GAIRAH CINTA ROOSJE
Penulis : David Khanz
Bagian 45
—---- o0o —----
Wuusshhh!
Tiba-tiba seperti ada tiupan angin melewati Bunga dengan cepat. Disusul suara menggeprak beberapa kali, laksana hantaman rotan kering pada sebuah dahan kayu.
Set! Prak! Prak!
"Ciiaakkk! Ciiaakkk! Ciiaakkk!"
Pekik itu kembali menggema hebat. Hanya saja, kali ini terdengar berbeda dari sebelumnya.
"Hiaaatt
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 46—---- o0o —----Keesokannya, seperempat jam sebelum tiba masa di tengah hari, sebuah sado berhenti di halaman kediaman Juragan Sumiarsih. Tiga sosok segera turun dari atas kendaraan berkuda tersebut, antara lain; Tuan Guus, Roosje, serta Gert. Sementara Ki Praja memilih untuk tetap menunggu.Hanan dan Juragan Sumiarsih datang menyambut begitu mendengar suara ringkik kuda di luar rumah."Selamat datang di rumah kami, Tuan-tuan dan Nona," sapa Hanan seraya membungkukkan badan diikuti oleh ibunya.Tuan Guus tersenyum-senyum. Apalagi begitu melihat sosok Juragan Sumiarsih yang berdiri —persis— di samping anaknya, Hanan."Terima kasih, Anak Muda," balas laki-laki bertubuh tinggi besar tersebut ramah. Tidak seperti biasanya. "Terima kasih juga pada kamu orang, Sumiarsih, atas kesediaan kamu orang untuk menerima saya en ini Roos anak perempuan saya." Dia menunjuk pada sosok Roosje. "Roos … ini Mama dari itu Hanan anak muda.""Selamat berjum
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 47—---- o0o —----Usai duduk berkumpul di ruangan depan dan berbasa-basi seperti biasa, perbincangan selanjutnya disampaikan oleh Tuan Guus kepada Juragan Sumiarsih dan Hanan, terkait kejadian antara Ki Praja dengan Mang Dirman kemarin siang."Uummhhh, saya orang pikir itu hanya sebuah kesalahpahaman dan urusan pribadi mereka orang berdua," pungkas lelaki Belanda tersebut di akhir penuturan. "Tapi … saya orang, meminta maaf atas kejadian itu siang kemarin. Kami orang berharap, pihak kalian orang bersedia untuk memaafkan kami kesalahan itu orang Ki Praja."Hanan dan ibunya sejenak saling berpandangan, lantas melempar senyum pada Tuan Guus dan Nona Roosje. "Jauh sebelum Tuan Guus datang bertamu pun, kami sudah memaklumi dan memaafkan kejadian itu, Tuan-Nona," kata anak muda tersebut, mewakili dari pihak keluarga dan Mang Dirman sendiri. "Kami juga memohon maaf karenanya. Saya dan Ibu saya, sudah membicarakan tentang hal terkait kejadian
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 48—---- o0o —----Sepeninggal rombongan Tuan Guus dan Nona Roosje, dua sosok yang sedang bersembunyi di balik semak-semak pun keluar. Sebentar mereka memutar kepala ke empat penjuru arah untuk memastikan keamanan, lantas perlahan-lahan bangkit sambil menepuk-nepuk pakaian dari semut-semut yang mengerubungi."Huh, kalau saja bukan karena si Jahanam Belanda itu, kita tidak ingin berada di sini sejak pertama kali datang," rutuk salah satu dari dua sosok tersebut menggerutu. Dia tidak lain adalah Ki Sendang Waruk."Sudahlah, Wak," timpal seorang lagi yang merupakan Bunga, keponakannya. "Ayo, sekarang kita masuk saja ke rumah Juragan Sumiarsih." Dia menyeka keringat dan menatap ke atas sejenak. "Hari sudah siang dan panas sekali di sini."Mulut Ki Sendang Waruk bergerak-gerak. Mengomel sendiri tanpa suara, kecuali decak kesal yang sedari tadi dia tahan."Lama sekali mereka
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 49—---- o0o —----Setiba kembali di rumah, Roosje langsung mengajak Tuan Guus berbicara secara empat mata. Ada beberapa hal yang membuat gadis tersebut merasa ingin tahu tentang Juragan Sumiarsih. "Sepertinya Papa sudah lama kenal dengan itu Mama Hanan?" ucapnya seperti tengah menginterogasi ayahnya. "Dari sikap dan pembicaraan Papa selama di itu rumah mereka orang, aku yakin bahwa Papa memang bukan pertama kali bertemu dia orang. Benar 'kan itu, Papa?"Tuan Guus mendecak. Sepertinya dia tidak ingin anaknya tersebut bertanya-tanya perihal urusan pribadi. Namun sebagai seorang ayah, lelaki itu hafal betul bagaimana karakter Roosje. Maka untuk mengusir rasa penasaran putri semata wayangnya, dia menjawab juga, "Itu orang Sumiarsih cuma kawan lama Papa, Roos. Tidak ada yang lain.""Teman lama atau memang Papa pernah dekat dengan itu Mama Hanan?" tanya kembali Roosje, merasa tidak puas deng
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 50—---- o0o —----Beberapa bulan setelah mendengar Sumiarsih menikah dengan Juanda, Guus Van Der Kruk memutuskan untuk pulang kembali ke negeri asalnya, Belanda. Di sana, dia mengenal seorang perempuan lain bernama Eline. Kepada sosok inilah, pelarian cinta lelaki bertubuh tinggi besar tersebut dilabuhkan. Tidak sampai memakan waktu lama, keduanya pun mengucapkan sumpah dan janji setia di altar gereja.Bukan tanpa alasan, Guus memilih Eline sebagai calon istrinya. Karena perempuan tersebut adalah anak seorang petinggi negeri yang memiliki kekuasaan di sana. Ayah Eline merupakan jenderal militer kerajaan Belanda berpangkat tinggi. Maka tidaklah heran jika karir Guus pun mengalami peningkatan yang cukup pesat.Sambil menunggu saat-saat yang tepat, diam-diam Guus Van Der Kruk mencari-cari kabar tentang Sumiarsih bersama suaminya, Juanda. Disamping itu, berita tambahan yang didapat adalah
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 51—---- o0o —----"Astaghfirullah!" seru Hanan dan Juragan Sumiarsih usai mendengar penuturan Ki Sendang Waruk perihal serangan teror yang terjadi semalam tersebut. "Ini jelas sekali, ada seseorang yang hendak mencelakai Aki dan Nèng Bunga."Ki Sendang Waruk mendesah bimbang. Ujarnya dengan suara lirih, "Entahlah. Saya sendiri belum bisa memastikan. Apakah ini ditujukan pada saya sendiri atau Bunga? Masalahnya, teror ini sudah bukan merupakan serangan fisik belaka, tapi caranya sudah menggunakan jalan mistik."Hanan turut berpikir keras, mengaitkan berbagai kabar yang selama ini dia terima dari banyak sumber. "Apakah ini dilakukan oleh orang yang sama, Ki?" tanyanya mulai menduga-duga. "Seseorang yang dulu menghendaki Ayah untuk—""Untuk hal itu pun, saya juga belum bisa memastikannya, Nak," tukas Ki Sendang Waruk. "Kita tidak boleh gegabah menunjuk pada seseorang, apalagi sampai menyebutkan sebuah na
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 52—---- o0o —----"Nak Hanan! Tunggu!" teriak Ki Sendang Waruk seraya melambai-lambaikan tangan memanggil Hanan. Namun anak muda tersebut tidak menghiraukan. Dia tetap memacu langkah kudanya semakin cepat."Ki Èndang, bagaimana ini? Anak saya pergi, Ki!" Juragan Sumiarsih kembali berseru panik sambil memegang lengan lelaki tua tersebut dan menarik-nariknya.Sesaat Ki Sendang Waruk mendecak kesal. "Inilah yang sebenarnya saya khawatirkan selama ini," ucapnya pada Sumiarsih. "Anak itu akan berbuat nekat. Mirip sekali kelakuannya dengan bapaknya, Juanda. Haduh! Bagaimana sekarang?" Lantas dia menoleh ke arah Mang Dirman yang turut berada di sana dan hanya bisa melongo. "Dirman! Cepat siapkan sado!""Aki hendak ke mana?" tanya Mang Dirman bingung."Kita susul Hanan, Mang!" jawab Ki Sendang Waruk kesal. "Saya tahu, ke mana anak itu akan menuju. Cepat, siapkan sado!"
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 52—---- o0o —----"Nak Hanan! Tunggu!" teriak Ki Sendang Waruk seraya melambai-lambaikan tangan memanggil Hanan. Namun anak muda tersebut tidak menghiraukan. Dia tetap memacu langkah kudanya semakin cepat."Ki Èndang, bagaimana ini? Anak saya pergi, Ki!" Juragan Sumiarsih kembali berseru panik sambil memegang lengan lelaki tua tersebut dan menarik-nariknya.Sesaat Ki Sendang Waruk mendecak kesal. "Inilah yang sebenarnya saya khawatirkan selama ini," ucapnya pada Sumiarsih. "Anak itu akan berbuat nekat. Mirip sekali kelakuannya dengan bapaknya, Juanda. Haduh! Bagaimana sekarang?" Lantas dia menoleh ke arah Mang Dirman yang turut berada di sana dan hanya bisa melongo. "Dirman! Cepat siapkan sado!""Aki akan ke mana?" tanya Mang Dirman bingung."Kita susul Hanan, Mang!" jawab Ki Sendang Waruk kesal. "Saya tahu, ke mana anak itu akan menuju. Cepat, siapkan sado!""I-iya, Ki," jawab kusir sado tersebut buru-buru pergi ke belakang. "Sebentar