Share

Bab 5 # Peracunan

Arren berjalan setengah pincang untuk mencapai ke rumah kaca, sesuai petunjuk Poppy. Entah kenapa … semua hal di mansion ini aneh sekali. 

Pertama, pemiliki rumah ini adalah penculik dan pemerkosa. Arren harus menjebloskannya ke penjara!

Kedua, selir yang cemburu? Arren dapat merasakan bahwa wanita yang bernama Vennina itu sepertinya merasa tersaingi oleh kehadirannya. “Aku akan berbicara padanya bahwa aku bukanlah saingannya!” 

Mendengar kata ‘saingan’, membuat bulu kuduk Arren meremang. Hanya orang bodoh yang bisa mencintai pria bejat seperti Leon. Tidak. Arren bukan lah orang seperti itu.

“Selamat datang, Nona ….” 

Seorang pelayan tampak menyambut Arren yang tampak memasuki rumah kaca. 

Sebuah meja telah terhias indah, dengan kepungan bunga mawar di sekitar mereka. Aromanya yang harum menambah kesan elegan dalam ruangan itu. Arren segera menyukai perjamuan yang diadakan.

“Halo,” sapa Arren ramah.

Seorang wanita berusia sekitar 30 tahun-an tampak bangkit dari kursinya. Wajahnya cantik, dengan rambut berwarna merah yang menyala seperti api. Gaun hijau zamrud yang membalut tubuhnya kontras dengan kulit putih bersihnya.

Arren bahkan terpesona dengan kecantikannya.

“Selamat datang, Nona Arren. Saya Vennina Skylar. Selir Tuan Leon,” Vennina memperkenalkan diri.

“Arrendice Hart,” Arren melakukan hal serupa.

Setelah berkenalan, Venn mempersilakan Arren untuk duduk di tempat yang telah disediakan. “Tuangkan tehnya,” ucap sang selir kepada pelayan pribadinya.

Pelayan itu datang seperti yang diminta dan menuangkan teh ke dalam cangkir para nyonya. Namun, ada satu hal yang janggal di sana. Ketika diperhatikan, tangan pelayan itu terlihat gemetar.

“Kau baik-baik saja?” tanya Arren dengan suara lembutnya. Ia sangat mengerti perasaan tertekan para pelayan yang terbiasa disepelekan. Arren dulunya adalah seorang pelayan bar.

“Y—ya, Nona ….” Pelayan itu menyahut dengan gemetar. Deru napasnya terlihat kontras dengan suasana di sekitar. Mengapa ia tampak takut? 

“Nah, sekarang … mari kita mengobrol.” Venn memecah kecanggungan. Ia tak ingin rencananya menjadi berantakan.  

“Silakan,” Arren tersenyum ramah.

Venn membalas dengan senyum serupa, meski sangat terlihat perbedaan ketulusannya.

Di mata Venn, Arren hanyalah gadis cilik berpenampilan kumuh dan sangat kampungan. Perkataan pelayan yang memuji kecantikannya sungguh berlebihan. Jika wanita itu dipoles akan nampak kecantikannya? Tidak mungkin.

Sekali dipungut dari jalanan, akan tetap menjadi tikus jalanan. Namun, tentu saja hal ini tidak berlaku bagi Venn. Meski sama-sama berasal dari jalanan, level mereka berbeda. Venn, menurutnya sendiri, memancarkan aura elegan yang setara dengan bangsawan di negara itu.

“Jadi, apa pekerjaan Nona Arren?” tanya Venn untuk memulai obrolan. Arren tersenyum dan menjawab dengan jujur.

“Saya adalah pelayan bar. Kalau Anda?” 

Venn hampir tersedak. Ia sudah mengira bahwa Arren memang rakyat kelas bawah yang menjijikkan. “Saya? Hm … yah, saya biasa mengurus perkumpulan para nyonya.”

Venn memang memiliki jabatan khusus di kalangan sosialita. Meski berasal dari rakyat jelata, Venn memalsukan identitasnya. Ia bahkan menggunakan tutor terbaik untuk mengajarkan tentang etika kebangsawanan dan menyuap gadis-gadis di dunia sosial yang bergosip tentang asal-usul dirinya. 

Venn mengarang cerita tentang pertemuan romantisnya dengan Leon di luar negeri, ketika mereka menghadiri jamuan bangsawan teratas. Di sana, Venn dan Leon saling jatuh cinta untuk pertama kalinya.

Tentu saja itu semua bohong. Venn adalah pelacur nomor satu di luar negeri yang menjadi bayaran atas keberhasilan Leon menaklukan kartel narkoba di sana. Bos dunia malam yang berkuasa merasa berhutang banyak pada Leon, sehingga menyerahkan selir kesayangannya.

“Menarik sekali. Apa saja yang Anda kerjakan?”

“Yah. Mengatur pertemuan, mengadakan pesta … dan melakukan perjodohan kaum bangsawan.”

Venn beromong besar. Sebenarnya, ia tidak melakukan semua itu. Venn hanya menjadi anggota kehormatan karena menjadi sponsor terbesar di setiap pertemuan. Tentu saja, semua itu berkat suntikan dana dari Leon, kekasihnya. 

“Sepertinya, Anda sangat sibuk,” Arren mengapresiasi. Venn mengangguk. 

“Nah. Mari sudahi obrolannya. Silakan dinikmati teh spesial dari saya,” ucap Venn dengan senyuman misterius yang sulit diartikan.

“Baik, Nyonya ….”

Arren menyetujui usul Venn dan mulai mengangkat cangkirnya. Detik kemudian, setelah cangkir itu menyentuh bibirnya, Arren tiba-tiba terjungkal dan … batuk darah!

“No–nona!”

De Lilah

Ayo kirimkan Gem untuk mendukung karya ini naik peringkat! Follow juga agar terus update cerita terbaru dari Madam, xoxo.

| 2

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status