Home / Romansa / Gairah Cinta Kakakku / 121. Satu kali kesempatan

Share

121. Satu kali kesempatan

Author: Rossy Dildara
last update Last Updated: 2025-10-11 22:42:55
"A-apa ini artinya kalian sudah merestui hubunganku dengan Silvi?" tanya Juna, sedikit terbata karena masih belum sepenuhnya percaya dengan apa yang sedang terjadi. Ada keraguan yang tersirat dalam suaranya, seolah takut jika ini hanyalah mimpi belaka.

"Tentu saja," jawab mereka bertiga dengan kompak, serentak mengangguk mantap. Jawaban itu bagaikan oase di tengah gurun pasir, menyejukkan hati Juna yang selama ini merindukan restu dari keluarga.

Mata Papa Dono pun terjatuh pada Silvi yang terlelap tidur dengan tenang di ranjang rumah. Wajahnya tampak damai.

"Papa harap... kamu dan Silvi bisa memaafkan kami," ucap Papa Dono dengan suara bergetar, penuh penyesalan yang mendalam. "Memberikan kami satu kali kesempatan untuk memperbaiki diri. Kami benar-benar mengakui dan menyesali, bahwa apa yang telah kami lakukan selama ini benar-benar hal yang bukan mencerminkan orang tua yang baik." Air mata mulai menggenang di pelupuk matanya, mencerminkan kesedihan dan penyesalan yang tak terhingg
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Rossy Dildara
udah aku revisi dari pagi tapi belum lolos kak🥲
goodnovel comment avatar
asna hayisa
kok double kak ?
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Gairah Cinta Kakakku   134. Terimalah Juna dan Silvi kembali

    "Kalau sekarang sih Papi memang bersih orangnya, tapi dulu pas masih sekolah... Papi kutuan, Mel, dan itu banyak banget," timpal Mami Nissa, suaranya pelan namun jelas."Kutuan??" Mata Melati membulat, ekspresi wajahnya berubah menjadi jijik yang kentara. "Masa sih, Mi? Mami pasti bohong, kan?" tanyanya, nada suaranya meninggi, tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya."Mami serius. Kamu 'kan tau kalau Mami dan Papi dulunya sekolah di SMA yang sama," jawab Mami Nissa, berusaha meyakinkan Melati."Cuma bedanya, Mamimu itu orangnya pinter dan sering juara kelas. Nggak kayak Papimu yang memang bodoh dari lahir," sahut Opa Angga dengan nada mengejek, menyiratkan kebencian yang mendalam."Ih Opa nggak boleh ngomong kayak gitu! Gitu-gitu juga menantu Opa," tegur Melati yang tampak masih memihak pada Papi Tian, meskipun hatinya mulai dipenuhi keraguan. "Dan itu juga masa lalu ... kalau sekarang sih Papi 'kan nggak kutuan," tambahnya, berusaha membela sang ayah."Sekarang memang engg

  • Gairah Cinta Kakakku   133. CCTV rusak

    "Silakan cek saja," ucap Opa Angga, nada suaranya datar dan tenang, seolah tak terusik sedikit pun. "Tapi... kebetulan CCTV di rumahku rusak sejak seminggu yang lalu.""Rusak??" Kedua polisi itu berujar bersamaan, nada suara mereka mencerminkan kekecewaan. Mereka saling memandang, seolah sedang berkomunikasi tanpa kata.Padahal, rekaman CCTV di rumah itu adalah satu-satunya bukti yang bisa mereka dapatkan untuk memastikan apakah laporan Melati bisa dipercaya atau tidak, mengingat CCTV di rumah Papi Tian pun mengalami kerusakan misterius."Apa Opa sengaja merusak CCTV?" tuduh Melati, tatapannya tajam menusuk Opa Angga."Pertanyaan macam apa itu? Kamu ini ada-ada saja, untuk apa Opa merusak CCTV," jawab Opa Angga, sambil terkekeh pelan, merasa lucu dengan tuduhan Melati yang menurutnya tak berdasar."Bisa saja Opa memang sengaja menutupinya, karena takut kedua anak Opa masuk penjara," balas Melati, suaranya meninggi."Mel, jaga bicaramu!" tegas Mami Nissa menyela, suaranya bergetar. Dia

  • Gairah Cinta Kakakku   132. Ikut bersekongkol

    Mami Nissa mengangguk lesu. Dia menjatuhkan diri di sofa, di sisi sang papa. "Sudah, Pa," jawabnya lirih. Ada jeda sebelum dia melanjutkan, mencoba mengalihkan perhatian dari masalahnya sendiri. "Oh ya, bagaimana si Juna dan Silvi? Rumah yang aku belikan mereka suka nggak, Pa?"Rumah itu adalah bentuk penebusan dosa Mami Nissa.Dia bersikeras pada Opa Angga untuk mengizinkannya membelikan rumah untuk Juna dan Silvi. Namun, dia meminta dengan sangat agar sang Papa merahasiakan keterlibatannya. Dia ingin Juna percaya bahwa rumah itu adalah pemberian dari Opa Angga, khawatir putranya akan menolak jika tahu itu darinya."Kalau Juna sih suka, memang sesuai yang dia inginkan, nggak terlalu besar. Tapi dia menolak kalau Papa memberikannya secara cuma-cuma, Nis. Dia maunya dicicil," jawab Opa Angga, sedikit kesal."Lho, kok gitu sih, Pa?" Mami Nissa mengerutkan keningnya, heran."Juna memang sekarang begitu, Nis. Bahkan sebelum Silvi ketahuan ham

  • Gairah Cinta Kakakku   131. Asalkan bersama Kakak

    "Rumah ini Kakak beli secara nyicil sama Opa, Dek. Sebenarnya... Opa pengennya ngasih, cuma Kakak yang nolak. Kakak juga sengaja milih rumah yang nggak terlalu gede, karena selain lebih murah... rumah terlalu besar juga mengkhawatirkan, apalagi kalau cuma kita berdua yang tinggal di sini," jawab Juna, menjelaskan dengan sabar sambil menggenggam tangan Silvi erat. Dia ingin Silvi tahu bahwa keputusan ini diambil dengan pertimbangan matang. "Mengkhawatirkan kenapa, Kak?" Dahi Silvi tampak berkerut, merasa bingung dengan jawaban Juna. Dia mencoba mencerna setiap kata yang diucapkan suaminya. Perlahan, dia mengusap perutnya yang masih rata. "Bukankah sebentar lagi rumah ini akan ada anggota baru? Calon anak kita?" tanyanya dengan nada lembut, membayangkan kehadiran sang buah hati yang akan meramaikan rumah mereka. "Iya, sebentar lagi akan ada calon anak kita. Yang Kakak maksud mengkhawatirkan itu sekarang. Sekarang 'kan kamu dalam keadaan hamil, kalau rumah besar pasti bertingkat dan pa

  • Gairah Cinta Kakakku   130. Tempat tinggal baru

    "Papa tau luka yang Papa dan Mama torehkan padamu terlalu dalam untuk disembuhkan dalam waktu singkat. Tapi Papa mohon ...." Suaranya tercekat, air mata mulai menggenang di pelupuk mata. "Berikan kami kesempatan untuk membuktikan bahwa kami pantas mendapatkan maafmu. Biarkan kami menebus semua kesalahan kami, dan membuatmu bahagia kembali." Papa Dono kembali meraih tangan Silvi, menggenggamnya erat. "Katakan pada Papa, Sayang... Apa yang harus Papa dan Mama lakukan supaya kamu bisa memaafkan kami? Sebutkan saja, apapun itu ...." Nada suaranya putus asa, air matanya kini mengalir deras membasahi pipi. "Apapun akan kami lakukan untukmu, asal kamu bisa memaafkan kami," pintanya, hatinya hancur berkeping-keping melihat tatapan kosong putrinya. Dia rela melakukan apapun, bahkan jika itu berarti mengorbankan harga dirinya, asalkan bisa mendapatkan maaf dari Silvi. Silvi diam membisu, tubuhnya terasa kaku. Pikirannya kosong, hampa.

  • Gairah Cinta Kakakku   129. satu kali kesempatan

    "Sebenarnya... aku ingin memberikan apel ini untuk Pap—eh, maksudku, untuk Pak Tian," koreksi Juna dengan sedikit gagap, rona merah muda menjalar di pipinya. "Tapi, aku merasa lebih nyaman kalau Suster yang memberikannya."Suster itu mengangkat alis, tatapannya menyelidik, seolah berusaha membaca pikiran Juna. "Memangnya kenapa kalau Mas sendiri yang memberikan? Apa ada masalah tersembunyi?" tanyanya dengan nada lembut namun menusuk, mencoba mengorek lebih dalam alasan di balik permintaan aneh Juna. Juna menggeleng cepat, kedua tangannya bergerak gelisah. "Nggak ada masalah apa-apa kok, Sus. Sungguh! Cuma ... aku nggak berani, soalnya Pak Tian ini orangnya agak galak."Suster itu menghela napas pelan, menimbang-nimbang sejenak. Di wajahnya tergambar keraguan, namun kemudian luluh melihat Juna yang menatapnya penuh permohonan. "Ya sudah, saya bersedia membantu. Mana buahnya? Biar saya berikan langsung ke dalam," ujarnya sambil mengulurkan tangannya, senyum tipis menghiasi bibirnya."I

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status