Home / Romansa / Gairah Cinta Om Mafia / Bab 6 # Oral Job

Share

Bab 6 # Oral Job

Author: De Lilah
last update Last Updated: 2023-06-19 08:44:25

Seorang pelayan yang terkejut melihat salah satu majikannya memuntahkan darah.

Segera, Venn memanggil seseorang untuk membantu Arren yang terkapar tak berdaya. "Panggil dokter!" teriaknya berpura-pura panik. Hanya satu pelayan yang tahu bahwa itu adalah tipu muslihat dari Venn, sedangkan pelayan yang lain bahkan tidak berani untuk berpikir ke arah sana.

Tak lama kemudian, Dokter pribadi Leon berlari ke dalam rumah kaca. "Ada apa ini?" tanya dokter dengan cepat, sambil memeriksa tanda vital pasien.

"Dia tiba-tiba muntah darah dan pingsan," ucap Venn, yang sebelumnya telah menyuntikkan zat halusinogen agar Arren tidak bisa mengingat kejadian sebelumnya dengan jelas.

Dokter itu tampak panik karena menemukan tanda-tanda keracunan pada tubuh Arren. "Pindahkan dia ke kamar!" perintah sang dokter kepada para pengawal yang tadi ikut mengiringinya.

Para pengawal dengan cepat membawa nona yang tak sadarkan diri itu kembali ke kamarnya di lantai tiga. Dokter segera memberikan pertolongan pertama yang bisa ia lakukan, namun, sayangnya, tidak ada cara yang lebih efektif selain ekstraksi racun melalui metode oral.

"Bagaimana ini, jika saya yang melakukannya, tidak ada yang memberikan tindakan pencegahan setelahnya," gumam sang dokter bingung. Ia mencoba mencari jalan keluar, dan kemudian ia melihat beberapa pengawal yang mungkin memiliki kekebalan terhadap racun.

"Apakah kalian pernah mencoba metode kebal racun? Racun ini sangat mematikan! Cepat jawab!" tanya dokter cemas.

"Maaf, rekan kami yang memiliki kekebalan itu sedang cuti hari ini karena istrinya melahirkan," sahut salah satu pengawal dengan tegas. Sang Dokter mulai gelisah. Bagaimana jika ia tidak tahan terhadap racun yang diekstraksi? Bukan hanya nyawanya yang terancam, tetapi juga nyawa Nona Arren.

Di tengah kebingungannya, Leon tiba-tiba mendobrak pintu kamar Arren dengan langkah tergesa.

"Ada apa ini? Kenapa semua orang berkumpul di kamar Arren?" tanya Leon penasaran. Ia baru saja pulang dari inspeksi rutin di salah satu kelab yang dekat dengan Pulau Lesea. Kelab itu mengalami serangan misterius semalam, dan Leon harus turun tangan untuk mencari akar masalahnya lalu membuat perhitungan untuk membalas kelompok perusuh tersebut.

"Tuan, maaf, ada masalah mendesak. Nona Arren diracuni, dan jenis racunnya mematikan!" sahut dokter gugup, tanpa mengetahui jalan keluarnya.

"Racun apa?" tanya Leon ingin tahu.

"Racun tumbuhan Dolalopa yang sangat langka, tidak berbau, dan tidak berasa," jawab sang dokter tanpa dapat menyembunyikan rasa gelisahnya.

Leon mengangguk serius. "Bagaimana cara mengatasinya?"

"Hanya ekstraksi oral yang bisa dilakukan," jawab dokter dengan cepat.

"Cepat jelaskan dengan bahasa yang bisa kumengerti! Bibir Arren sudah mulai membiru!" tegas Leon, sambil mendekati Arren yang tubuhnya mulai terasa dingin.

"Kita harus mengeluarkan racun itu dengan mengekstraksinya melalui mulut ke mulut, Tuan!" seru sang dokter, dan Leon segera melaksanakan instruksinya.

"Hauuph...." Bibir Leon menempel erat pada mulut Arren, dengan kuat ia menghisap segala racun yang telah menyebar di tubuhnya. Hisapan itu begitu kuat sehingga terdengar suara kecupan yang sangat intens.

Leon yang telah terbiasa dengan lumatan bibir Arren selama beberapa malam. Kali ini, ia tampak tidak keberatan untuk melakukannya lagi dengan gadis cantik tersebut.

Setelah beberapa saat, Leon melepaskan bibirnya dari mulut Arren. Ia bisa merasakan getaran lemah detak jantung Arren di balik bibirnya yang kembali berwarna. Napasnya yang tadinya terengah-engah mulai stabil, menandakan bahwa proses ekstraksi racun telah berhasil.

"Dokter, apa dia akan baik-baik saja sekarang?" tanya Leon cemas, memandangi wajah pucat Arren.

Sang dokter mengambil napas lega. "Ia masih dalam kondisi yang lemah, tetapi dengan racun yang berhasil dikeluarkan, ada harapan untuk pemulihannya. Namun, kita harus berjaga-jaga, karena efek samping dari racun tersebut dapat berlangsung dalam beberapa waktu."

Leon mengangguk dengan kelegaan. "Terima kasih, Dokter. Pastikan ia dapat perawatan yang terbaik!"

Sang dokter mengangguk dengan patuh. “Saya akan kembali dengan obat-obatan yang lebih lengkap,” ucap Sang Dokter kemudian pamit untuk undur diri sejenak.

“Baiklah,” sahut Leon kemudian mendekat ke arah Arren, dan duduk di sampingnya.

"Kau harus kuat, Arren," bisik Leon dengan lembut. "Aku di sini bersamamu, dan aku tidak akan membiarkan apa pun terjadi padamu,” lanjutnya kemudian, sambil memegang tangan Arren dengan penuh perhatian.

***

Beberapa hari telah berlalu, Arren secara perlahan mulai pulih. Leon menjaga dirinya di sampingnya sepanjang waktu, memberikan dukungan dan perawatan yang diperlukan. Arren tidak sepenuhnya mengingat kejadian saat ia diracuni, tetapi dia merasakan kehangatan dan cinta dari Leon yang melindunginya.

Ketika Arren akhirnya pulih sepenuhnya, Arren mulai menangkap tanda-tanda bahwa Leon cukup memperhatikannya. Namun, segera ia menepis keinginan untuk menaruh hati pada pria kejam itu. Arren hanya berharap, suatu saat Leon mau membebaskannya, dan membiarkan Arren pulang.

Berbeda dengan harapan Arren, Leon sama sekali tidak berkeinginan untuk melepaskan jeratannya. Bahkan jika bisa, Arren dapat menyatu dengannya setiap saat seperti sel tubuh yang saling terhubung. Tentu saja hal itu tidak mungkin, namun, minimal, Leon tidak akan membiarkan Arren untuk lepas dari jangkauannya.

Leon merasa sakit hati melihat Arren terluka karena racun selama beberapa hari ini. Ia bersumpah untuk mengungkap dalang dibalik peracunan yang telah menyakiti Arren dengan teliti. Leon akan menggunakan seluruh sumber daya dan kekuasaannya untuk melindungi Arren dan memastikan keamanannya di masa depan.

"Cari sampai ketemu! Aku tidak segan-segan menghabisi tikus yang berbuat onar di kediamanku!" perintah Leon pada para pengawalnya dengan tajam. Para pengawal mulai menyusun strategi untuk menemukan orang yang sudah berani meracuni wanita kesayangan majikannya.

“Siap, Tuan!”

De Lilah

Ayo kirimkan Gem untuk mendukung karya ini naik peringkat! Follow juga agar terus update cerita terbaru dari Madam, xoxo.

| 1
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gairah Cinta Om Mafia   Bab 253 # Ending

    Ujung belati itu bengkok. Tidak ada yang menyangka bahwa belati tajam bisa berubah bentuk menjadi seperti itu. “Ti–tidak!” pekik si pelayan. Ia sangat kebingungan. Bagaimana perut Arren yang seharusnya ternoda darah malah membengkokkan belati tanpa setitik pun usaha? Dalam momen yang menentukan, belati itu telah mengalami deformasi plastis, seperti tarian metal yang mengubah bentuknya tanpa bisa kembali ke keadaan semula. “A–apa yang terjadi?” Pelayan itu bertanya-tanya dengan tangan yang gemetar. Arren hanya menyunggingkan senyum penuh kemenangan. Lawannya telah kalak telak tanpa perhitungan. “Aku sudah mengantisipasi hal ini, Lesel,” ujar Arren dengan wajah jumawa. Ya. Lesel. Ternyata, dialah kaki tangan Esme yang begitu ingin menghabisi nyawanya. “Ba–bagaimana kau tahu?” Arren segera menyobek kain tule yang menutupi area perutnya. Ada sebuah aksesori mengkilat di sana. Sebuah sabuk baja. “A–apa?” Pada awalnya, suara gemuruh dan getaran memang dirasakan oleh Lesel. Ia tak

  • Gairah Cinta Om Mafia   Bab 252 # Klimaks

    Pelayan berambut pirang mengerucutkan bibirnya, sementara si rambut hitam tetap menatap lurus ke arahnya. “Baiklah!” jawabnya agak kesal, namun memang rencana mereka tidak boleh berantakan. “Aku akan awasi sekitar. Kau harus segera bersiap-siap.” “Oke.” Dua pelayan mencurigakan itu kemudian meneruskan misi rahasia mereka. Tidak banyak yang harus mereka lakukan kecuali mencari target dan melancarkan aksi balas dendam. “Sepertinya, dia ada di balkon barat. Tunggu aba-abaku, kita akan segera melakukan serangan!” “Oke!” *** Suasana jamuan masih meriah dengan alunan musik lembut yang merdu di telinga. Beberapa tamu menikmatinya sambil bersantap, ada juga yang masih mengobrol lama. Arren dan Leon tampak berbahagia sambil menyalami tamu-tamu yang ada di sana. “Sepertinya, aku merasa sesak,” lirih Arren pada Leon. Kehamilan ini membuatnya gampang lelah dan juga merasa panas sepanjang waktu. “Kau mau pergi dari tempat ini?” tanya Leon sambil merangkulkan lengannya ke pinggang sang

  • Gairah Cinta Om Mafia   Bab 251 # Si Pelayan

    Mata Ava berbinar bahagia. Ia mengangguk cepat dan memeluk Arren sebagai balasannya. “Terima kasih, Bibi!” Ava tidak mengira bahwa ulang tahunnya akan dapat dirayakan dengan jamuan spesial, meski jamuan itu tidak dilangsungkan secara khusus untuknya. “Sama-sama, Ava!” Arren melakukan hal yang sama. Ia bahagia dapat menyemangati kawan kecilnya yang sepertinya sedang sendu dan tidak memiliki semangat karena ketidakhadiran ayah dan ibunya. “Kami harus pergi, Ava. Ini untukmu,” ucap Leon sambil menyerahkan kotak berbungkus kado dengan pita ungu di atasnya. “A–apa ini, Pak?” tanya Ava heran sekaligus senang. Ia tidak mengira akan mendapatkan kado dari Pak Leon di hari yang bukan ulang tahunnya. “Anggap saja kado cicilan,” gurau Leon sambil tertawa kecil padanya. “Ahaha! Terima kasih banyak!” seru Ava sambil membuka bungkus kado itu. Isinya boneka beruang dengan warna bulu kecokelatan. “Lucu sekali!” pekik AVa bahagia. Arren dan Leon senang melihatnya. Tak lama kemudian, mereka bena

  • Gairah Cinta Om Mafia   Bab 250 # Antisipasi

    Setelah beberapa waktu di rumah sakit, Arren akhirnya diperbolehkan pulang. Tidak ada tanda-tanda bahaya ataupun kontraindikasi dari pengobatan yang diterimanya. “Terima kasih, Dokter. Saya merasa lebih sehat,” ucap Arren setelah dokter mengunjunginya untuk kali terakhir. “Sama-sama, Nyonya. Saya senang Anda sudah berhasil membaik tanpa kesulitan.”Dokter Freddy dan Dokter Josh melepas Arren pergi dengan hati lega. Akhirnya, kekhawatiran mereka sirna. Arren benar-benar terbebas dari bahaya racun yang mengintai nyawanya. ***Dalam perjalanan pulang, Leon terus saja menatap Arren dengan perasaan tak menentu. Ia sungguh senang dengan kesembuhan istrinya namun ada suatu hal yang membuatnya merasa khawatir. “Kau yakin dengan rencanamu itu? Aku tidak tega padamu, Sayang!” sergah Leon yang tidak ingin mengundang bahaya lagi bagi istrinya. “Tidak ada cara lain. Kita pasti bisa, Sayang!” tegas Arren dengan tekad kuat. Leon menghela napas dalam-dalam. Ia tak bisa mencegah kekeraskepalaan s

  • Gairah Cinta Om Mafia   Bab 249 # Melenyapkan Nyonya!

    “Tuan! Anda salah dengar!” sergah perawat yang menahan lengan Leon agar tak melayangkan tinju ke arah sang dokter. “Apa?!” Leon menoleh ke arah si perawat. Ia sangat lelah dan tidak bisa lagi menolerir kesalahan dari pihak dokter yang membuat anak-anaknya akan terlahir cacat. “Salah dengar, Tuan!”“Ya, benar!”“Anak Anda baik-baik saja, Tuan.”Suara perawat dan dokter bersahut-sahutan. Leon menurunkan tinjunya dan memandang ke arah dokter Freddy yang tampaknya sedang menghela napas lega. “Katakan, Dokter! Apa yang terjadi pada istri dan anak-anakku?!” hardik Leon masih dalam keadaan penuh amarah. Sebelum sang dokter menjawab, suara Arren samar terdengar di balik punggung perawat yang ada di sisi ranjang. “On .…” panggilnya lirih. “Le—on ….” ulangnya, kali ini dengan suara yang lebih keras. “Arren!” Leon menyibak perawat-perawat yang menutupi keberadaan sang istri. “Arren!” Leon menghampiri Arren dengan berlinang air mata. “Kau … sudah sadar?” tanyanya sambil mengecul lembut keni

  • Gairah Cinta Om Mafia   Bab 248 # Anakku Cacat?

    Leon menggenggam tangan Arren dengan erat saat mereka bergegas menuju rumah sakit. Kecemasan dan kekhawatiran begitu dirasakannya. Entah mengapa, firasat Leon tidak enak. “Pak! Lebih cepat!” perintah Leon ketika melihat Arren semakin meringis kesakitan. Keringat dingin mulai mengucur dari dahi dan tubuhnya. Napas Arren tersengal-sengal. “Baik, Tuan!” Sopir segera mempercepat laju mobil dan sebisa mungkin menyeimbangkan kendaraan yang kian kencang. Ia benar-benar khawatir bahwa sang nona muda menderita sakit yang luar biasa. “Arren, bertahanlah,” pinta Leon sambil terus menenangkan Arren dengan pelukan dan genggaman tangannya. “Argh, Leon .…” Arren menggeram seakan menahan sakit yang teramat sangat pada dirinya. Tidak hanya di perut, tapi juga di sekujur tubuhnya. “Kita hampir sampai!” Sopir itu memberi aba-aba. Leon begitu cemas. Ia mengangguk dan bersiap untuk membawa Arren ke IGD begitu mereka sampai di rumah sakit sana. ***Akhirnya, setelah berkendara selama beberapa waktu,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status