“Maaf saya terlambat. Tadi mobil saya sedikit bermasalah,” ucap seorang wanita muda yang baru saja masuk ke dalam ruangan VIP.
“Akhirnya kamu datang juga, Chelsea. Tante dan Nyonya Lorenzo sudah menunggumu sejak tadi,” sahut Julia yang telah beranjak dari tempat duduknya untuk menyambut kedatangannya.
Wanita muda berpenampilan stylish dengan dress mini yang memperlihatkan sedikit paha mulusnya dan mantel bulu yang melingkar di lehernya itu segera menghampiri Julia dan memberikan salam dengan saling menempelkan pipi kiri dan kanannya.
“Apa mobilmu rusak?” tanya Julia dengan khawatir.
“Iya, Tante. Tiba-tiba saja mati mesin tadi. Jadi saya terpaksa mengurusnya dulu dan naik taksi ke sini,” jawab wanita itu seraya melirik ke arah Nyonya Lorenzo yang sejak tadi memperhatikannya.
Julia pun menyadari bahwa ia belum memperkenalkan keduanya. “Nyonya Lorenzo, ini gadis yang mau saya kenalkan kepa
“Mari kita bersulang dulu, Nyonya Lysander.” Liliana mengangkat gelas kristalnya dan mengajak Julia untuk bersulang bersamanya. Ia mulai merasa segan karena sudah membuat kedua tamunya itu menunggu karena putranya masih belum menunjukkan batang hidungnya di dalam ruangan itu. “Maaf kalau putra saya sudah membuat Anda menunggu terlalu lama,” ucap Liliana dengan memaksakan seulas senyuman di wajahnya. Liliana melirik sang suami yang terlihat tenang meskipun melihatnya telah dipermalukan oleh putra tirinya secara tidak langsung melalui keterlambatannya ini. “Tidak apa-apa, Nyonya Lorenzo. Laki-laki sibuk itu sudah biasa. Suami saya juga sering pulang malam karena sibuk dengan pekerjaannya,” ujar Julia dengan penuh pengertian. Padahal Julia mulai merasa tidak tenang. Ia merasa perjodohan yang akan dilakukan kedua belah pihak sulit untuk dilanjutkan, mengingat tuan muda Lorenzo masih juga belum menampakkan dirinya. Julia melirik Chelsea yang mulai terlihat sedikit kesal karena merasa
“Makanan sudah datang rupanya.” Netra Regis melirik troli yang didorong dua orang juru masak ke dalam ruangan tersebut. Sudut bibirnya menyeringai tipis saat melihat pelayan wanita yang masih berdiri di ambang pintu tersebut. Perhatiannya tertuju pada label nama pada seragam pelayan yang dikenakan wanita itu. ‘Jadi namanya Biana, huh?’ batin Regis seraya mengerutkan keningnya. Nama itu terasa asing di dalam ingatannya, tetapi melihat kewaspadaan yang ditujukan wanita itu padanya, membuat Regis merasa semakin tertarik untuk mengulik lebih jauh tentang wanita itu. Seulas senyuman kembali terbit di bibir pria itu. Ia pun berbalik badan dan melangkah kembali menuju meja perjamuan. “Aroma makanannya ternyata sangat menggugah seleraku,” gumam Regis seraya mengedarkan pandangannya pada hidangan makanan pembuka yang saat ini sedang ditata oleh para koki di atas meja perjamuan. Tanpa mempedulikan pandangan semua orang, Regis mengambil tempat duduk yang kosong di samping ayahnya yang semp
Tanpa menaruh curiga sedikit pun terhadap Chelsea, Amora pun meletakkan semangkuk sup tourin di hadapan wanita itu. Namun, baru saja ia menaruhnya, gelas berisi anggur merah di sisi tangannya terjatuh seketika. Sontak, Amora pun bergegas menarik diri dengan cepat karena terkejut. Padahal ia merasa tidak menyenggol gelas tersebut tadi. Sebelum ia sempat menjelaskannya, satu tuduhan telah diberikan Chelsea untuknya. “Ya ampun. Apa kamu tidak bisa berhati-hati?” hardik Chelsea. Amora tersentak. Ia melihat Chelsea telah beranjak dari tempat duduknya karena khawatir, cairan anggur tersebut mengenai pakaian mahal yang dikenakan wanita itu saat ini. Karena suara lantang Chelsea, kini semua pasang mata telah tertuju pada Amora. Melihat keangkuhan yang terlukis samar di wajah sahabatnya itu, Amora tahu bahwa dirinya telah masuk ke dalam jebakan wanita itu. “Tapi, saya tidak—" “Apa kamu ingin mengatakan kalau kamu tidak sengaja? Bagaimana kalau tadi sup panasnya yang tumpah mengenai kulit
“Apa kamu tidak tahu siapa tamu penting kita malam ini, Amora?!”Bentakan yang terlontar dari bibir Alvin Jones terdengar memenuhi seluruh sudut ruangan. Untung saja saat ini di dalam ruangan VIP tersebut hanya ada Amora dan pria itu saja.Alvin memang sengaja memintanya masuk ke dalam ruangan yang kosong untuk mempertanyakan hal yang terjadi kepada Amora atas kelalaiannya dalam memberikan pelayanan yang memuaskan kepada tamu penting mereka.Tadi Alvin sudah mendapatkan laporan dari Hannah mengenai hal yang terjadi di dalam ruangan. Bukan kepuasan yang diterima tamu VIP mereka, melainkan kekesalan dan juga kekecewaan.Alvin benar-benar tidak menyangka jika Amora akan melakukan kecerobohan seperti itu. Padahal ia sangat mempercayai kinerja wanita itu setelah beberapa kali ia melihat kemampuan dan ketekunan sahabat Biana tersebut setiap kali Amora bekerja sebagai pelayan pengganti.Tidak pernah terpikirkan olehnya jika Amora akan mengecewakannya. Kini Alvin benar-benar menyesal telah me
“Maaf, saya rasa tidak ada yang perlu kita bicarakan, Tuan Muda Lorenzo.” Amora mencoba untuk tidak tergiur dengan hal yang ditawarkan pria asing itu padanya. Ia mengira pria itu memiliki ketertarikan dengannya. Bukan karena Amora merasa terlalu angkuh, tetapi ia tidak tertarik untuk menjalin hubungan dengan pria aneh yang memiliki kesan yang sangat berbahaya. Selain itu, Amora tidak ingin dianggap sebagai seorang wanita yang terlalu mudah didapatkan dengan uang. Aroma musk yang khas dari tubuh pria itu membuat kening Amora mengernyit. Ia merasa pernah mencium aroma yang sama dari seseorang di masa lalu. Namun, sebelum ia sempat menggali lebih jauh ingatannya, suara pria itu kembali terdengar menggelitik indera pendengarannya. “Seratus dolar untuk lima menit.” Amora tercengang. Nominal tersebut sangat besar untuknya dan bisa memenuhi kekurangan dari uang sewa rumahnya! ‘Sial! Apa sekarang aku harus mempertahankan harga diriku? Aku rasa berbicara saja tidak akan merugikan apa pun,
“Sekarang apa yang harus kulakukan pada Biana? Dia pasti akan sangat marah dan kecewa kalau tahu aku sudah menghilangkan pekerjaan pentingnya ini.” Amora bergumam pelan dengan kesedihan yang terlukis di wajahnya. Ia baru saja keluar dari Restoran Baymoon melalui pintu belakang karena khawatir Tuan Muda Lorenzo akan mencarinya. Amora tidak ingin bertemu lagi dengan pria yang sudah mengambil keperawanannya dulu. Meskipun pria itu adalah ayah kandung Rayden, tetapi ia tidak berniat membiarkan pria itu mengetahui bahwa hubungan intim yang telah mereka lakukan tujuh tahun lalu telah membuahkan hasil. Amora juga tidak ingin Rayden mengetahui bahwa ayahnya adalah seorang pembunuh! ‘Pantas saja aku merasa dia mirip dengan seseorang. Ternyata parasnya dan Rayden sangat mirip,’ batin Amora yang berusaha mengingat kembali wajah Regis Lorenzo yang ditemuinya tadi. Putranya dan pria itu memiliki kesamaan di bagian alis, hidung dan bibirnya. Amora berpikir jika semua orang pasti akan langsung
“Apa kamu yang sudah menaruh obat ke dalam minumanku dulu, Chelsea?” selidik Amora yang memulai interogasinya kepada wanita itu. Chelsea tidak menjawab. Ia hanya menarik sedikit sudut bibirnya. “Aku akan menganggapnya sebagai iya,” timpal Amora yang merasa sangat kecewa karena dugaannya ternyata benar. “Lalu, kamu juga yang sudah memberitahu Chris untuk menjemputku di hotel itu, hm?” tanya Amora lagi. Kali ini Amora tidak menunggu jawaban dari Chelsea dan kembali mencecarnya dengan pertanyaan, “Untuk apa kamu melakukan semua itu? Apa aku pernah melakukan hal yang buruk padamu sampai kamu tega melakukan semua ini padaku, hm?” Chelsea menggenggam erat setir kemudinya, kemudian ia menoleh dan berkata dengan nada mengejek, “Kenapa? Merasa tersakiti? Dikhianati?” Tatapan mereka bertemu dengan sorot mata yang beradu dengan penuh kebencian. “Untuk apa kamu melakukannya? Demi uang?” terka Amora lagi. Sebuah alasan klise yang me
“Apa kepala Anda masih terasa sakit, Tuan Muda?”Mark melirik wajah Regis Lorenzo yang terlihat pucat melalui kaca mobil spion tengah mobil yang saat ini dikemudikannya. Sekarang sudah menjelang tengah malam, tetapi tuan mudanya tersebut masih belum berniat kembali ke penthouse-nya.Sudah hampir tiga puluh menit Mark mengendarai mobil tersebut tanpa tujuan. Regis memintanya untuk mengelilingi seluruh jalanan kota untuk menenangkan pikirannya sejenak.Beberapa waktu lalu Mark mendapat panggilan telepon langsung dari tuan mudanya tersebut yang meminta dirinya untuk menjemputnya di Restoran Baymoon. Mark tidak tahu masalah apa yang menimpa tuan mudanya. Padahal sebelumnya pria itu sedang menghadiri acara perjodohan yang diatur oleh nyonya kedua keluarga Lorenzo.“Berhenti, Mark,” titah Regis ketika kendaraan mereka melewati sisi jalan Sungai Hudson.Terlihat sebuah jembatan gantung yang terbuat dari baja kuat yang berada di atas sungai tersebut. Aneka lampu dengan warna dan corak yang in