Virna sedang berada di kamar yang memang sudah disediakan khusus para maid yang memang bekerja ditempat ini. Dia merasa tidak nyaman karena menurutnya kasur ini terlalu keras dibandingkan dengan kasur yang selalu dia gunakan.
"Aku harus terbiasa mulai sekarang," gumam Virna yang kini melihat kearah tempat tidurnya sendiri. Dia melakukan itu semuanya hanya untuk menemukan bukti kalau memang keluarga ini adalah dalang dari semuanya.
Ponsel Virna tiba-tiba berdering malam-malam seperti ini, dia melihat siapa orang yang menghubunginya.
"Hallo, Kenapa?"
"Saya sudah menemukan informasi tentang Windi, dia anak dari Mulani Bitara pemilik PT.Mulani Jaya."
Virna tau PT Mulani jaya itu hampir saja bangkrut dulu, entah kenapa tiba-tiba PT itu kini bisa maju, mungkin ada hubungannya dengan hubungan Windi dengan Randy, pasti keluarga Gustav yang menolong perusahaan itu. Mulani menyembunyikan anaknya dan juga sauminya, sekarang dia sudah tau anak dari Mulani yaitu Windi.
"Kamu benar kan? Windi benar anak Mulani yang belum terekspos oleh media?" tanya Virna memstikan.
"Mulani bulan lalu mengupload foto ulangtahun anaknya. Dia memberitahu pada media kecuali suaminya belum diketahui."
"Sudah aku juga tidak ingin tau kalau tentang itu. Sekarang fokusku hanya pada keluarga Gustav saja. Aku hanya ingin tau tentang Windi karena dia berhubungan dengan Randy anaknya Gustav. Mungkin saja PT.Mulani juga bisa manju sekarang hanya karena suntikan dana dari keluarga Gustav."
"Lalu ada yang bisa aku bantu lagi?"
"Untuk saat ini hanya itu dulu Firman. Nanti aku akan menghubungi kamu lagi kalau ada sesuatu," ucap Virna.
"Baiklah Bu bos. Aku hanya ingin mengingatkan kamu kalau jangan sampai jatuh dengan pesona Randy," ucap Firman mengingatkan Virna.
"Kamu tenang saja kalau itu, aku juga tidak mungkin menaruh hati pada anak dari musuh ayahku sendiri."
Virna mengatakan itu dengan percaya diri, apalagi dia tau sifat Randy yang memang berengsek dan tidak mungkin Virna bisa mudah jatuh hati dengan begitu saja para pria seperti Randy. Virna harus sadar diri tentang hal itu dan dia tidak boleh salah langkah nanti.
"Bagus aku tutup sambungan teleponnya."
Virna menaikkan sebelah alisnya dengan sekilas saja. Dia sudah tau dengan apa yang akan dia ambil selanjutnya. Semuanya harus sudah berjalan sesuai dengan keinginan dirinya agar berjalan lebih baik lagi. Setidaknya apa yang dia inginkan harus sesuai dengan keinginan dirinya.
Tanpa Virna sadari, ada seseorang yang sedang mengintip dia lewat jendela. Dia sedikit mendengarkan apa yang dikatakan oleh Virna barusan. Pria itu langsung mengepalkan tangannya dengan mengeraskan rahangnya. Kali ini dia benar-benar merasa kesal dengan Virna.
"Wanita itu banar-banar tidak beres. Aku harus bertemu dengan Papah sekarang," bantin Randy dalam hatinya.
Randy sebenarnya penasaran dengan apa yang dikatakan oleh Windi tadi. Dia jadi curiga juga kalau Virna menyembunyikan sesuatu dari dirjnya makanya Randy memutuskan untuk mengintip Virna tadi dan mendengarkan pembicaran dirinya dengan seseorang dibalik telepon itu.
Randy berjalam ke tempat di mana Gustav berada. Dia mengetuk pintunya dengan pelan. "Permisi Pah."
"Masuk saja Randy," gumam Gustav pada Randy.
Randy akhirnya memutuskan untuk masuk ke dalam ruangan tempat khusus ayahnya bekerja. Dia berdiri dengan tegak membuat Gustav menatap anaknya dengan heran.
"Tumben sekali kamu datang menemui aku, apa ada hal yang ingin kamu bicarakan?" tabak Gustav pada anaknya.
Randy menganggukan kepalanya pertanda kalau ada hal yang memang harus mereka bicarakan sekarang. Ini mengenai tentang Virna yang memang menyembunyikan rahasia.
"Iya pah, aku ingin membicarkaan tentang maid baru yang bekerja ditempat ini."
"Kenapa dengan dia? Apa dia membuat kekecauan?" tanya Gustav dengan tenang.
"Bukan itu pah, dia adalah seoarang penyusup. Dia bilang kalau dia tidak akan mencintaiku karena aku adalah musuh dari ayahnya."
Gustav yang mendengar itu malah tertawa saja. Seolah menganggap semua ini adalah hal becandaan semata. Randy yang mendengar Gustav tertawa malah merasa kesal.
"Kenapa ayah tertawa?" tanya Randy.
"Apa kamu mencintainya Randy?" tanya balik Gustav yang membuat Randy menaikan sebelah alisnya heran. Kenapa Papahnya mengatakan itu padanya? Sekarang dia malah merasa heran sendiri sekarang.
"Tidak, untuk apa aku mencintainya," ucap Randy.
"Yaudah kalau kamu tidak mencintainya berarti itu bukan ancaman bukan, sudah papah sedang sibuk, lebih baik kamu jangan ganggu ."
"Papah yakin? Dia bisa membuat keluarga kita hancur, aku yakin kalau dia punya niat buruk."
"Papah yakin kalau kamu bisa mengatasinya sendiri, sudah sana pergi," Gustav menggibaskan tangannya mengusir Randy untuk pergi dari ruangannya.
Randy tidak punya pilihan lain, Papahnya sepertinya memang tidak percaya padanya. Randy akan memberikan pelajaran pada wanita bernama Virna itu.
"Lihat saja maid, sebelum kamu menghancurkan keluargaku maka aku yang akan menghancurkan kamu duluan," batin Randy dengan seringai jahatnya.
Virna menoleh kearah jendela dengan pandengan was-was, entah kenapa dia malah merasa kalau ada seseorang yang mengintip dirinya dari balik jendela tadi. Virna akhrinya memutuskan untuk membuka jendelanya karena penasaran. Ketika dia baru saja membukanya dan memang tidak melihat siapapun ditempat ini."Mungkin hanya perasaanku saja," gumam Virna yang kini akhrinya menutuskan untuk menutup jendelannya dengan tenang. Mungkin benar itu hanya perasaannya saja dan dia tidak mau ambil pusing tentang hal ini.Virna melihat kearah kasur yang memang menurut dirinya keras. Maklum saja karena selama ini dia tidur dikasur yang memang terbilang lembut. Sekarang dia tidak bisa tidur dengan nyenyak pake kasur yang keras begini.Virna mencoba untuk membaringkan badannya diatas kasur. Dia memejamkan matanya dengan sekilas saja. Berharap semuanya akan segara berakhir sesuai dengan keinginan dirinya.***Di tempat lain, Windi sedang bersama den
Randy memperhatikan Virna yang sedang membersihkan semua ruangan. Dia masih merasa curiga dengan Virna dan mulai sekarang Randy sudah bertekad akan terus memata-matai Virna karena dia yakin kalau Virna sedang menyembunyikan sesuatu dari dirinya.Kali ini dia yakin kalau semua yang dia lakukan memang benar adanya sesuai dengan keinginan dirinya. Jika memang ini yang terbaik untuk dirinya maka dia akan melakukan semuanya sesuai dengan keinginan dirinya."Ambilkan saya minum!""Baik Tuan Muda Randy."Virna berjalan dengan begitu saja kearah dapur untuk mengambilkan minum untuk Randy. Entah kenapa Virna merasa kalau Randy terus saja memperhatikan dirinya.Randy melihat kepergian dari Randy, Dia tersenyum dengan penuh arti saja. Semua yang dia lakukan sudah sesuai dengan keinginan dirinya."Kamu gak ke kantor Randy?" tanya Gustv yang kini datang menghampiri anaknya."Sepertinya aku tidak akan ke kantor P
Virna tidak tau harus melakukan apalagi setelah ini. Semua yang dia lakukan harus benar sesuai dengan keinginan dirinya. Mau tidak mau maka dia akan melakukan semuanya sesuatu sesuai dengan keinginan dirinya."Jawab!"Randy sudah menatap Virna dengan tatapan tajamnya. Menunggu wanita itu yang akan mengatakan semuanya padanya. Dia yakin kalau Virna bukan orang yang sembarangan."Saya tidak menyembunyikan apapun!"Virna mengatakan itu dengan penuh keberanian pada Randy. Dia tidak boleh kalah dengan Randy yang kini sudah mulai curiga padanya. Dari mana Randy bisa mengetahui semuanya? Virna harus hati-hati agar semuanya tidak ketahuan.Randy tersenyum dengan seringai dirinya dengan penuh arti. Dia menarik tangan Virna dengan menarik tangannya. Semua yang dia lakukan memang benar adanya sesuai dengan keinginan dirinya."Jangan pernah berbohong padaku!"Randy menatap wanita yang ada di depannya dengan sin
Virna akhirnya memutuskan untuk menghubungi orang kepercayaan dirinya. Setidaknya semuanya aka jadi lebih baik sesuai dengan rencana awalnya."Hallo, aku butuh bantuan dirimu," gumam Virna demgan pelan pada seseorang yang ada di sebrang telepon. Apapun yang dia lakukan saat ini sudah benar sesuai dengan keinginan dirinya akan jadi lebih baik."Butuh bantuan apa?""Kamu harus mencaritahu tentang musuh Gustav selain ayah saja.""Untuk apa?" tanya orang yang ada di sebrang telepon itu dengan pandangan penuh artinya."Randy sudah mulai mencurigai diriku."Virna merasa gelisah karena takut ada orang yang mencurigai dirinya bicara. Jamgan sampai ada yang mendengar pembicaraan dirinya karena ini sangat berbahaya untuk dirinya."Neon Hitansi. Dia juga musuh Gustav, kamu sebut nama itu saja agar Randy percaya.""Terimakasih banyak, kalau begitu sambungan telponnya aku tutup dulu," gumam Virna yang kin
"Kau mengancamku?" Virna menatap Randy dengan pandangan menyelidik. Dia hanya tidak ingin semuanya terjadi. "Tidak, aku tidak sedang mengancam dirimu, aku hanya memberikan penawaran yang istimewa untukmu. Apa kamu mau menerimanya hm?" tanya Randy yang kini tersenyum dengan seringai nakalnya melihat kearah Virna. Tidak ada pilihan lain selain menuruti apa yang diiginkan oleh pria itu. Tapi bagaimana bisa dia menjadi seorang pelacur yang hanya menghangatkan ranjang tuan mudanya. Randy bersidekap dengan angkuh ketika melihat wajah Virna yang nampak kebingungan. Dia hanya tersenyum dengan tidak sabar menunggu jawaban yang akan diberikan oleh wanita itu padanya. Seorang maid mudah saja untuk dia kendalikan, apalagi dengan dirinya yang memang mempunyai kekuasaan yang tidak terhingga. Ini akan memudahkan dia melakukan semuanya. "Kalau aku tidak mau menuruti keinginan dirimu, maka apa yang akan kamu lakukan?
Randy menatap Virna dengan pandangan laparnya. Dia perlahan namun pasti mencoba melepaskan kain baju yang digunakan oleh Virna saat ini.Virna hanya bisa memejamakan matanya, entah keputusan ini benar atau salah untuk dirinya. Dia tidak menyangka kalau semua yang dia lakukan akan jadi lebih rumit lagi.Randy mendekatkan bibrinya pada Virna dengan sekilas. Dia tidak menyangka kalau semuanya akan jadi lebih baik lagi. Randy memperhatikan wajah Virna yang menurut dirinya beda."Kamu terlihat tegang sekali.""Ini yang pertama kalinya," gumam Virna yang mencoba untuk jujur pada Randy. Sebelumnya Virna belum pernah melakukan hubungan yang penuh akan gairah seperti ini.Randy terkejut ketika mendemgar apa yang dikatakan oleh Virna barusan. Dia kira kalau Virna sudah berpengalaman. Padahal waktu pertama kali dia mencium wanita itu, terlihat sekali kalau dia memang profesional."Bagus artinya aku adalah orang yang pertam
Randy mengangkat tangan Virna ke atas kepalanya karena tangan itu yang sudah mengahalangi pemandangan indahnya. Dua gendungan merah jambu yang membuat Randy merasa gemas dan pada akhirnya dia mencoba untuk menikmatinya."Manis," bisik Randy pada telinga Virna ketika dia yang kini sudah tau titik sensitif milik wanita itu. Dia sudah tau di mana letaknya dan dia lebih mudah menggoda Virna sekarang."Lepaskan.""Jangan munafik, aku tau kamu juga menikmatinya kan?""Tidak! Aku menyesal."Virna mengatakan itu membuat Randy kini marah besar padanya. "Terlambat, aku sudah akan menikmati tubuhmu," hardik Randy sambil menatap kearab Virna."Aku mohon, jangan lakukan ini.""Kamu sudah berjanji tadi, ikuti perintahku saja!" ucap Randy yang tidak mau dibantah. Apalagi dengan tubuh polos milik Virna yang kini membuat nafsunya semakin meningkat."Jamgan lakukan itu," mohon Virna yang tidak mumgkin di denga
Randy membuka dua kaki milik Virna dan kembali menindih wanita itu dengan seringai manisnya. Dia memang sengaja melakukan itu untuk membuat ini jadi lebih mudah."Randy.."Virna menyebut nama pria itu ketika benda pustaka milik Randy yang sedang berusaha masuk ke dalam sana dengan perlahan. Luar bisa tidak bisa Virna tahan rasa sakitnya karena ini yang pertama untuk dirinya."Lampiaskan pada punggungku," gumam Randy pada Virna ketika sedang berusaha masuk."Eeugh kau sempit sekali!" lenguh dari bibir Randy yang sedang berusaha masuk ke dalam. Sungguh dia tidak menyangka kalau semuanya akan jadi begini."Ahh sakit..."Virna sampai mengeluarkan air matanya ketika merasakan sakit yang sungguh luar bisa. Dia benar-benar tidak bisa memahan apa yang sudah terjadi saat ini. Dia tidak menyangka kalau pada akhirnya akan jadi lebih rumit lagi. Memberikan kesucian miliknya pada Randy."Tahan sebentar."Randy melihat kear