Dua orang pengawal Aurora bersiap menyeret paksa Bella dan Emma yang tengah duduk bersebelahan di semak-semak. Sedangkan Emma segera beranjak berdiri sembari merentangkan kedua tangan untuk melindungi Bella, "Hentikan! Kami bukan pencuri." Emma membuka pita jaring yang menutupi wajahnya, "Aku pelayan di kediaman ini. Dan yang hendak kalian tangkap adalah putri kandung pertama dari Duke Marthin. Apa kalian berani menyentuh Lady?"
Dua pengawal itu sontak terkesiap dan seketika mengurungkan niatnya untuk melangkah maju. Begitu juga dengan Aurora dan Pangeran Alex yang seketika mengarahkan pandangan menatap Bella yang masih terduduk dengan pakaian seorang pria lengkap dengan topi fedora dan kumis di atas mulutnya.
Bella menghela napas jengah sebelum akhirnya beranjak berdiri. Di detik berikutnya, gadis itu membuka topi fedora di pucuk kepala dan langsung menjatuhkan surai cokelatnya yang sebelumnya tersembunyi. Ia juga melepas kumis palsu di atas mulutnya. Penyamaran
Emma berada di dalam sebuah ruangan dapur yang sepi dan gelap. Gadis mungil itu berlutut di hadapan seorang wanita yang menatapnya dengan tajam. Wanita itu melipat kedua tangan di depan dada dengan sebelah tangan yang terselip cambuk hitam berbahan kulit kuda nil yang menjuntai ke bawah. Tentu saja wanita itu adalah kepala pelayan—Dorothy—yang sedang bersiap menghukum Emma."Ck! Berbalik dan perlihatkan betismu!" Dorothy berucap dingin dengan seringai miring yang tersempil di bibirnya.Tubuh Emma yang sedang berlutut tanpa sadar bergetar tak terkendali. Gadis itu tetap menunduk dan tidak segera berbalik dengan bibir terkatup rapat seiring jarum jam antik yang berdetak di ruang dapur tersebut. Sementara Dorothy menukikkan sebelah alis kala melihat Emma yang hanya diam saja."Apa kau tidak mendengarku? Lima kali cambukan kurasa pantas untukmu."Emma menelan ludah yang terasa serat, "A-apakah hukuman itu tidak terlalu berlebihan, Kepala Pelayan?
Bella mengoleskan salep di betis Emma yang sedang tidur tengkurap. Emma meringis perih kala jemari lentik Bella yang terlumuri oleh benda berbentuk gel itu menyentuh permukaan kulitnya. Sekujur tubuh gadis mungil itu masih tergigil kesakitan dengan wajah memucat.Sedangkan Anna yang berdiri di belakang Bella ikut meringis perih kala mendengar rintihan Emma, "Ehm ... biar saya saja yang melakukan semuanya, Lady. Tidak baik jika Anda berlama-lama di tempat seperti ini," sahut Anna yang ingin menggantikan Bella untuk merawat Emma. "M-maaf, saya hanya tidak ingin ada rumor buruk yang tersebar sebelum satu minggu keberangkatan Anda ke istana. Saya tidak memiliki maksud lain, Lady."Pelayan suruhan Duke Marthin itu sedang menjalankan tugas untuk selalu menjaga dan mengawasi Bella agar tidak terjadi masalah ataupun rumor tidak menyenangkan yang bisa tersebar selama satu minggu ini.Bella menghela napas panjang, "Tidak perlu, Anna. Jika kau begitu mengkhawatirkank
Pria itu menukikkan sebelah alis mendengar kalimat berani yang keluar dari mulut gadis kecil yang baru saja menimpuk kepala botaknya dengan batu. Wajahnya berubah merah menahan amarah. Namun, sejenak ia mengamati penampilan gadis kecil pemberani itu dari ujung kepala hingga ujung kaki.Dengan gaun mewah bawahan mengembang berwarna kuning cerah, pita cantik berhias permata di rambut cokelatnya yang tertata indah, serta sepasang sepatu mahal yang ada di kakinya, tentu saja gadis itu bukan rakyat biasa. Lebih terlihat seperti seorang putri bangsawan. Ya, gadis kecil itu adalah Bella.Seringai miring seketika terbit di bibir si pria botak, "Mengapa aku merebut uang miliknya katamu?" Pria itu mengulang pertanyaan Bella sembari berdecak, "Karena aku ingin. Dan kini, aku juga akan merebut apa yang kau punya. Cepat berikan aku banyak koin emas, gadis kecil! Kau pasti memilikinya bukan?" pintanya sembari membungkukkan tubuh untuk menyejajarkan tubuh di hadapan Bella semba
Tanpa terasa, satu minggu telah berlalu. Hari ini adalah saatnya, yaitu hari keberangkatan Bella menuju istana Kekaisaran Aldovia. Dua buah kereta kuda sedang dipersiapkan. Satu kereta kuda untuk membawa barang-barang yang akan dibawa, dan satu kereta kuda utama yang akan membawa Bella.Ya, Bella memutuskan untuk pergi sendiri dan tidak membawa pelayan dari kediaman Duke Marthin. Padahal, Emma tiada henti terus merengek, merangsek, dan memaksa Bella agar bisa ikut. Namun, Bella tetap dengan tegas menolaknya. Gadis itu terlalu enggan untuk membahayakan nyawa orang lain. Sebab, tidak ada yang tahu bahaya apa saja yang akan menyambut Bella di istana.Bella kini tengah berjalan di lorong mansion untuk menuju kereta kuda setelah berpamitan dengan Liliana. Dengan gaun berwarna soft green, Bella memasang wajah datar sembari berjalan dengan elegan melewati taman. Namun, di taman ia menemui sosok yang tentu tidak ingin ia temui. Dia adalah Aurora yang sedang berjalan-jala
Emma kini berjalan di belakang Bella, masih dengan penampilan acakadul. Rambutnya yang pendek masih terlihat seperti brokoli karena tidak sedikit helaian-helaian yang berdiri. Sementara di depan Bella, terdapat seorang gadis muda yang tampak cukup cantik dengan balutan gaun pelayan istana. Dia adalah seorang dayang istana yang ditugaskan untuk melayani Bella, Carla Marina."Ini adalah kamar yang telah dipersiapkan untuk Anda, Lady Bella." Carla menunjuk salah satu kamar mewah nan megah yang ada di paviliun istana. Gadis itu kemudian mengulurkan jemarinya untuk membukakan pintu. Setelah pintu terbuka, ia segera meminggirkan tubuh untuk mempersilakan Bella masuk.Bella melangkah sembari mengedarkan pandangan. Begitu juga dengan Emma yang berjalan di belakang Bella. Sebuah ruangan yang terlihat lebih megah dan lebih mewah dari kamar yang ada di kediaman Duke Marthin kini terlihat di depan mata.Bella kemudian mengangguk-angguk kecil sembari berjalan pelan dan
Sore hari di istana Kekaisaran Aldovia. Bella tengah berjalan di taman depan paviliun yang disediakan untuknya dengan gaun putih berenda berhiaskan pita bulat dengan mutiara di bagian tengahnya. Pita tersebut menghiasi rambut cokelat Bella yang dikepang dengan volume cukup renggang. Kini, Bella usai berkeliling istana dan ingin menghirup udara segar yang ada di taman.Sementara di belakang Bella, terdapat Clara yang ikut berjalan untuk mendampingi sekaligus memberitahukan tempat-tempat penting di istana yang harus diketahui Bella. Di sebelah Clara juga terdapat Emma yang berjalan di belakang Bella sembari merentangkan payung untuk melindungi sang putri dari teriknya siang hari kala mereka berjalan-jalan sebelumnya."Sepertinya beristirahat sebentar sambil minum secangkir teh akan menyenangkan," cetus Bella sembari menoleh ke belakang menatap Emma dan Clara.Clara mengangguk, "Baik, Putri. Saya akan menunjukkan meja taman yang biasa digunakan untuk be
Brukh!Bella terjatuh dari atas pohon dengan posisi tubuh tertelungkup. Oh, miris sekali! Pemandangan mengejutkan itu seketika singgah di depan mata pria yang tiba-tiba memekik dan mengagetkan Bella sebelumnya.Namun, suara kekehan justru lolos dari mulut pria tersebut. Ya, pria itu justru terkekeh geli melihat Bella terjatuh dengan posisi menyedihkan bagai seekor cicak tengkurap. Mendengar kekehan yang menggelegar, tentu terasa begitu menyebalkan bagi Bella.Dengan rahang mengetat, Bella mengangkat kepala cantiknya dan menatap tajam pada pria yang sedang tertawa di atas penderitaannya. Pria itu adalah Pangeran Stefan, Pangeran ketiga di Kekaisaran Aldovia.Beranjak berdiri, Bella memasang wajah ditekuk sembari menepuk-nepuk bawahan gaun mengembang dengan kedua telapak tangannya. Tanah dan daun kering menempel cukup banyak di gaun putih yang dikenakan gadis tersebut.Masih dengan wajah bersungut-sungut, Bella menoleh ke arah Pangeran St
"Tentu saja jawabannya adalah iya, Lady. Seorang pria berjubah hitam dan berada di sekitar istana, siapa lagi pria itu jika bukan Pangeran kedua? Dia adalah kakakku." Pangeran Stefan menjawab masih dengan tubuh mematung dan bola mata tertuju pada seorang Pangeran berjubah hitam yang tengah berdiri dan menatapnya dari kejauhan."Apakah dia sekarang akan membunuhku karena berpikir aku akan kabur bersama Anda, Pangeran? Bagaimana jika dia berpikiran pendek dan mengira aku sedang berselingkuh dengan Adiknya?" celetuk Bella melontarkan pertanyaan konyol masih dengan bergumam lirih dan pandangan tertuju pada pria berjubah hitam yang memancarkan aura dingin dan suram di sana.Pangeran Stefan mengernyit dan seketika menoleh ke arah Bella, "Apa yang sedang kau katakan, Lady?"Di detik berikutnya, Pangeran Glenrhys justru membalik tubuh dan melenggang pergi. Ya, Pangeran itu pergi meninggalkan Pangeran Stefan dan Bella yang masih memaku dengan keterkejutannya. Bella menge