka baru saja kembali dari kantin dengan membawa beberapa botol air mineral dan camilan di kantung plastik. Ia ikut bergabung dengan teman-temannya menikmati angin sepoi-sepoi di bawah pohon cokelat.Sebulan telah berlalu. Di saat yang lainnya beraktivitas seperti biasanya, Raka justru lebih sering sendirian. Ia tidak lagi diam-diam melirik kelas sebelas IPS satu saat melewatinya, datang ke sana dengan dalih menyapa Kaila padahal ekor mata meilirik satu meja yang biasanya diisi oleh Tara. Terdengar brengsek memang. Namun, hanya itu yang bisa ia lakukan untuk tahu keadaan Tara dulu.Beberapa kali Raka mencoba menghubungi Tara kembali namun hasilnya nihil. Akun Li

  • Gagal Move On!    BAB 33 : Kertas Biru Muda

    Pagi ini mereka sudah di bandara; Arsen, Eva, Kaila, Tara dan Dio. Setelah semalam makan malam bersama untuk terakhir kalinya, mereka menghabiskan malam yang panjang bersama di ruang TV dengan beberapa percakapan ringan. Tara akan merindukan hal itu.Eva menatap anak pertamanya dengan mata yang berkaca-kaca. Tidak menduga sebelumnya kalau hari ini akan tiba dengan cepat. “Hati-hati ya, Dek. Kalau udah landing langsung kabarin kita.”“Iya, Bu.” Tara mengangguk menahan perasaan sesak.“Jaga diri ya, Tar. Kalau ada sesuatu jangan sungkan hubungi kami,” ucap Arsen seraya megusap kepala anak tirinya.“Makasih, Pa.” Ia beralih menatap Kaila yang sudah menangis. “Kai,”Kaila langsung memeluknya. “Harus sering-sering pulang. Jangan marah kalau nanti gue sering telepon, jangan simpan semuanya sendirian.”Tara balas memeluk. “Nggak akan. Gue pasti selalu ngabarin.”Kemudian, Tara beralih pada adiknya yang lebih banyak diam. Dio tidak bisa ikut ke Makasssar karena besok ada try out untuk kelas s

  • Gagal Move On!    BAB 32 : Menjadi Berteman

    Pagi ini Tara dan Kaila berangkat sekolah bersama. Mereka melambaikan tangan pada Dio yang menatap keduanya dengan malas. Semalam mereka menyelesaikan lego yang dibeli Dio, dua lawan satu. Jelas saja Dio kalah. Dan hukumannya Dio terpaksa harus berangkat sekolah dengan rambut berantakan yang sudah ditata oleh Kaila.Mereka tertawa melihat wajah masam Dio. “Lo kok bisa kepikiran ke sana, Kai?” tanya Tara.“Selama ini kan gue lihat rambutnya rapih terus, Tar. Good boy banget anaknya. Perlu gue modif biar kelihatan lebih laki,” kekeh Kaila.Tara pikir Dio akan menolak dan marah, namun, lelaki itu tetap menurut meskipun rautnya tidak bisa berbohon kalau ia tidak nyaman dengan itu.Mereka berpapasan dengan Kanaya yang juga akan masuk ke kelas. “Hai, Tar!” sapanya.“Hai, Nay,” balasnya.Kanaya beralih menatap Kaila. “Udah sembuh, Kai?” Kaila mengangguk.“Nanti makan siang bareng kayak biasa, ya?” ajak Kanaya.Tara mengangguk.“Gue b

  • Gagal Move On!    BAB 31 : Sambal Ijo

    [Sambel Ijo]AH Jaffar : Gaes.AH Jaffar : Udah berapa hari sepi? Napa sih? Jangan biarin gue bego sendirian dong!AH Jaffar : WOI BANGSAT.AH Jaffar : Yang r doang nikahnya sama mimper! [Read by 3]AH Jaffar : ANJJJJJJJ.AH Jaffar : Parah banget, sih, buset.AH Jaffar : BAIKAN NAPA SIH. KEK BOCAH AJA LO PADA DIEM-DIEMAN GINI.AH Jaffar : Kata Pak Haji, marahan lebih dari 3 hari dosa. Gue tau kalian pada banyak dosa, gak usah nambah lagi deh.AH Jaffar : Gue kangen Wi-Fi di rumah Raka, nih. AH Jaffar : Gasah geer ya lo, Ka. Gue nggak kangen yg punya rumah. Njs taw gak.AH Jaffar : Makan pecel ayam depan gang rumah gue yuk!AH Jaffar : BABI LOE SEMUWAH. [Read by 3]Raka menghela napas kasar, sudah seminggu grup mereka sepi. Hanya Jaffar yang tiap harinya berusaha meramaikan, yang tentu saja tidak digubris sama sekali oleh yang lain.Karena panggilan orang tua ke sekolah hari itu, Kiera pun menghukumnya dengan dalih mencemarkan nama baik keluarga. Padahal, kalau boleh ia jujur, Tian ya

  • Gagal Move On!    BAB 31 : Sambal Ijo

    [Sambel Ijo]AH Jaffar : Gaes.AH Jaffar : Udah berapa hari sepi? Napa sih? Jangan biarin gue bego sendirian dong!AH Jaffar : WOI BANGSAT. AH Jaffar : Yang r doang nikahnya sama mimper! [Read by 3]AH Jaffar : ANJJJJJJJ.AH Jaffar : Parah banget, sih, buset.AH Jaffar : BAIKAN NAPA SIH. KEK BOCAH AJA LO PADA DIEM-DIEMAN GINI.AH Jaffar : Kata Pak Haji, marahan lebih dari 3 hari dosa. Gue tau kalian pada banyak dosa, gak usah nambah lagi deh.AH Jaffar : Gue kangen Wi-Fi di rumah Raka, nih. AH Jaffar : Gasah geer ya lo, Ka. Gue nggak kangen yg punya rumah. Njs taw gak.AH Jaffar : Makan pecel ayam depan gang rumah gue yuk!AH Jaffar : BABI LOE SEMUWAH. [Read by 3]Raka menghela napas kasar, sudah seminggu grup mereka sepi. Hanya Jaffar yang tiap harinya berusaha meramaikan, yang tentu saja tidak digubris sama sekali oleh yang lain.Karena panggilan orang tua ke sekolah hari itu, Kiera pun menghukumnya dengan dalih mencemarkan nama

  • Gagal Move On!    BAB 30 : Saat Hati Mulai Menerima

    Dio menepati janjinya. Lelaki berseragam SMP itu duduk di halte Adipura sembari bermain ponsel tanpa memedulikan sekitar yang menatapnya heran. Sudah satu jam ia menunggu, katanya, Tara ada urusan dengan guru mengenai kepindahannya jadi akan sedikit terlambat. Dio mencoba bersabar meskipun ‘sedikit’ yang dibilang Tara justru sudah kelewatan.“Di!”Mendengar suara itu Dio sudah siap menyemburkan kekesalahannya. Namun, ia melihat keempat perempuan berseragam Adipura menghampirinya. Diantaranya ada Karina yang tersenyum paling lebar. Perempuan itu lebih dulu menepuk bahunya.“Hei, udah lama ya nggak ketemu. Kak Nana kangen, tahu! Terakhir ke rumah malah nggak ketemu,” seru Karina dengan senyum jahilnya.Dio menghela napas. “Sibuk.”Tara menyikut adiknya. “Ini temen gue, Tisha sama Kanaya.”Kanaya lebih dulu menyapa. “Hai, Di.”Dio hanya mengangguk singkat.“Bener ya kata Karina, Dio anaknya cool,” ujar Tisha.Karina terkekeh. “Jangan direbut, ya, berondong gue, nih.” Tangannya merangkul

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status