GAIRAH CINTA ROOSJE
Penulis : David Khanz
Bagian 73
—---- o0o —----
Di tengah perjalanan menuju pulang, tiba-tiba kuda berhenti mendadak sambil meringkik-ringkik nyaring. Kedua kakinya diangkat tinggi-tinggi, sehingga membuat badan sado bergerak-gerak tidak tentu arah.
"Jalu! Hei! Hihiihhh! Hihiiihhh!" seru Mang Dirman mencoba menenangkan kudanya melalui tarikan tali kekang.
"Astaghfirullah! Ada apa ini, Mang?" tanya Hanan panik seraya berpegangan kuat pada besi penyangga badan sado.
"Tidak tahu, Den!" jawab Mang Dirman masih berusaha mengendalikan amukan si Jalu. "Hei, Jalu! Tenanglah! Hihiiihhh! Hihiiihhh!"
Sebentar kemudian kuda tersebut kembali terdiam sambil mengibas-ngibaskan ekornya.
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 74—---- o0o —----"Kang Hanan, segera menjauh dari wanita tua bangka itu!" teriak sosok perempuan tersebut mengingatkan Hanan. Namun bukannya menurut, dokter muda itu malah tercekat memandangi. Gumamnya tanpa sadar, "Tèh Kedasih? Bukankah itu Tètèh?"Nyai Kasambi tercekat. Dia menatap Hanan sesaat dengan pandangan menyipit. "Kalian berdua saling mengenal?" tanyanya terheran-heran. "Bagaimana ini bisa terjadi?"Belum sempat dokter muda itu menjauhkan diri dari sosok Nyai Kasambi, tiba-tiba saja ujung tongkat kayu yang dipegang oleh perempuan tua tersebut terangkat dengan cepat, melayang, dan mengincar bahu laki-laki muda yang berada di dekatnya itu.Sontak, soso
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 75—---- o0o —----Nyai Kasambi malah tertawa-tawa. Ujarnya kemudian, "Memang itu yang aku inginkan, Kedasih. Aku tidak pernah mendapatkan lelaki yang kucintai, dan kau pun sama-sama tersiksa dengan pendaman perasaanmu terhadap laki-laki yang kau harapkan. Jadi … kita impas, 'kan? Ha-ha-ha!""Aku memang mencintai Kang Waruk! Bukan seperti kau, yang telah tega-teganya mempermainkan dia!" balas Kedasih tidak ingin mengalah, berdebat. "Kau sengaja menjebak dia dengan kehamilanmu dulu, agar perhatian Kang Waruk hanya terfokus padamu. Iya, 'kan?""Apa yang mereka maksudkan itu, Mang?" Hanan dan Mang Dirman spontan saling bertatapan dan bergumam heran. "Maksud mereka … apakah laki-laki yang sedang merek
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 76 —---- o0o —----Setiba di kediaman keluarga, Hanan dan Mang Dirman lekas mengumpulkan orang-orang yang ada di rumah untuk diberikan arahan. Wajah laki-laki muda tersebut tampak tegang dan gelisah saat berbicara."Pokoknya, mulai saat ini kita harus lebih waspada. Terutama di malam hari," kata Hanan seraya menatap ibunya, Juragan Sumiarsih, dan Bunga dengan sorot mata penuh kekhawatiran. "Berjaga-jaga, siapa tahu sosok Nyai Kasambi akan datang sewaktu-waktu ke rumah kita ini, Bu."Juragan Sumiarsih menarik napas panjang. Tampak sekali jika saat itu dia pun merasakan hal yang sama, risau. Kemudian berkata lirih, "Ada apa dengan Nyai Kasambi? Padahal kita tidak pernah mempunyai masalah apa pun dengan dia selama ini. Mengapa justru sekarang Nyai Kasambi mengincarmu, Nak? Apa ada sesuatu yang telah kamu lakukan, Hanan?"Laki-laki muda tersebut menggeleng-geleng seraya menjawab, "Tidak, Bu. Bahkan bertemu saja baru dua kali terjadi. Itu pu
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 1------- o0o -------Hari itu, langit di Desa Kedawung tampak begitu cerah. Membiru dengan kemilau matahari terik memanggang bumi. Membakar perlahan hijaunya dedaunan serta hamparan luas lahan gambut di sekitar tempat tersebut. Termasuk seorang sosok tua yang tengah meneduh di bawah atap sado di depan sebuah stasiun kereta. Sesekali lelaki itu mengelap wajah dengan usapan lengan kasarnya, mengusir lelehan peluh yang mengucur deras dari pori-pori renta. Lenguh napas berat juga turut menghiasi sepanjang duduk mematung, sambil menikmati sebatang rokok daun kawung berisikan tembakau tanding. Raut gelisah tergambar samar dari bias tatapnya, saat menoleh ke arah gerbang bangunan tua di depan sana.“Masih sepi. Kapan datangnya, ya?” gumam sosok tersebut seraya menghembuskan penuh nikmat kepulan asap nikotin dari balik bibir hitamnya. “Tak sabar rasanya, ingin segera bertemu kembali dengan Den Hanan. Pasti sekarang dia sudah jadi orang hebat,”
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 2------- o0o -------“Mamang tahu sekali sifat-sifat Aden. Persis seperti mendiang Juragan laki-laki, Tuan Juanda. Sejak menikahi Juragan perempuan, Ibu Aden, beliau selalu mencintai keluarganya. Tidak pernah sedikit pun Mamang mendengar Tuan laki-laki ada main hati dengan perempuan lain. Beliau sangat setia, dan itu menurun semua pada diri Den Hanan. Juga kebaikannya,” tutur Mang Dirman menguak kembali pecahan kenangan yang sempat dialami dulu sebelum Hanan lahir.“Seperti itu, ya, Mang?”“Ya, semuanya. Mirip sekali. Bahkan sampai Den Hanan hadir di tengah-tengah keluarga, kecintaan Tuan laki-laki pada keluarga tetap tak berubah. Hingga menjelang ....”“Ah, sudahlah, Mang. Bagian yang itu jangan Mamang ungkit-ungkit lagi. Saya semakin tak mampu menahan kerinduan ini akan kehadiran sosok Ayah.” Raut wajah Hanan sedikit berubah murung.“Maafkan Mamang, Den. Mamang tak bermaksud membuat Aden sedih,” kata Mang Dirman tiba-tiba merasa bers
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 3------- o0o -------“Oh, syukurlah ada yang datang juga akhirnya. Dari tadi saya menunggu seseorang yang lewat, tapi belum satu pun ada,” ujarnya dengan gaya bicara seperti kebanyakan lidah orang-orang Eropa sana.Hanan sedikit terkesiap. Paras perempuan itu begitu cantik. Dengan bola mata hijau, hidung mancung, dan bibir merah merekah. Lekas pemuda itu menguasai diri dan lanjut bertanya, “Ada yang bisa saya bantu, Nona?”Perempuan itu kembali meringis sambil mengusap-usap persendian di kakinya. “Saya terjatuh dari kuda. Rasanya kaki ini terkilir dan sakit sekali. Saya tidak bisa jalan, makanya duduk di sini menunggu seseorang yang lewat. Beruntunglah ada ....”“Hananta Adiswara. Cukup panggil saja saya Hanan,” ucap laki-laki muda itu memperkenalkan diri.Lanjut perempuan itu berkata, “O, iya ... Hanan. Untunglah ada kamu yang lewat, Hanan. Saya tidak tahu harus bagaimana pulang, sementara kuda saya pergi entah kemana.”Hanan membungk
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 4------- o0o -------“Maafkan saya, Nona. S-saya ....”“Sudahlah. Lupakan saja. Sekarang, antarkan saja saya pulang. Saya takut Papah mencari-cari kalau lama saya tidak kembali,” ujar Roosje seraya mencoba melangkah, akan tetapi tiba-tiba saja kembali terjatuh limbung. Untung saja Hanan spontan menahannya.“Maaf, Nona. Saya tidak bermaksud ....” Hanan melepaskan cekalannya pada pinggang Roosje. Posisi mereka begitu dekat dan rapat. Bahkan hampir saja ujung hidung laki-laki muda itu menyentuh pada bagian dada perempuan bermata hijau tersebut.“Tolong pegang saja tangan saya. Bantu saya berjalan sampai ke sana,” kata Roosje dengan kulit pipi bersemu merah. Jawab Hanan, “Baik, Nona. Hati-hati ....”Mang Dirman yang melihat kejadian itu ikut tercengang. Bias kurang suka akan kedekatan tuan mudanya dengan gadis peranakan penjajah itu, segera menjalari. Entahlah, apa yang sedang dipikirkan laki-laki tua tersebut.Hanan membantu Roosje menapa
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 5------- o0o -------“Padahal lebih enak tinggal di kota, ya?” Dia menatap ke arah langit-langit dapur dan membayangkan sesuatu. “Kabarnya di kota fasilitas pendukungnya lebih lengkap. Belum pula sudah banyak tersedia angkutan umum. Tidak seperti di kampung kita, semuanya serba mengandalkan sado dan kuda.”“Terus ... kalau Juragan muda tinggal di kota, Juragan perempuan dengan siapa? Masa ditinggal sendiri?” Odah mengerutkan kening.“Ada kita-kita dan pekerja lain, ‘kan?” jawab Ijah singkat.“Bedalah, Ijah. Dekat dengan kita, dibandingkan keluarga. Apalagi Juragan muda itu anak Juragan perempuan satu-satunya. Ibu mana, sih, yang mau jauh-jauh dari anaknya? Kamu ini ....” ujar Odah dengan bibir membulat. Teman mereka yang satunya menepuk lengan Ijah sambil berucap, “Dasar kamu, Ijah. Bicara, kok, tak pakai pikir-pikir dulu, sih?”“Daripada kamu dari tadi diam terus, Enok,” balas Ijah tidak mau kalah diiringi tertawa cekikikan. “Sesekali