Home / Romansa / Gairah Cinta Kakakku / 76. Ikhlaskan saja

Share

76. Ikhlaskan saja

Author: Rossy Dildara
last update Last Updated: 2025-09-09 13:00:49

Sebelumnya....

(POV Juna)

Dari sekian banyaknya kata-kata yang Papi ucapkan malam ini, kalimat terakhirnya lah yang sungguh menghantamku, meremukkan hatiku hingga berkeping-keping.

"Mulai sekarang... kamu dan Silvi bukan lagi anak Papi dan Mami! Juga bukan keluarga Papa Dono dan Mama Della! Enyahlah dari hadapanku!!"

Aku tidak menyangka, hanya karena aku menolak untuk menikahi Friska, dia dengan teganya memutuskan hubungan.

Selama ini, setelah semua suka duka yang telah kami lalui bersama, kurasa hubungan kami begitu istimewa, tak tergantikan oleh apapun. Tapi nyatanya aku salah besar.

Sepertinya aku terlalu mengagungkannya, menempatkannya di atas singgasana yang terlalu tinggi, hingga dia bertindak diluar batas kemanusiaan. Aku dibutakan oleh rasa sayang, hingga tak menyadari sisi gelapnya.

Tapi apa boleh buat, nasi sudah menjadi bubur. Aku sudah memutuskan untuk bersama Silvi,
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Gairah Cinta Kakakku   85. Hidup susah

    Setelah ketiganya masuk bersama ke dalam mobil dan meninggalkan rumah mewah itu, Om Steven mengutarakan rencana barunya, yang intinya adalah:"Dengan begini, kita nggak perlu susah payah cari mereka, jadi biar mereka sendiri yang pulang dan datang ke rumah Papa.""Tapi apa nggak apa-apa? Papa takut nantinya jadi kenyataan, Stev," ucap Opa Angga, merasa ragu sekaligus takut."Insya Allah enggak, Pa. Papa jangan khawatir," kata Om Steven dengan yakin. Keduanya pun mengangguk, tanda telah sepakat.***Juna memasuki ruangan dengan langkah berat bersama Silvi, menyeret dua koper besar di belakangnya. Wajahnya tampak ragu, matanya menyapu sekeliling rumah kontrakan yang sederhana, yang kosong melompong.Dindingnya bercat putih pucat yang mulai mengelupas di beberapa bagian, lantainya keramik usang dengan motif yang sudah tak jelas, dan hanya ada satu jendela kecil yang menghadap ke depan. Rumah kontrakan ini, akan menjadi tempat tinggal mereka yang baru."Dek ... kamu yakin mau tinggal di r

  • Gairah Cinta Kakakku   84. Harus pulang ke rumah Papa!

    "Maaf, Pak. Bu Nissa nggak ada di ruangannya." Seorang pria berkemeja rapi, dengan nama berkilauan di dadanya, mendekat dengan langkah cepat namun tetap sopan.Dia adalah manager di restoran itu, orang kepercayaan Mami Nissa yang selalu sigap dalam melayani kebutuhan pelanggannya."Nissa belum ke sini?" tanya Opa Angga, nada suaranya menunjukkan kekecewaan yang mendalam."Betul, Pak." Pria itu mengangguk."Coba kamu telepon dia, tanyakan dia ada di mana sekarang." Opa Angga memerintah, berharap manager itu bisa menjadi jembatan untuk menghubunginya dengan sang putri."Maaf, Pak. Saya nggak enak, takut mengganggu Bu Nissa," jawab Manager itu menolak dengan halus. Dia tahu betul betapa sibuknya Mami Nissa, dan tidak ingin mengganggu waktu berharganya kecuali dalam keadaan mendesak."CK!" Opa Angga berdecak kesal. Jika saja Mami Nissa semudah itu dihubungi, dia tidak akan meminta pria itu untuk melakukannya. Rasa frustrasinya semakin memuncak, merasa seperti terhalang oleh tembok yang ta

  • Gairah Cinta Kakakku   83. 100 juta

    Juna langsung tersenyum lebar, sebuah senyum penuh kepalsuan yang dia paksakan."Tentu saja semuanya baik, Bu. Silvi bahagia sekarang.""Syukurlah ...." Bu Wiwik menghela napas panjang, merasa lega, bahunya sedikit mengendur. "Ibu ikut senang mendengarnya. Ya sudah, sana gih mandi, terus sarapan bareng Silvi.""Iya, Bu." Juna mengangguk, segera bangkit dari kursi, merasa sedikit terbebani namun juga lega karena berhasil mengelabui Bu Wiwik. Dia lalu melangkah menuju kamar mandi dan masuk ke dalamnya, menutup pintu di belakangnya.**Selesai sarapan, mereka bergegas pergi bersama untuk menemui Baim.Om Ihsan juga sudah mengabari lewat Bu Wiwik, menyampaikan kabar baik bahwa mobil Juna telah selesai diservise.Juna berencana, setelah urusannya dengan Baim selesai, dia akan langsung menuju bengkel untuk mengambil mobilnya, sekaligus mengembalikan mobil Om Ihsan. Sebuah perasaan lega menyelinap di benaknya, setidaknya satu m

  • Gairah Cinta Kakakku   82. Hidup mandiri

    Juna menerima amplop tersebut dengan tangan gemetar, lalu membukanya perlahan, jantungnya berdebar tak karuan. Sontak, matanya membulat sempurna, pupilnya melebar, lantaran melihat isinya adalah beberapa lembar uang seratus ribuan yang tersusun rapi, jumlahnya sangat banyak. Sebuah kebingungan melanda benaknya. Namun, di antara tumpukan uang itu, ada selembar surat yang terlipat rapi. Dengan rasa penasaran yang memuncak, Juna langsung membuka lipatan surat tersebut. Ternyata itu adalah tulisan tangan, bukan ketikan mesin. Silvi juga ikut melihat dari dekat. [Pakai uang ini untuk biaya hidup kalian. Gunakan sebaik-baiknya.] Mata Silvi membulat, mulutnya sedikit terbuka karena terkejut. "Apa maksudnya uang ini untuk kita? Tapi siapa yang kasih, nggak mungkin Papi 'kan, Kak?" tanya Silvi, menatap Juna dengan tatapan bingung sekaligus penasaran, dahinya berkerut dalam. Juna mengamati tulisan tangan itu dengan seksama, berusaha mengingat-ingat. "Dari tulisan tangannya sih Kakak h

  • Gairah Cinta Kakakku   81. Amplop cokelat

    "Kamu serius? Tapi air kencing siapa, Stev?" tanya Opa Angga, kerut di dahinya semakin dalam. Dia mencondongkan tubuh ke depan, berusaha memastikan pendengarannya tidak salah menangkap ucapan putranya."Akulah, siapa lagi?" jawab Om Steven dengan nada enteng, menyeringai lebar."Tapi kenapa harus dicekoki air kencing segala, Stev? Manfaatnya apa?" Opa Angga merasa tidak paham dengan jalan pikiran putranya. Alasan Om Steven ingin melakukan hal menjijikkan itu terdengar konyol dan tidak masuk akal. "Apa nggak ada cara lain yang lebih beradab?""Aku sudah terlanjur kesel banget sama dia, Pa. Keselnya sudah sampai ubun-ubun. Jadi aku rasa... dengan mencekokinya air kencingku, itu akan memberinya pelajaran yang setimpal dan efek jera yang permanen. Biar dia ingat seumur hidupnya," jawab Om Steven dengan nada penuh dendam."Kalau sampai dia keracunan terus mati gimana?" Opa Angga bertanya dengan nada khawatir. Dia membayangkan skenario terburuk yang mun

  • Gairah Cinta Kakakku   80. Air kencing

    (POV Author) Sinar mentari pagi menerobos masuk. Haru telah berganti. "Astaghfirullah!!" Opa Angga tersentak dari tidurnya, matanya mengerjap-ngerjap linglung. Istighfar lolos dari bibirnya saat menyadari tubuhnya masih terbaring di sofa kamarnya. Semalaman dia terlelap di sini. Dengan gerakan kaku, diraihnya ponsel di atas meja. Layar menampilkan puluhan panggilan tak terjawab dari Om Steven. "Sial!" gerutu Opa Angga. Pasti Om Steven ingin melaporkan perkembangan soal perintahnya semalam. Bodohnya, dia malah ketiduran saat menunggu kabar. Mungkin efek samping obat encok yang diminumnya sebelum tidur. Obat itu membuat dia terlelap tanpa sadar, mengalahkan rasa penasarannya. "Aku harus segera menelepon balik Steven." Jari Opa Angga sudah bergerak untuk mencari nama anaknya di daftar kontak. "Eh, Papa sudah bangun?" tanya Oma Sindi tiba-tiba. Wanita tua itu muncul dari balik pintu kamar mandi, se

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status