Share

236. Jovian vs Rigen

Author: Lil Seven
last update Last Updated: 2025-08-22 18:57:59

"Saya tidak pernah melihatmu seperti itu sebelumnya, tuan Rigen."

Suara Jovian terdengar pelan, tapi sarat makna.

Rigen mengangkat kepalanya dari berkas-berkas yang tengah ia baca. Tatapannya tajam, gelap, dingin, seolah menembus ke dalam isi hati orang yang ada di hadapannya.

"Apa maksudmu?" tanyanya singkat.

Jovian menelan ludah. "Cara Anda… dengan nyonya Ariella. Anda terlalu terbuka. Bahkan di depan orang lain."

Rigen mendengus pendek.

"Kamu lupa siapa aku, Jo? Aku tidak pernah merasa perlu menjelaskan caraku memperlakukan istriku. Dan aku tidak butuh penilaian darimu," jawab Rigen dengan nada tajam, seperti sebuah peringatan.

Namun, Jovian tidak berhenti di situ. Ia melangkah lebih dekat, menurunkan nada suaranya.

"Dia berbeda, tuan Rigen. Ariella sepertinya berhasil menyentuh sisi yang tidak pernah Anda tunjukkan siapa pun sebelumnya. Itu… berbahaya."

Tatapan Rigen berubah, kini lebih mengancam.

"Berbahaya bagimu? Atau berbahaya bagiku?" cecarnya.

Jovia
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   265. Bertengkar

    “Aku tidak akan membiarkanmu menyentuhku lagi, Rigen.” Suara Ariella pecah, serak, tapi jelas. Ia berdiri di depan ranjang dengan tubuh gemetar, masih mengenakan gaun tidur tipis. Matanya menatap tajam, meski ada bayangan takut di sana. Rigen yang baru saja melepas jas kerjanya menoleh pelan, alisnya berkerut. “Apa katamu?” “Aku serius.” Ariella menelan ludah, mencoba menguatkan diri. “Sampai kamu bisa buktikan kalau kau benar-benar mencintaiku, bukan cuma ingin menguasai… aku tidak akan membiarkanmu lagi,” tegasnya, meski dengan mata berkaca-kaca. Hening beberapa detik. Rigen mendekat, langkahnya berat dan mengancam. “Kamu berani berkata begitu setelah semua malam yang kita lalui? Setelah semua tanda yang sudah kutinggalkan di tubuhmu, Ariella?” Ariella mundur selangkah, tapi menegakkan dagu. “Ya. Justru karena itu. Kamu membuatku merasa seperti… aku hanya benda. Aku tidak mau lagi, Rigen," jawabnya dengan suara bergetar. Rigen terkekeh, tapi tawanya dingin.

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   263. Aku Bukan Bonekamu

    Ariella duduk di tepi ranjang, tubuhnya masih terasa sakit sejak semalam. Ia mengenakan gaun tidur tipis berwarna gading, bahunya terbuka, menampakkan beberapa bekas merah yang belum sepenuhnya memudar. Jari-jarinya meremas ujung kain, napasnya naik turun tidak teratur. Ketika pintu kamar terbuka, suara langkah berat Rigen masuk tanpa ragu. Pria itu masih mengenakan kemeja hitam, lengan terlipat ke siku, dan wajahnya serius. Tatapan matanya langsung jatuh pada sosok Ariella yang menunduk di ranjang. “Kamu belum tidur?” tanya Rigen, suaranya rendah, serak, nyaris seperti perintah. Ariella mengangkat wajah perlahan, ada ketegangan sekaligus keberanian di sana. “Bagaimana mungkin aku bisa tidur setelah apa yang kamu lakukan padaku semalam?” Rigen terdiam sebentar. Ia melepas jam tangan, meletakkannya di meja, lalu berjalan mendekat dengan langkah mantap. “Kamu masih marah?” tanyanya datar, meski jelas-jelas ia tahu jawabannya. Ariella mendesah kasar, suaranya bergetar. “

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   262. Aku Muak, Rigen.

    Pintu kamar terbuka. Rigen masuk dengan langkah tenang, seperti seorang raja yang baru saja pulang ke tahtanya. Pandangannya langsung tertuju pada Ariella. “Kamu tidak tidur,” ucapnya pelan, tapi nadanya datar. Ariella menoleh, sorot matanya penuh tuduhan. “Bagaimana aku bisa tidur setelah apa yang kamu lakukan, Rigen?” Rigen tidak menjawab, hanya menutup pintu dan menguncinya. Klik. Bunyi kunci itu membuat Ariella menegang. Ia menggenggam selimut erat, seperti perisai terakhir yang bisa melindunginya. “Jadi, kamu takut padaku?” tanya Rigen, berjalan mendekat. Ariella menelan ludah. “Aku tidak takut. Aku muak.” Alis Rigen terangkat. Ia berhenti tepat di depan ranjang, menunduk menatap wajah istrinya yang gemetar. “Muak? Beraninya kamu bilang muak pada suamimu sendiri?” “Ya!” Ariella akhirnya meninggikan suara. “Kamu memperlakukanku seperti aku bukan manusia. Kamu menandai tubuhku, kamu buat aku kesakitan. Itu bukan cinta, Rigen. Itu… hukuman.” Rigen menarik napas panjang, se

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   261. Cinta Dan Obsesi

    Sinar matahari pagi menembus tirai tipis, menerangi kamar yang masih berantakan. Seprai kusut, bantal terlempar ke lantai, dan aroma bercampur keringat serta gairah semalam masih begitu kuat, seolah-olah dinding kamar pun menyerap jejak malam itu. Ariella membuka mata perlahan. Kelopak matanya terasa berat, tubuhnya remuk seakan dilindas. Setiap ototnya pegal, kulitnya perih, dan ada denyut samar di tiap bagian yang disentuh Rigen malam tadi. Saat ia berusaha bangkit, tubuhnya langsung kembali jatuh ke kasur, gemetar. Nafasnya tercekat ketika matanya menangkap bayangan samar di lengan dan lehernya. Bekas gigitan. Lebam keunguan. Goresan merah tipis. Semua ada di tubuhnya. Wajah Ariella memanas, bukan hanya karena rasa sakit, tapi juga karena malu. Seluruh tubuhnya… penuh tanda kepemilikan Rigen. “Astaga…” bisiknya gemetar, tangannya meraba leher yang perih. “Dia benar-benar meninggalkan tanda di mana-mana…” Pintu kamar mandi terbuka. Rigen keluar dengan hanya bertelanjan

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   260. Kepemilikan

    Kamar itu masih beraroma panas dari ronde pertama, namun Rigen sama sekali belum puas. Ia menatap Ariella seperti binatang buas yang lapar. Nafas istrinya sudah terengah, tubuhnya gemetar, tapi itu justru memantik bara di matanya.“Belum selesai,” desisnya. Suara rendahnya terdengar seperti ancaman maut. Ia menarik dagu Ariella kasar, memaksa perempuan itu menatap langsung ke matanya. “Kamu pikir aku akan berhenti setelah melihat dua pria itu menaruh mata mereka padamu?”Ariella terisak, tubuhnya bergetar. “Rigen… aku tidak—”“Diam.” Suaranya meledak, dingin dan tajam. “Aku tidak peduli apa alasanmu. Malam ini tubuhmu hanya akan jadi tempat aku melampiaskan semua amarahku. Kamu mengerti?”Ia tidak menunggu jawaban. Rigen mendorong Ariella telentang, selimut terhempas, tubuh istrinya terbuka tanpa perlindungan. Ariella buru-buru menutup wajah dengan lengannya, namun tangan suaminya menyingkirkannya kasar.“Jangan pernah bersembunyi dariku.”Bibir panasnya menelusuri kulit Ariella, b

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   259. Hukuman

    Udara kamar itu masih menyisakan aroma besi dari darah yang menempel samar di kulit Rigen. Lelaki itu baru saja menyelesaikan eksekusi dinginnya terhadap Jason dan Jovian—dua pengkhianat yang berani mencuri istrinya. Namun meski musuh-musuh itu sudah mati, bara amarah dalam dirinya belum padam. Malam itu bukan hanya milik pembantaian, tapi juga milik hukuman yang harus diterima Ariella. Tubuh Ariella gemetar saat Rigen mendorongnya masuk ke kamar mereka. Pintu terhempas menutup keras di belakang, menutup semua jalan kabur. Tatapan mata kelam Rigen menusuk, bukan sekadar marah, melainkan amarah bercampur nafsu kepemilikan yang membara. “Aku sudah bilang…” Suaranya rendah, serak, tapi penuh tekanan, “kamu milikku. Tidak ada satu pun pria yang boleh menyentuhmu, apalagi membuatku meragukanmu.” Ariella menelan ludah, bibirnya gemetar. “Aku—aku tidak melakukan apa pun, Rigen… Mereka—” “Diam!” Rigen menghardik, satu tangannya menekan bahu Ariella hingga ia terjepit ke dinding

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status