GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 25—---- o0o —----"Maaanggg!" teriak Hanan begitu tiba di tempat semula. Yaitu dimana Mang Dirman dan Ki Praja terlibat pertarungan sengit tadi. "A-apa ini semua? A-apa yang terjadi?"Tampak Mang Dirman dan Ki Praja sedang terengah-engah, berdiri setengah kaki dengan salah satu lutut menopang tanah. Mereka berdua berada dalam jarak tidak terlalu dekat, tapi masing-masing wajah seperti meringis kesakitan."Godverdomme!" rutuk Tuan Guus saat tiba di tempat kejadian. Dia melihat-lihat kondisi kedua laki-laki tua itu sambil menggerutu. "Apa yang kalian orang berdua lakukan, hah?" tanyanya geram. Kemudian mengacungkan sebuah pistol tepat mengarah pada Mang Dirman. "Kamu orang sudah berani melukai ini orang pekerja saya, heh!"(Sialan!)"Tahan, Tuan! Jangan tembak!" seru Hanan buru-buru menghalangi tubuh Mang Dirman. "Kita selesaikan masalah ini dengan kepala dingin! Saya mohon, Tuan!""Heh, kamu or
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 26—---- o0o —----Setibanya Hanan dan Mang Dirman di rumah, disongsong Sumiarsih dengan pekik keterkejutan. "Mang Dirman! Ada apa ini? Ada apa ini?" tanya perempuan berusia empat puluhan tahun tersebut panik. "A-apa yang telah terjadi, Hanan? Mengapa Mang Dirman luka-luka seperti ini?"Hanan yang membawa kemudi sado, buru-buru bangkit ke bangku belakang dan membantu sosok laki-laki tua itu turun."Sabarlah, Bu," timpal Hanan berusaha menenangkan ibunya. "Biar Hanan periksa dulu kondisi Mang Dirman-nya."Dia segera menuntun Mang Dirman memasuki rumah. Diikuti oleh Sumiarsih dari belakang dengan wajah penuh kekhawatiran."Kamu sendiri tidak apa-apa 'kan, Nak?" tanya Sumiarsih seraya meraba-raba sekujur tubuh anaknya. Hanan tersenyum dan menjawab, "Alhamdulillah, Bu. Hanan baik-baik saja, kok. Ibu lihat sendiri, 'kan?""Oh … syukurlah. Alhamdulillah … ya, Allah," gumam kembali perempuan tersebut
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 27—---- o0o —----Brak!Tuan Guus menggebrak meja dengan keras. Mengejutkan dua orang yang ada di depannya, Ki Praja dan Gert, duduk terdiam dengan kepala menunduk. Giginya sampai gemeretak menahan amarah disertai kilatan mata memerah."Verdomme! Ini sangat memalukan!" umpat laki-laki bertubuh tinggi besar itu seraya memelototi sosok Ki Praja. "Bagaimana kamu orang bisa berbuat hal bodoh semacam itu, Praja? Tidak bisakah kamu orang berpikir? Berpikir … kamu orang tahu itu berpikir, heh?" Telunjuknya mendorong batok kepala orang tua dengan kasar. "Apa yang kamu orang perbuat tadi, membuat saya merasa sungguh malu en tidak tahu harus berkata apa pada itu Roos anak saya!"(Sialan!)"M-maafkan saya kebodohan saya itu, Tuan," ujar Ki Praja seraya menghaturkan sembah. "S-saya benar-benar khilaf.""Khilaf? Wat is dat khilaf?" tanya Tuan Guus dengan nada keras."Maksud saya … lupa, Tuan," jawab Ki
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 28—---- o0o —----"Assalamu'alaikum …"Hanan dan Mang Dirman uluk salam begitu tiba di depan kediaman Bunga. Keadaan rumah terlihat sepi dan tidak tampak tanda-tanda ada orang di dalamnya."Sepi, Den," ujar Mang Dirman usai berkeliling mengitari area rumah tersebut."Ke mana, ya? Tidak mungkin mereka pergi menjelang petang begini," balas Hanan seraya memutar pandangan ke sekitar tempat. Mencari-cari. Siapa tahu dua sosok yang tengah mereka nanti-nanti itu muncul dari arah lain."Kita tunggu atau kembali pulang saja, Den?" tanya Mang Dirman seraya pegangi dadanya yang masih terasa sesak.Hanan menoleh. Dia tidak langsung menjawab, melainkan berpikir-pikir terlebih dahulu untuk beberapa waktu. "Kita tunggu saja, Mang. Kalau saja memang pergi, siapa tahu … sebentar lagi mereka pulang."Mang Dirman hanya manggut-manggut. Lantas mencari-cari tempat untuk sekadar duduk sambil menarik napas panja
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 29—---- o0o —----Beberapa tahun sebelumnya ….Kala itu menjelang tengah malam, suasana kediaman keluarga Juragan Juanda tengah dilanda cekam. Hampir semua penghuni larut dalam tangisan, tidak terkecuali Sumiarsih sendiri. Perempuan itu seperti tidak pernah berhenti menangisi suaminya yang sedang menderita sakit parah. Beberapa kali harus berjibaku menampung muntahan darah segar ke dalam sebuah wadah besar."Panggilkan Pak Mantri! Panggil Pak Mantri!" seru Sumiarsih panik menunjuk-nunjuk pada beberapa pekerja rumahnya. Mang Dirman yang saat itu kebetulan sedang berada di kamar, langsung bereaksi. "I-iya, Juragan! Saya segera berangkat!" sahutnya seraya buru-buru pergi ke luar."Saya ikut, Mang!" ujar Ceu Odah."Jangan! Ini sudah larut malam! Euceu bantu-bantu saja di sini!" timpal Mang Dirman. "Saya mau ke rumahnya Pak Mantri dulu. Euceu dengan yang lainnya, tunggu di rumah. Kunci rapat-rapat pint
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 30—---- o0o —----"Ya, Allah … Juanda," desah Ki Sendang Waruk lirih. "Siapa yang melakukan ini padamu, Kawan? Entah kesalahan apa yang pernah kamu perbuat, sampai ada seseorang yang tega berbuat sekeji ini padamu?""Aahhh … aahhh …." Juragan Juanda menggerak-gerakkan tangan, hendak menggapai lengan Ki Sendang Waruk dengan susah payah. "E-ndaanngg … e-ndaanngg …." panggilnya lirih dan terbata-bata.Seisi kamar saling berpandangan satu dengan lainnya. Terutama Ceu Odah pada Bunga."Apa?" tanya Ki Sendang Waruk pilu melihat sahabatnya tersebut tampak sangat menderita. "Apa yang ingin kamu sampaikan, Juanda? Bicaralah." Dia semakin mendekat, merangkul tubuh lemah Juragan Juanda agar terduduk."S-saya … s-saya …." ujar suami Sumiarsih tersebut dengan napas terengah seraya menggerak-gerakkan jemari pada orang-orang yang ada di dalam ruangan. Kemudian menunjuk pada istrinya sendiri, Ki Sendang Waruk, da
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 31—---- o0o —----"Ki, apinya sudah siap!" ujar Mang Dirman tergopoh-gopoh dari arah ruangan belakang. Bunga yang tengah termenung, spontan menoleh. "Api? Buat apa api?" gumamnya pada Sumiarsih. Jawab ibunya Hanan tersebut, "Entahlah. Mungkin Uwakmu mau membakar buhul.""Buhul?""Iya, Nèng. Itu semacam jimat kiriman yang berhasil dikeluarkan dari badan suami Ibu oleh Ki Endang tadi," jawab kembali Sumiarsih terdengar lirih."Astaghfirullahal'adziim," desah Bunga terkaget-kaget. "Jadi benar adanya, kalau Juragan Laki-laki sakit karena ….""Sudahlah, Nèng. Jangan sebut-sebut itu lagi. Ibu makin merasa sedih mendengarnya." Perempuan tua itu mendesah panjang. "Entah kesalahan apa yang pernah diperbuat Ayah, sampai-sampai ada orang yang tega berbuat sedzalim itu pada dia.""Buu …." Bunga merangkul calon ibu mertuanya. Memeluk erat disertai isak tangis memilukan. "Pasrahkan semuanya pada Gusti Allah, Bu. Juragan Laki-laki memang orang baik.
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 32—---- o0o —----"Ki Endang … tolooonnggg!" teriak Sumiarsih tergopoh-gopoh dari dalam kamar."Astaghfirullahal'adziim!" Ki Sendang Waruk dan Mang Dirman serempak berseru kaget dan buru-buru memasuki kamar. "Juanda?"Tampak Juragan Juanda tengah mengerang-erang di atas tempat tidur. Wajahnya memerah disertai lelehan darah yang keluar dari hidung serta mulut. "Aahhh ... aahhh …." Dia menggapai-gapai tangan pada sahabatnya, Ki Sendang Waruk."Ya, Allah … Juanda," desis laki-laki berikat kepala kain batik tersebut seraya mendekat, memegangi tubuh Juragan Juanda yang terlihat kepayahan. "Ada apa lagi ini? Diamlah …, tenang, Juanda," ujarnya.Mang Dirman hanya diam terpaku, berdiri mematung di pinggir tempat tidur. Bingung harus berbuat apa. Begitu juga dengan Bunga, Sumiarsih serta ketiga pekerja perempuannya.Sementara Juragan Juanda mulai meronta-ronta dengan jemari menggapai-gapai seperti hendak mencakar."A-ayaahhh …." panggil istri J