Virna menoleh kearah jendela dengan pandengan was-was, entah kenapa dia malah merasa kalau ada seseorang yang mengintip dirinya dari balik jendela tadi. Virna akhrinya memutuskan untuk membuka jendelanya karena penasaran. Ketika dia baru saja membukanya dan memang tidak melihat siapapun ditempat ini.
"Mungkin hanya perasaanku saja," gumam Virna yang kini akhrinya menutuskan untuk menutup jendelannya dengan tenang. Mungkin benar itu hanya perasaannya saja dan dia tidak mau ambil pusing tentang hal ini.
Virna melihat kearah kasur yang memang menurut dirinya keras. Maklum saja karena selama ini dia tidur dikasur yang memang terbilang lembut. Sekarang dia tidak bisa tidur dengan nyenyak pake kasur yang keras begini.
Virna mencoba untuk membaringkan badannya diatas kasur. Dia memejamkan matanya dengan sekilas saja. Berharap semuanya akan segara berakhir sesuai dengan keinginan dirinya.
***
Di tempat lain, Windi sedang bersama dengan ibunya. Dia sudah menceritakan apa yang sudah terjadi pada ibunya dengan baik. Apapun yang dia lakukan akan tetap menjadi baik untuk dirinya.
"Aku kesal sama seoarang maid itu, dia belagu sekali mah."
Windi menceritakan itu pada ibunya. Dia hanya ingin memberikan pelajaran pada Virna. Mulani melihat kearah anaknya untuk menangkannya.
"Hanya seorang maid doang sayang, tidak akan menjadi ancaman untuk dirimu. Kamu bisa meminta Randy untuk memecatnya," ucap Mulani mengatakan itu pada anaknya.
Mulani yakin kalau wanita seperti itu mudah dia singkirkan dengan begitu saja. Itu bukan ancaman yang sulit apalagi dia yang memang sudah melakukan apapun dengan licik termasuk menyingkirkan seorang wanita yang dulu dia benci hingga merusak rumah tangganya.
"Masalahnya tidak semudah itu mah. Andai saja mamah tau kalau kemarin Randy terlihat ragu dan berpikir ketika aku yang menyuruh dia untuk memecatnya," ucap Windi yang menceritakan semuanya pada Mulani.
"Selagi bukan ancaman untuk kita yah biarkan saja. Lagian dia hanya seorang maid saja. Bukan apa-apanya dibandingkan dengan kamu yang cantik anak mamah."
Windi tersenyum dengan penuh arti setelah mendengarkan apa yang dikatakan oleh ibunya. Tapi walaupun begitu dia tetap harus waspada. Bagaimana pun caranya dia harus menyelesaikan semuanya dengan baik agar apa yang dia rencanakan bisa berjalan dengan sempurna sesuai dengan keinginan dirinya.
Jika memang ini adalah hal yang terbaik untuk dirinya sekarang maka dia akan melakukan semuanya sesuai dengan harapannya. "Mamah benar, lagian aku lebih cantik dari wanita itu."
"Nah gitu dong Windi, ingat tujuan utama kita untuk mendapatkan harta milik keluarga Gustav. Kamu sudah membuat Randy terperangkap dalam cintamu selanjutnya kamu harus bisa membuat dia menikahi kamu segera mungkin."
"Mamah tenang saja kalau tentang itu, aku tau kalau Randy adalah pria yang gila akan seks, aku bisa menggunakan cara licik ini untuk membuat dia menikah denganku," ucap Windi dengan seringai jahatnya.
Mulani tersenyum dengan penuh arti, anaknya menang sama seperti dirinya. Dia memang sengaja mendidik Windi agar sama seperti dirinya. Dulu dia sudah menghancurkan satu kelurga hingga hancur lebur.
"Jangan sampai kamu kecolongan," Mulani mengatakan itu dengan tersenyum halus saja. Rencana dia akan segara berhasil untuk mendaparkan harta yang sesunguhnya dia miliki.
Randy memperhatikan Virna yang sedang membersihkan semua ruangan. Dia masih merasa curiga dengan Virna dan mulai sekarang Randy sudah bertekad akan terus memata-matai Virna karena dia yakin kalau Virna sedang menyembunyikan sesuatu dari dirinya.Kali ini dia yakin kalau semua yang dia lakukan memang benar adanya sesuai dengan keinginan dirinya. Jika memang ini yang terbaik untuk dirinya maka dia akan melakukan semuanya sesuai dengan keinginan dirinya."Ambilkan saya minum!""Baik Tuan Muda Randy."Virna berjalan dengan begitu saja kearah dapur untuk mengambilkan minum untuk Randy. Entah kenapa Virna merasa kalau Randy terus saja memperhatikan dirinya.Randy melihat kepergian dari Randy, Dia tersenyum dengan penuh arti saja. Semua yang dia lakukan sudah sesuai dengan keinginan dirinya."Kamu gak ke kantor Randy?" tanya Gustv yang kini datang menghampiri anaknya."Sepertinya aku tidak akan ke kantor P
Virna tidak tau harus melakukan apalagi setelah ini. Semua yang dia lakukan harus benar sesuai dengan keinginan dirinya. Mau tidak mau maka dia akan melakukan semuanya sesuatu sesuai dengan keinginan dirinya."Jawab!"Randy sudah menatap Virna dengan tatapan tajamnya. Menunggu wanita itu yang akan mengatakan semuanya padanya. Dia yakin kalau Virna bukan orang yang sembarangan."Saya tidak menyembunyikan apapun!"Virna mengatakan itu dengan penuh keberanian pada Randy. Dia tidak boleh kalah dengan Randy yang kini sudah mulai curiga padanya. Dari mana Randy bisa mengetahui semuanya? Virna harus hati-hati agar semuanya tidak ketahuan.Randy tersenyum dengan seringai dirinya dengan penuh arti. Dia menarik tangan Virna dengan menarik tangannya. Semua yang dia lakukan memang benar adanya sesuai dengan keinginan dirinya."Jangan pernah berbohong padaku!"Randy menatap wanita yang ada di depannya dengan sin
Virna akhirnya memutuskan untuk menghubungi orang kepercayaan dirinya. Setidaknya semuanya aka jadi lebih baik sesuai dengan rencana awalnya."Hallo, aku butuh bantuan dirimu," gumam Virna demgan pelan pada seseorang yang ada di sebrang telepon. Apapun yang dia lakukan saat ini sudah benar sesuai dengan keinginan dirinya akan jadi lebih baik."Butuh bantuan apa?""Kamu harus mencaritahu tentang musuh Gustav selain ayah saja.""Untuk apa?" tanya orang yang ada di sebrang telepon itu dengan pandangan penuh artinya."Randy sudah mulai mencurigai diriku."Virna merasa gelisah karena takut ada orang yang mencurigai dirinya bicara. Jamgan sampai ada yang mendengar pembicaraan dirinya karena ini sangat berbahaya untuk dirinya."Neon Hitansi. Dia juga musuh Gustav, kamu sebut nama itu saja agar Randy percaya.""Terimakasih banyak, kalau begitu sambungan telponnya aku tutup dulu," gumam Virna yang kin
"Kau mengancamku?" Virna menatap Randy dengan pandangan menyelidik. Dia hanya tidak ingin semuanya terjadi. "Tidak, aku tidak sedang mengancam dirimu, aku hanya memberikan penawaran yang istimewa untukmu. Apa kamu mau menerimanya hm?" tanya Randy yang kini tersenyum dengan seringai nakalnya melihat kearah Virna. Tidak ada pilihan lain selain menuruti apa yang diiginkan oleh pria itu. Tapi bagaimana bisa dia menjadi seorang pelacur yang hanya menghangatkan ranjang tuan mudanya. Randy bersidekap dengan angkuh ketika melihat wajah Virna yang nampak kebingungan. Dia hanya tersenyum dengan tidak sabar menunggu jawaban yang akan diberikan oleh wanita itu padanya. Seorang maid mudah saja untuk dia kendalikan, apalagi dengan dirinya yang memang mempunyai kekuasaan yang tidak terhingga. Ini akan memudahkan dia melakukan semuanya. "Kalau aku tidak mau menuruti keinginan dirimu, maka apa yang akan kamu lakukan?
Randy menatap Virna dengan pandangan laparnya. Dia perlahan namun pasti mencoba melepaskan kain baju yang digunakan oleh Virna saat ini.Virna hanya bisa memejamakan matanya, entah keputusan ini benar atau salah untuk dirinya. Dia tidak menyangka kalau semua yang dia lakukan akan jadi lebih rumit lagi.Randy mendekatkan bibrinya pada Virna dengan sekilas. Dia tidak menyangka kalau semuanya akan jadi lebih baik lagi. Randy memperhatikan wajah Virna yang menurut dirinya beda."Kamu terlihat tegang sekali.""Ini yang pertama kalinya," gumam Virna yang mencoba untuk jujur pada Randy. Sebelumnya Virna belum pernah melakukan hubungan yang penuh akan gairah seperti ini.Randy terkejut ketika mendemgar apa yang dikatakan oleh Virna barusan. Dia kira kalau Virna sudah berpengalaman. Padahal waktu pertama kali dia mencium wanita itu, terlihat sekali kalau dia memang profesional."Bagus artinya aku adalah orang yang pertam
Randy mengangkat tangan Virna ke atas kepalanya karena tangan itu yang sudah mengahalangi pemandangan indahnya. Dua gendungan merah jambu yang membuat Randy merasa gemas dan pada akhirnya dia mencoba untuk menikmatinya."Manis," bisik Randy pada telinga Virna ketika dia yang kini sudah tau titik sensitif milik wanita itu. Dia sudah tau di mana letaknya dan dia lebih mudah menggoda Virna sekarang."Lepaskan.""Jangan munafik, aku tau kamu juga menikmatinya kan?""Tidak! Aku menyesal."Virna mengatakan itu membuat Randy kini marah besar padanya. "Terlambat, aku sudah akan menikmati tubuhmu," hardik Randy sambil menatap kearab Virna."Aku mohon, jangan lakukan ini.""Kamu sudah berjanji tadi, ikuti perintahku saja!" ucap Randy yang tidak mau dibantah. Apalagi dengan tubuh polos milik Virna yang kini membuat nafsunya semakin meningkat."Jamgan lakukan itu," mohon Virna yang tidak mumgkin di denga
Randy membuka dua kaki milik Virna dan kembali menindih wanita itu dengan seringai manisnya. Dia memang sengaja melakukan itu untuk membuat ini jadi lebih mudah."Randy.."Virna menyebut nama pria itu ketika benda pustaka milik Randy yang sedang berusaha masuk ke dalam sana dengan perlahan. Luar bisa tidak bisa Virna tahan rasa sakitnya karena ini yang pertama untuk dirinya."Lampiaskan pada punggungku," gumam Randy pada Virna ketika sedang berusaha masuk."Eeugh kau sempit sekali!" lenguh dari bibir Randy yang sedang berusaha masuk ke dalam. Sungguh dia tidak menyangka kalau semuanya akan jadi begini."Ahh sakit..."Virna sampai mengeluarkan air matanya ketika merasakan sakit yang sungguh luar bisa. Dia benar-benar tidak bisa memahan apa yang sudah terjadi saat ini. Dia tidak menyangka kalau pada akhirnya akan jadi lebih rumit lagi. Memberikan kesucian miliknya pada Randy."Tahan sebentar."Randy melihat kear
Gustav sedang berada di kantor milik dirinya. Dia hanya ingin mengetahui kabar dari anaknya. Apalagi dengan laporan anaknya yang waktu itu menceritakan tentang maid. Tidak ada yang tau kalau memang Gustav sudah tau semuanya tentang Virna. Dia hanya belum tau motif wanita itu menjadi seorang maid. Apalagi Virna adalah anak dari almarhum temannya Alexander. "Permisi tuan," seorang pria datang menghampiri Gustav sambil menundukan kepalanya sopan pada Gustav. "Ada berita apa sehinga kamu ingin menemui diriku?" tanya Gustav dengan heran ketika orang kepercayaan rumahnya malah datang ke kantornya. Artinya memang ada sesuatu yang sudah terjadi di rumah. Orang itu tidak mengatakan apapun juga hanya berjalan mendekati Gustav lalu membisikan sesuatu pada pria itu. "Tuan Randy sudah tidur dengan seorang maid." Gustav membulatkan matanya ketika mendengar apa yang sudah terjadi. Dia terkejut ketika anaknya yang nekad tidur d