Share

55. Rigen Ataraka Kembali?

Author: Lil Seven
last update Last Updated: 2025-05-15 13:46:34

"Tuan."

Wajah sekretaris setia itu tampak tegang, matanya langsung tertuju pada Rigen, lalu sedikit melirik ke arah Ariella yang sedang berdiri canggung di antara mereka.

“Maaf mengganggu, Tuan. Tapi saya perlu berbicara empat mata. Ini… penting.”

Rigen diam sejenak, lalu mengangguk. “Makanlah lebih dulu kalau masakannya sudah matang, Riel.”

Ariella tampak ingin bertanya, tapi tatapan mata Rigen terlalu dingin dan pasti, menandakan bahwa pembicaraan dengan Jovian mungkin akan berlangsung panjang. Maka gadis itu hanya mengangguk, lalu hanya memandang kedua pria itu meninggalkan dirinya.

[Di dalam ruang kerja—pintu ditutup.]

Jovian meletakkan map hitam di meja kerja Rigen dan bersuara cepat sebelum sempat ditolak, “Jason bergerak makin agresif, Tuan. Ini daftar properti perusahaan yang mulai ia ubah kepemilikannya ke nama orang-orang bayangannya.”

Rigen membuka dokumen itu. Matanya menajam.

“Dia mulai jual aset?”

“Tidak hanya itu. Ia mulai mendekati klien lama Anda,
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   182. Pergi Untuk Menyusun Rencana Baru

    Tiga hari setelah berita itu viral…Elisabeth duduk di ruang tamu rumah keluarganya yang kini terasa seperti penjara. Tirai jendela ditutup rapat. Telepon rumah dicabut. Asisten pribadinya tidak lagi datang. Dunia yang dulu tunduk di bawah kakinya, kini menjauh dengan kejam.Wajahnya pucat. Rambut pirangnya diikat sembarangan. Matanya cekung, tak tidur selama dua malam. Namun bukan karena penyesalan. Tapi karena berpikir—bagaimana menyelamatkan dirinya.“Kalau aku jatuh… aku akan jatuh dengan anggun. Dan bangkit lebih tinggi," bisik Elisabeth pada dirinya sendiri, dengan suara serak. Ia menatap bayangannya di kaca jendela. Senyum tipis kembali muncul, bukan senyum penuh percaya diri seperti dulu—tapi senyum penuh strategi.Ia menghubungi seseorang. Butuh tiga kali nada dering hingga tersambung.“Halo?”“Maaf mengganggu. Tapi aku rasa kita butuh bicara... tentang kesepakatan yang pernah tertunda,” ucap Elisabeth dengan nada datar.“Kamu yakin? Sekarang semua mata tertuju padamu, Lis.

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   181. Membalas Elisabeth

    “Kamu pikir aku akan terus diam setelah semua yang kamu lakukan, Lis?” Suara Rigen menggema di udara malam, tajam dan berat, seperti petir yang membelah langit. Ia berdiri di ambang pintu rumah besar keluarga Ataraka, tepat di ruang utama tempat Elisabeth duduk dengan segelas anggur di tangan, tampak tenang seolah tidak pernah berbuat dosa. Elisabeth mengangkat wajahnya. Tatapannya tidak goyah. Senyum licik itu tetap menghiasi bibirnya. “Kalau kamu datang untuk menyalahkanku, silakan. Aku sudah terbiasa menjadi kambing hitam dalam hidupmu," ucapnya. Rigen melangkah masuk, matanya menyala penuh amarah. “Kambing hitam? Kamu hampir membunuh ibu dari anakku, Lis!” “Ariella yang lemah itu memang selalu mencari simpati. Aku hanya menunjukkan kenyataan. Sejak awal, kamu dan dia tidak pernah cocok,” balas Elisabeth, nada suaranya penuh ejekan. Rigen menghantam gelas anggur Elisabeth hingga pecah berkeping di lantai. “Aku diam selama ini karena aku masih mengingat bahwa kau sepu

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   180. Mengincar Ariella

    "Kamu pikir kamu bisa sembunyi dariku selamanya, Ariella?" Suara itu menghantam udara pagi seperti duri dingin menusuk kulit. Ariella membeku. Tangannya yang baru saja membuka pintu penginapan langsung bergetar. Ia mengenali suara itu bahkan sebelum tubuh ramping dan tinggi milik Elisabeth Ataraka muncul dari balik tiang batu taman kecil depan penginapan. "Aku tidak mau ada masalah. Pergi dari sini," bisik Ariella, suaranya tercekat, namun matanya berusaha tenang. Elisabeth berjalan mendekat, langkahnya angkuh dan penuh percaya diri. Mata birunya menatap tajam, dingin, seperti tidak mengenal rasa kasihan. "Masalah?" sinisnya. Bibir merah itu menyeringai. "Sayang sekali. Masalah itu selalu ada di mana pun kamu pergi, Riel. Apalagi kalau kamu masih menggendong sesuatu yang seharusnya jadi milikku." Ariella mundur satu langkah, memeluk perutnya refleks. "Anak ini bukan urusanmu." Elisabeth tertawa pelan. "Oh, betapa naifnya kamu. Kamu pikir Rigen akan benar-benar memilih kamu

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   179. Momen Manis

    "Riel, kamu masih suka aroma melati?"Ariella mengangkat wajahnya dari bantal, menoleh ke arah suara Rigen yang berdiri di ambang pintu kamar penginapan. Pria itu membawa nampan kecil berisi secangkir teh melati hangat dan beberapa potong roti manis.Ia tersenyum samar. "Kamu masih ingat itu, Rigen?"Rigen meletakkan nampan di meja kecil dekat jendela. Ia duduk perlahan di sisi tempat tidur, memandangi istrinya yang kini mulai terlihat kehamilannya. Perut kecil itu perlahan membulat, dan hanya dengan melihatnya, hati Rigen terasa penuh."Mana mungkin aku lupa hal sekecil itu? Kamu selalu bilang teh melati bisa bikin kamu tenang. Jadi… kupikir kamu butuh itu sekarang," jawabnya dengan ekspresi melembut. Ariella terdiam sejenak, menatap teh itu sebelum akhirnya perlahan duduk dan mengambil cangkirnya.Hangat."Aku… belum bisa bilang semuanya kembali seperti semula, Rigen," katanya lirih.Rigen mengangguk. "Aku tidak akan memaksamu, Riel. Tapi biarkan aku temani kamu melewati ini.

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   178. Menjemput Ariella

    “Ariella.”Suara itu lirih, tapi cukup untuk membuat tubuh Ariella membeku di tempat. Tangannya yang sedang menuang teh di cangkir kecil berhenti gemetar.Ia perlahan menoleh, dan saat matanya bertemu sosok tinggi yang berdiri di ambang pintu penginapan, seluruh dunia terasa berhenti berputar.Rigen.Dengan rambut sedikit acak, mata merah, dan wajah penuh kecemasan yang belum pernah Ariella lihat sebelumnya. Tubuhnya seperti memikul beban dunia. Tapi tatapannya hanya tertuju padanya—seolah tak ada yang lebih penting di seluruh bumi selain wanita di hadapannya.“Bagaimana kamu tahu aku di sini?” bisik Ariella.Rigen melangkah masuk perlahan. “Aku cari ke mana-mana. Hampir gila karena tak tahu kamu hidup atau…”Ariella mundur satu langkah. “Jangan lanjutkan.”Hening.Angin laut bertiup melalui jendela terbuka. Daun pintu bergoyang pelan, seakan ikut menahan napas.Rigen mengembuskan napas panjang. “Ella… tolong dengarkan aku dulu.”“Aku sudah dengar semuanya,” potong Ariella. “Dari Elis

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   177. Provokasi

    “Kamu benar-benar tinggal di sini sekarang, Ariella? Di tempat sekecil ini?”Suara itu menghantam udara pagi yang sebelumnya tenang di teras penginapan tepi laut tempat Ariella berlindung selama tiga minggu terakhir.Ariella membalikkan badan dengan jantung mencelos. Nafasnya tercekat saat melihat sosok yang paling tak ingin ia temui.Elisabeth berdiri di sana, mengenakan gaun linen putih dan kacamata hitam. Elegan. Angkuh. Tidak tampak seperti seseorang yang mencarimu dari benua lain, tapi lebih seperti pemilik dunia.“Apa yang kamu lakukan di sini?” tanya Ariella dengan suara nyaris serak.Elisabeth membuka kacamata, menatap langsung ke mata Ariella dengan senyum licik. “Menjemputmu pulang, tentu saja. Dunia menunggumu. Atau lebih tepatnya… menungguku.”Ariella memicingkan mata. “Apa maksudmu?”Elisabeth mendekat. Setiap langkahnya seolah menekan dada Ariella makin dalam. Ia berhenti hanya beberapa jengkal di depan, lalu berkata pelan, nyaris seperti bisikan maut:“Aku dan Rigen su

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status