Share

28. Konsekuensi Membangunkan Macan Tidur

Author: Lil Seven
last update Last Updated: 2025-05-07 05:08:52

"R-Rigen.... "

dan sebelum aku sempat memahami maksudnya, tubuhku kembali tertarik ke dalam dekapannya.

"Diam dan nikmati, Riel," bisik Rigen, menyisir rambutku dengan jarinya.

Bibirnya kembali menemukan milikku, kali ini lebih dalam, lebih menuntut, seakan dia ingin memastikan bahwa aku tidak bisa berpikir tentang hal lain selain dirinya.

Aku tidak bisa melawan.

Tanganku tanpa sadar meraih kerah bajunya, menariknya lebih dekat, membiarkan panas tubuhnya menyelimutiku sepenuhnya.

Ciumannya semakin dalam, semakin membara, seolah ingin mencuri seluruh kesadaranku.

Aku kehilangan kendali atas tubuhku, atas pikiranku—semuanya hanya tersisa satu hal: Rigen.

Saat Rigen akhirnya menarik diri, aku terengah-engah, menatapnya dengan mata yang masih dipenuhi euforia dari ciumannya.

Dia menatap bibirku yang sedikit bengkak sebelum matanya kembali mengunci milikku.

"Bagaimana? Masih bosan?" tanyanya, suaranya serak.

Tidak bisa menjawab, aku hanya menatapnya, dengan tubu
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (6)
goodnovel comment avatar
Lil Seven
aku akan up 3-4 bab perhari yaaaa makasih udah baca dan komen kakak sayang...
goodnovel comment avatar
Lil Seven
makaasssihh sudah bacaaa :)
goodnovel comment avatar
Lil Seven
ikuti terus yaaa ceritanya, pokoknya nanti kita buat Rigen benar-benar ga bisa lepas dari ariella. hehhee makasih sudah mampir kakak ^^
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   29. TERLALU BESARR!! (21+)

    "Rigen.... " Dengan lengannya yang mengurungku, dan napasnya mengalir di pipiku—panas dan lembap, seperti api neraka, Rigen mendorongku lembut, tubuhku terjatuh ke sofa empuk dekat meja kerja Rigen. "Diam, Riel." Perlahan, Rigen menurunkan bibirnya ke tengkukku. Panas yang menyentuh kulit tipisku membuat bahuku tanpa sadar bergidik lagi dan lagi. Rigen lantas membuka kancing celananya. Begitu ia menurunkan celana dalamnya sedikit, penisnya menyembul keluar seolah-olah sudah menunggu. Mulutku perlahan menganga saat melihat penis yang tegak kaku itu, sedangkan Rigen malah tampak menyeringai senang. “Lihat, Riel. Gara-gara provokasimu, penisku sudah ereksi. Bagaimana kamu harus bertanggung jawab sekarang?" Rigen bertanya dengan ekspresi santai. "A-apa itu?" Aku benar-benar tercengang karena melihat penis Rigen yang luar biasa besar. Alis Rigen tampak sedikit berkerut saat menyadari bahwa itu sebenarnya bukan respons yang baik. Aku masih menatap kemaluannya denga

    Last Updated : 2025-05-07
  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   30. Malam Pertama! (21+)

    Rasanya otakku meleleh. Lalu, Rigen mendekatkan bibirnya ke dadaku. Jari-jarinya yang tadinya meremas-remas pintu masukku, ditarik kembali, digantikan oleh bibirnya yang dengan lembut membungkus kuncup yang sensitif itu. Sensasi diselimuti oleh panasnya yang lembut dan basah membuat air mataku mengalir deras. Perlahan, lidahnya menjilati kemaluanku yang menegang. Panas yang lembut dan lembap mengusap lembut, lalu menekan lebih kuat pada daging yang sensitif, menyebarkan ketegangan ke seluruh tubuhku dengan setiap gerakan. “Hah… ah… ahh…!” Kehangatan lembut mulutnya yang menyelimuti kemaluanku yang mengeras membuat bulu kudukku merinding. Seolah ingin menghiburku, Rigen mulai memijat dadaku dengan lembut. Mungkin itu dimaksudkan untuk membantuku rileks, tetapi efeknya justru sebaliknya. Aku menegang sampai ke ujung kaki. Meskipun tekanan yang menyesakkan itu tampaknya mereda, itu tidak membantu. Malah, debaran jantungku bertambah kuat, dan sensasi melayang menj

    Last Updated : 2025-05-07
  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   31. Kenikmatan Tiada Tara (21+)

    Rigen membelai payudaraku dengan penuh kasih sayang dan perlahan mendorong penisnya di sepanjang jalan masukku yang santai. Begitu yakin berada di tempat yang tepat, ia menurunkan berat badannya dan menekan pinggangku dengan kuat. Alat kelaminnya bergerak maju, membelah celah sempit itu. Dengan satu gerakan cepat, Rigen meluncur di bawahku, yang masih basah kuyup karena belaian lembutnya. Tubuh bagian bawah kami pun bersentuhan penuh. "Haah!" Aku spontan mendesah karena rasa sakit yang menyerang. Terlalu sakit untuk berteriak, hanya suara napas yang terdengar seperti angin yang bertiup kencang. Tubuhku bergetar, dan air mata menggenang di mataku. Aku pernah diajarkan bahwa pengalaman pertama biasanya menyakitkan, tetapi ini jauh dari imajinasiku. Aku bertanya-tanya apakah wanita menahan rasa sakit seperti ini setiap kali berhubungan seks, atau apakah penis pria ini luar biasa besar. Pikiran-pikiran berkecamuk dalam benakku, tetapi tidak ada yang masuk akal. Aku tidak m

    Last Updated : 2025-05-07
  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   32. Sisi Liar Rigen (21+)

    Aku masih berbaring di atas sofa ruang kerja Rigen yang lembut, dengan rambut acak-acakan, napas berat dan tidak teratur. Air liur berkilauan di payudaraku saat payudaraku naik turun mengikuti irama napas yang terengah-engah. Itu pemandangan yang tidak senonoh. Rigen yang sudah membasahi sekujur tubuhku dengan ludah dan air mani, menatapku dengan malu, tetapi sensasi penisnya yang mencengkeram erat terlepas dari tubuhku, terlalu kuat untuk membuat aku menyadari hal lain. "Ugh, Rigen!" "Sedikit lagi, Ariella. Ayo sedikit lagi." Kami masih terus melanjutkan aktivitas itu sampai tengah malam. Rigen benar-benar tak bisa berhenti, dia terus mengisiku lagi dan lagi. Aku memohon untuk berhenti tapi Rigen terus berkata sedikit lagi dan lagi. Bagaimanapun juga, hubungan intim itu akhirnya berakhir, setelah aku hampir pingsan karena kelelahan. Aku terengah-engah dan menangis, pikirannya kacau karena kebingungan. Itu adalah campuran antara rasa sakit, kesenangan, dan pengkhia

    Last Updated : 2025-05-07
  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma    1. Suami Komaku Yang Perkasa.

    Malam pertama yang seharusnya sunyi di kamar pengantin berubah menjadi momen yang menegangkan. Duduk di tepi ranjang, aku menatap wajah suamiku yang terbaring tak bergerak. Rigen Ataraka, pria koma yang harusnya menjadi suami Megan, saudara tiriku. Aku menggigit bibir, jari-jariku tanpa sadar mengusap pipinya yang tegas. "Kenapa pria ini harus setampan ini?" gumamku pelan. Megan menolak menikah dengan Rigen Ataraka, dia bahkan sampai menangis semalaman sehingga membuat orangtuaku tak tega, sampai akhirnya akulah, anak haram keluarga Smith, yang diseret keluar menggantikannya. Kupikir Rigen pria tua yang kurus kering dan sakit-sakitan sampai reaksi Megan se ekstrim itu saat dipilih sebagai istrinya, tapi ternyata... "Dia tidak hanya tampan, tapi sangat sempurna dalam segala aspek," gumamku, memandang wajah tidur Rigen dengan terpesona. Jantungku berdebar keras saat aku membungkuk, mendekatkan wajahku ke wajahnya. Entah kenapa sebuah ide gila tiba-tiba menggelitikk

    Last Updated : 2025-04-14
  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   2. Menjadi Anjing Rigen Ataraka.

    Aku menunduk, jantungku berdegup kencang saat Rigen menatapku dari singgasananya, sofa kulit hitam di sudut ruangan. Di sebelahnya, berdiri Jovian, sekretaris terpercaya Rigen yang langsung datang begitu tuannya memanggil. Tatapan tajam Rigen menusuk hingga ke sumsum tulangku, seakan menelanjangiku hanya dengan pandangan itu saja. "Ariella." Rigen memanggil namaku, suaranya sangat menakutkan sehingga aku gemetar tanpa sadar. "Apa yang kamu lakukan saat aku koma?" Rigen bertanya dengan suara rendah, nyaris berbisik, tapi justru semakin membuat ketakutanku memuncak. Menelan ludah, aku mencoba menemukan jawaban yang tepat, tapi tubuhku seakan terkunci dalam aura dingin miliknya. Rigen mengulurkan tangannya, telunjuknya mengarah padaku, lalu dengan gerakan perlahan dia menepuk pahanya sendiri. "Ke sini," perintahnya. Mataku mengerjap, ragu. "Aku tidak suka mengulang," tambahnya, lebih dingin kali ini. Kakiku melangkah dengan gemetar. Begitu sampai di hadapa

    Last Updated : 2025-04-14
  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   3. Tandatangani Kontrak Ini!

    Pada akhirnya, Rigen benar-benar mengunciku di kamarnya seharian penuh. Ketika akhirnya pintu terbuka, sosoknya yang tinggi dan dingin melangkah masuk. Dengan santai, dia melemparkan beberapa dokumen ke arahku. Kertas-kertas itu beterbangan, mendarat di atas ranjang tempat aku berbaring karena bosan. "Tandatangani ini." Suara beratnya tanpa emosi, membuat dadaku mencengkeram firasat buruk. Aku bangkit, meraih salah satu dokumen dengan tangan gemetar. Mataku membelalak saat membaca judulnya. "Kontrak tutup mulut? Pernikahan kontrak?" Suaraku bergetar. Aku menatap Rigen, mencari penjelasan. "Kenapa... kenapa aku harus melakukan ini? Apa sebenarnya salahku, Rigen?!" Rigen tak langsung menjawab. Mata dinginnya menatapku dari atas, penuh superioritas. Bibirnya sedikit melengkung ke atas dalam seringai yang membuat bulu kudukku meremang. "Apa otak kecilmu sudah lupa apa yang semalam telah kamu lakukan padaku?" Suaranya tajam seperti belati. Darahku mengalir cepat. Aku men

    Last Updated : 2025-04-14
  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   4. Ibu Mertua Datang.

    "Ugh, sial! Tali anjing ini benar-benar menyebalkan!" keluhku sambil menatap bayanganku di cermin. Wajah cantikku tetap memesona, meski ada penghinaan yang mengikat leherku. Pagi hari, aku terbangun di atas ranjang Rigen tanpa tahu siapa yang memindahkanku ke sini. Bibirku mengulas senyum sinis, menyentuh tali itu dengan jari gemetar. Aku mungkin anak haram yang tak diinginkan, tapi sekarang, aku adalah istri Rigen Ataraka—raja takhta tertinggi di negeri ini. "Bahkan dengan tali anjing seperti ini, wajahku masih sangat cantik," gumamku dengan ekspresi bangga. Namun, kegembiraan itu hanya berlangsung sekejab karena suara yang tiba-tiba menyela. "Wah, percaya diri sekali, Riel." Suara tawa rendah itu menghantamku. Aku menoleh, dan di sana, Rigen berdiri di ambang pintu. Mata keemasannya menelanjangiku, menusuk hingga ke dasar keberadaanku. "R-Rigen?" Suaraku nyaris berbisik, malu karena dia mendengar gumamanku. Dia melangkah maju, auranya mendominasi, membuat uda

    Last Updated : 2025-04-14

Latest chapter

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   32. Sisi Liar Rigen (21+)

    Aku masih berbaring di atas sofa ruang kerja Rigen yang lembut, dengan rambut acak-acakan, napas berat dan tidak teratur. Air liur berkilauan di payudaraku saat payudaraku naik turun mengikuti irama napas yang terengah-engah. Itu pemandangan yang tidak senonoh. Rigen yang sudah membasahi sekujur tubuhku dengan ludah dan air mani, menatapku dengan malu, tetapi sensasi penisnya yang mencengkeram erat terlepas dari tubuhku, terlalu kuat untuk membuat aku menyadari hal lain. "Ugh, Rigen!" "Sedikit lagi, Ariella. Ayo sedikit lagi." Kami masih terus melanjutkan aktivitas itu sampai tengah malam. Rigen benar-benar tak bisa berhenti, dia terus mengisiku lagi dan lagi. Aku memohon untuk berhenti tapi Rigen terus berkata sedikit lagi dan lagi. Bagaimanapun juga, hubungan intim itu akhirnya berakhir, setelah aku hampir pingsan karena kelelahan. Aku terengah-engah dan menangis, pikirannya kacau karena kebingungan. Itu adalah campuran antara rasa sakit, kesenangan, dan pengkhia

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   31. Kenikmatan Tiada Tara (21+)

    Rigen membelai payudaraku dengan penuh kasih sayang dan perlahan mendorong penisnya di sepanjang jalan masukku yang santai. Begitu yakin berada di tempat yang tepat, ia menurunkan berat badannya dan menekan pinggangku dengan kuat. Alat kelaminnya bergerak maju, membelah celah sempit itu. Dengan satu gerakan cepat, Rigen meluncur di bawahku, yang masih basah kuyup karena belaian lembutnya. Tubuh bagian bawah kami pun bersentuhan penuh. "Haah!" Aku spontan mendesah karena rasa sakit yang menyerang. Terlalu sakit untuk berteriak, hanya suara napas yang terdengar seperti angin yang bertiup kencang. Tubuhku bergetar, dan air mata menggenang di mataku. Aku pernah diajarkan bahwa pengalaman pertama biasanya menyakitkan, tetapi ini jauh dari imajinasiku. Aku bertanya-tanya apakah wanita menahan rasa sakit seperti ini setiap kali berhubungan seks, atau apakah penis pria ini luar biasa besar. Pikiran-pikiran berkecamuk dalam benakku, tetapi tidak ada yang masuk akal. Aku tidak m

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   30. Malam Pertama! (21+)

    Rasanya otakku meleleh. Lalu, Rigen mendekatkan bibirnya ke dadaku. Jari-jarinya yang tadinya meremas-remas pintu masukku, ditarik kembali, digantikan oleh bibirnya yang dengan lembut membungkus kuncup yang sensitif itu. Sensasi diselimuti oleh panasnya yang lembut dan basah membuat air mataku mengalir deras. Perlahan, lidahnya menjilati kemaluanku yang menegang. Panas yang lembut dan lembap mengusap lembut, lalu menekan lebih kuat pada daging yang sensitif, menyebarkan ketegangan ke seluruh tubuhku dengan setiap gerakan. “Hah… ah… ahh…!” Kehangatan lembut mulutnya yang menyelimuti kemaluanku yang mengeras membuat bulu kudukku merinding. Seolah ingin menghiburku, Rigen mulai memijat dadaku dengan lembut. Mungkin itu dimaksudkan untuk membantuku rileks, tetapi efeknya justru sebaliknya. Aku menegang sampai ke ujung kaki. Meskipun tekanan yang menyesakkan itu tampaknya mereda, itu tidak membantu. Malah, debaran jantungku bertambah kuat, dan sensasi melayang menj

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   29. TERLALU BESARR!! (21+)

    "Rigen.... " Dengan lengannya yang mengurungku, dan napasnya mengalir di pipiku—panas dan lembap, seperti api neraka, Rigen mendorongku lembut, tubuhku terjatuh ke sofa empuk dekat meja kerja Rigen. "Diam, Riel." Perlahan, Rigen menurunkan bibirnya ke tengkukku. Panas yang menyentuh kulit tipisku membuat bahuku tanpa sadar bergidik lagi dan lagi. Rigen lantas membuka kancing celananya. Begitu ia menurunkan celana dalamnya sedikit, penisnya menyembul keluar seolah-olah sudah menunggu. Mulutku perlahan menganga saat melihat penis yang tegak kaku itu, sedangkan Rigen malah tampak menyeringai senang. “Lihat, Riel. Gara-gara provokasimu, penisku sudah ereksi. Bagaimana kamu harus bertanggung jawab sekarang?" Rigen bertanya dengan ekspresi santai. "A-apa itu?" Aku benar-benar tercengang karena melihat penis Rigen yang luar biasa besar. Alis Rigen tampak sedikit berkerut saat menyadari bahwa itu sebenarnya bukan respons yang baik. Aku masih menatap kemaluannya denga

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   28. Konsekuensi Membangunkan Macan Tidur

    "R-Rigen.... "dan sebelum aku sempat memahami maksudnya, tubuhku kembali tertarik ke dalam dekapannya. "Diam dan nikmati, Riel," bisik Rigen, menyisir rambutku dengan jarinya. Bibirnya kembali menemukan milikku, kali ini lebih dalam, lebih menuntut, seakan dia ingin memastikan bahwa aku tidak bisa berpikir tentang hal lain selain dirinya. Aku tidak bisa melawan. Tanganku tanpa sadar meraih kerah bajunya, menariknya lebih dekat, membiarkan panas tubuhnya menyelimutiku sepenuhnya. Ciumannya semakin dalam, semakin membara, seolah ingin mencuri seluruh kesadaranku. Aku kehilangan kendali atas tubuhku, atas pikiranku—semuanya hanya tersisa satu hal: Rigen. Saat Rigen akhirnya menarik diri, aku terengah-engah, menatapnya dengan mata yang masih dipenuhi euforia dari ciumannya. Dia menatap bibirku yang sedikit bengkak sebelum matanya kembali mengunci milikku. "Bagaimana? Masih bosan?" tanyanya, suaranya serak. Tidak bisa menjawab, aku hanya menatapnya, dengan tubu

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   27. Jangan Berani Memprovokasiku.

    Kurasakan cengkeramannya mengerat di pinggangku, dan seketika seluruh tubuhku dipenuhi oleh sensasi panas yang menggetarkan. Aku ingin menantangnya, ingin tetap bermain dengan api ini… tapi dalam posisi seperti ini, aku tidak yakin bisa memenangkan permainan. “Aku hanya bercanda,” bisikku, suaraku mulai bergetar. Dia terkekeh, tapi tidak ada tawa di matanya. “Bercanda, ya?” tangannya naik, ibu jarinya mengusap bibirku yang masih berlapis lipstik merah. Gerakannya lambat, nyaris menyiksa, sebelum akhirnya dia menarik daguku, memaksaku menatapnya. “Kalau begitu, aku juga ingin bermain-main sebentar.” Dan sebelum aku bisa bernapas, bibirnya sudah melumat milikku dengan penuh intensitas. "R-Rigen!" Aku berteriak terkejut, tapi tubuhku seakan sudah mengenali sentuhannya—responku datang secara alami, tanganku tanpa sadar meraih kerah bajunya, menariknya lebih dekat. Ciuman ini berbeda. Bukan hanya penuh gairah, tapi juga… menuntut. Seolah dia ingin membukti

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   26. Menggoda Gairah Rigen

    "Ahhh. Aku ingin keluar. Aku ingin menghirup udara segar, berjalan-jalan, melakukan apa saja yang bisa mengalihkan pikiranku dari percakapan pagi tadi. Tapi.... " Kuhela napas, berat. Langit cerah, matahari bersinar hangat, tapi suasana hatiku gelap dan berantakan. Menggigit bibir, sejak tadi aku terus berusaha mengendalikan emosi yang bergejolak di dalam dadaku tiap ingat percakapan antara Jovian dan Rigen tadi pagi. Rigen. Jovian. Perkataan mereka masih terngiang di kepalaku, berputar tanpa henti. "Apakah Rigen benar-benar bosan denganku?" Pertanyaan ini terus menggangguku seharian. Apakah aku hanya permainan baginya, sesuatu yang bisa dia buang begitu saja ketika sudah tidak menarik lagi? Kugelengkan kepala, mengepalkan tangan. "Tidak. Aku tidak boleh berpikir seperti itu!" Kututup mata, mencoba menenangkan diri. Jika aku tidak bisa keluar dari rumah ini, maka aku harus menemukan cara lain untuk mengalihkan pikiranku. Tapi bagaimana? Aku membuka mat

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   25. Apakah Aku Membosankan?

    "Saya lihat, anjing yang sekarang cukup membuat Anda tidak nyaman, mungkin juga sedikit merepotkan. Jadi, haruskah saya mencarikan yang baru untuk Anda, Tuan?" Jovian bertanya lagi kepada Rigen dengan nada sopan, layaknya seorang bawahan terpercaya. Namun seperti biasa, wajahnya tetap tanpa ekspresi, seolah kata-kata Jovian tak berarti apa-apa baginya. Namun, aku tahu lebih baik dari siapa pun bahwa pria itu tidak pernah membiarkan sesuatu berlalu begitu saja. Rigen menggeser pandangannya padaku. Mata hitamnya tajam, menusuk langsung ke dalam jiwaku. Sorotannya membuatku ingin bersembunyi, tapi aku tetap berdiri di tempatku, mencoba menjaga sisa harga diriku. "Anjingku?" Rigen mengulang dengan nada rendah, nyaris berbisik, tapi setiap kata yang keluar terasa bagaikan ancaman halus. "Aku tidak ingat pernah bosan." Jovian terkekeh kecil, seolah menikmati situasi ini. "Benarkah? Tapi Anda tahu, Tuan? Setiap pria butuh variasi. Anda pasti lelah dengan hal yang sama s

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   24. Anjing Baru?

    “Tapi… kamu tadi bilang kamu takut kehilangan aku,” suaraku bergetar, mencoba mencari celah dalam dinding yang kembali ia bangun di antara kami. Kutatap wajahnya, berusaha membaca ekspresinya. Namun, yang kudapat hanyalah wajah datar tanpa emosi. Rigen menghela napas, lalu menyandarkan punggungnya ke kursi. “Aku memang takut kehilangan kamu,” katanya, suaranya tetap dingin. “Tapi itu tidak berarti aku bisa memberikan lebih dari ini.” Aku terpaku mendengar jawaban dinginnya. Jadi… selama ini, semua ciuman, semua genggaman eratnya, semua tatapan penuh api itu… tidak berarti apa-apa baginya? Tidak seperti yang kupikirkan? Aku merasa seperti orang bodoh, rasanya mataku mulai panas, tapi aku menolaknya. Aku tidak ingin menangis di depannya. Tidak ketika dia sedang seperti ini. Kutarik napas dalam-dalam, lalu tersenyum kecil—meskipun terasa begitu getir. “Jadi, kamu hanya ingin aku tetap di sisimu… tanpa benar-benar menjadi milikku?” Dia menatapku lama sebelum akhi

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status