“Kenapa lama sekali?” Lana berdesis tak sabaran, dalam hati mengumpati lamanya waktu yang dibutuhkan hingga namanya dipanggil.
Dia lalu menundukkan pandangannya, menatap sepasang sepatu merah menggoda dengan tumit yang sangat tinggi, itu adalah sepatu paling seksi yang pernah Lana lihat. Sepatu yang dia beli dari hasil menabung selama berbulan-bulan, yang akhirnya dia pakai mengikuti audisi kerajaan hari ini. Audisi kerajaan? Ya, Kerajaan Estrela sedang membuat audisi kerajaan besar-besaran untuk memilih orang-orang terbaik yang akan menjadi abdi istana. Alana Star, gadis cantik dari keluarga sederhana itu tentu saja tidak akan melewatkan kesempatan begitu saja. “Kau gugup?” pertanyaan Layla membuyarkan ketegangan Lana. “Sedikit,” Lana mencoba tersenyum meski pun jantungnya berdebar tak karuan dan tangannya terasa sedingin es. “Kau tenang saja. Dengan wajahmu itu, setidaknya kau sudah mendapatkan poin seratus di awal,” hibur Layla. Lana tersenyum. “Kau ini. Kau tidak lihat para gadis yang datang hari ini?” Lana mengedarkan pandangannya, menunjuk satu per satu orang yang berada di sana dengan tatapannya. “Yah, kuakui mereka semua memang cantik. Tapi bagiku, kau berada di level yang berbeda.” “Terima kasih, aku akan mentraktirmu makan enak setelah lolos nanti,” Lana tersenyum, bersyukur karena memiliki Layla dalam hidupnya. Mereka berteman sejak kecil dan hampir selalu bersama-sama setiap hari hingga sekarang. Layla jugalah yang sudah menunjukkan pengumuman audisi kerajaan hari ini padanya. “Aku akan menantikannya.” “Alana Star.” Lana langsung berdiri begitu namanya dipanggil. Sambil berusaha mengatur napas dan debur jantunya, dia perlahan melangkah ke dalam ruang audisi. Ada setidaknya enam orang di dalam ruangan itu, dan semuanya wanita. Tiga orang sepertinya seumuran dengan ibunya, sedangkan tiga lainnya berkisar di usia tiga puluhan. Lana mencoba tenang, tersenyum dan memunculkan rasa percaya dirinya sebelum salah satu wanita setengah baya yang tampak cantik dan elegan mengarahkannya untuk masuk ke dalam ruangan berukuran 2x3 meter di ujung ruangan dan memintanya untuk membuka baju. Membuka baju! Lana tidak tahu apakah hal ini benar dan termasuk dalam prosedur pemilihan. “Maaf, kenapa aku harus melepas gaunku?” tanyanya dengan hati-hati, berusaha tidak membuat wanita itu tersinggung. “Ini merupakan prosedur awal pemilihan. Karena setiap pakaian yang dikenakan oleh orang-orang di kerajaan dijahit secara khusus, jadi kau tidak akan bisa mengenakannya kalau tubuhmu tidak proporsional,” di luar dugaan Lana, wanita sangat ramah dan setiap kata-kata yang keluar dari mulutnya penuh dengan kelembutan dan sopan santun. “Hm, begitu rupanya. Dengan kata lain, keindahan tubuh adalah salah satu aspek penilaian untuk bisa masuk ke dalam kerajaan?” “Benar,” Lana mengangguk, lalu mencoba mengikuti saja tanpa bertanya lagi. Dengan hati-hati dia menarik turun risleting gaunnnya. Semburat merah seketika muncul di wajahnya saat tubuh setengah telanjangnya itu dilihat oleh orang lain. Meski pun sesama perempuan, namun tetap saja Lana merasa malu. Wanita itu mengamati tubuhnya dengan seksama. Wajahnya tidak menunjukkan reaksi apa pun, namun detik berikutnya, Lana melihat senyum tipis terukir di bibir wanita itu. Setelahnya, Lana dipersilakan untuk mengenakan gaunnya kembali. “Sudah selesai, kau akan segera mendapatkan hasilnya di pengumuman besok.” “Secepat itu?” tanya Lana setengah berteriak. “Ah, maaf. Aku terlalu bersemangat sampai tidak bisa mengendalikan diri,” Lana menunduk malu menyadari sikapnya. “Tidak masalah.” Lana mengangguk, lalu keluar dari ruang audisi dengan tanda tanya besar di kepalanya. Dirinya masih tidak mengerti, kenapa untuk menjadi seorang abdi istana atau juru masak saja harus memiliki tubuh yang proporsional? Meski pun wanita tadi sudah menjelaskan untuk kepentingan estetika, namun tetap saja Lana tidak bisa berhenti memikirkannya. ‘Rasanya aku seperti baru saja mengikuti audisi untuk pemilihan selir,” batinnya. Setelah pintu ruang audisi tertutup, terdengar riuh suara orang-orang di sana. Mereka sibuk menghubungi seseorang dan berteriak penuh semangat. “Kami menemukannya. Kami sudah menemukannya!” ucap wanita yang tadi berbicara dengan Lana itu pada seseorang di telepon. (“Kau yakin?”) tanya suara di seberang telepon. “Tentu saja, bukankah kau mengatakan kalau di dunia ini hanya ada satu orang yang memiliki tanda lahir seperti itu?” (“Benar. Baiklah kalau begitu, aku akan segera mengurus sisanya dan memberitahu raja.”) “Akhirnya!” sahut wanita muda lainnya yang juga berada di dalam ruang audisi. “Akhirnya hari ini benar-benar datang,” mereka semua saling melempar senyum satu sama lain. *** Lana tiba di rumahnya pukul enam sore dan mendapati deretan mobil mewah yang terparkir rapi di depan rumahnya yang mungil. Beberapa pria bertubuh besar dan tegap juga tampak berdiri di sekitar sana. Wajah mereka serius, seolah tidak menyadari kehadiran Lana yang tengah berjalan dengan bingung saat memasuki rumahnya. “Ayah, ibu, ada apa?” tanyanya dengan hati-hati. Di dalam rumah, Lana juga mendapati seorang pria paruh baya yang sepertinya baru saja selesai berbicara dengan kedua orang tuanya. Pria itu sama sekali tidak terlihat terkejut dengan kedatangan Lana, membuatnya semakin mengernyitkan kening karena bingung. Sementara Vivian Star—ibu Lana—hanya memandanginya dengan tatapan yang sulit diartikan. “Aku akan memberikan waktu untuk kalian.” Sebelum meninggalkan ruang tamu, pria itu sempat menatap dan tersenyum pada Lana. “Lana,” ibunya menyergap Lana dengan pelukan. “Ibu, ada apa sebenarnya? Dan siapa orang-orang itu? Apa mereka para penagih hutang?” Lana menghujani ibunya dengan rentetan pertanyaan yang memenuhi kepalanya. Ibunya menggeleng sembari menahan air mata yang mulai menggenang di pelupuk matanya, sementara ayahnya masih terdiam, syok. Seolah dirinya baru saja terkena pukulan yang sangat besar. “Ayah, ibu, cepat katakan!” Lanjut Lana tak sabaran. Melihat kedua orang tuanya yang hanya diam dan tidak mengatakan apa pun membuat Lana gusar. ‘Apa yang terjadi?’ batinnya penasaran. “Mereka datang untuk menjemputmu,” ucap ayahnya kemudian. “Menjemputku?” “Kemarilah, nak. Ayah dan ibu akan memberitahumu yang sebenarnya.” Lana menurut, dan dalam beberapa menit yang panjang. Gadis itu berusaha fokus untuk mendengarkan setiap detail cerita orang tuanya. “Maksud kalian, Raja Alastor, Penguasa Illyrian? Bagaimana mungkin?” Lana melihat kedua orang tuanya bergantian. “Bagaimana bisa aku tiba-tiba menjadi cucunya?” tanyanya lagi.“Kau menghilang saat peperangan besar yang terjadi 19 tahun silam, lalu kami berdua tanpa sengaja menemukanmu dan merawatmu hingga sekarang,” jelas ibunya.“Kami sungguh-sungguh tidak tahu kalau kau sebenarnya adalah cucu raja yang hilang. Maafkan kami, Lana. Karena telah merahasiakan hal ini selama bertahun-tahun darimu.”Wajah mereka tampak lesu, seperti tidak memiliki gairah hidup.“Ayo, ibu akan membantumu berkemas.”Lana tidak tahu harus bereaksi seperti apa, bahkan saat ibunya keluar dari kamarnya dengan membawa dua koper besar miliknya pun, Lana masih belum beranjak dari posisinya.“Jangan biarkan mereka menunggu lama,” ibunya menarik lengan Lana dan membawanya keluar untuk menemui pria paruh baya itu.“Lalu bagaimana dengan kalian?” tidak ada jawaban, kedua orang tuanya hanya tersenyum kecil, namun Lana bisa melihat kesedihan di mata mereka.Pria itu dan beberapa yang lainnya masih menunggunya di depan rumah.“Tuan putri, silakan.” Dia membuka salah satu pintu mobil dan memper
Setelah puas mengamati wajah Lana, pria itu perlahan bergerak, berjalan mengitari tubuh Lana yang berdiri kaku.“Tidakkah kau merasa tatapanmu itu sangat tidak sopan dan kurang ajar?” Lana mendengus kesal sembari berputar mengikuti pergerakan pria itu.“Aku tidak perlu bersikap sopan pada orang yang berniat mengincar kekuasaan.”“Ehem… begini, Tuan Muda Kai. Dia ini adalah Tuan Putri Lucia Klaine.” Victor menyela sebelum keduanya terlibat dalam kesalahpahaman yang lebih parah.“Apa kau yakin?” sebelah alis pria itu terangkat, meragukan kebenaran dari kata-kata Victor sebelumnya.“Ya, semuanya sudah dipastikan.”“Aku hanya tidak ingin kalian tertipu,” pria itu berbicara dengan nada rendah, namun ucapannya terdengar kejam dan menyebalkan.“Di zaman sekarang ini banyak sekali orang yang menggunakan berbagai cara untuk menipu orang lain,” lanjutnya.Perkataan pria itu berhasil menyulut emosi Lana yang sudah sejak tadi dia tahan. Gadis itu mengepalkan kedua tangannya sebelum menyembur pria
“Perkenalkan, saya adalah Melinda Drake, yang akan mengurus segala keperluan tuan putri,” ucapnya dengan ramah dan santun.Sama sekali tidak berubah dengan saat pertama kali mereka bertemu.“Ah, kau yang memintaku untuk membuka pakaian?”Wanita itu tersenyum dan mengangguk sebagai jawaban.“Anda mau ke mana pagi-pagi begini?”“Aku ingin mengunjungi orang tuaku.”Setelah mengatakannya, Lana langsung melesat pergi. Mengabaikan larangan Melinda yang tidak membiarkannya keluar dari istana.Lana bahkan berlari saat beberapa maid mengejar untuk menghentikannya.“Kalian mau apa? Minggir, aku hanya ingin pergi jalan-jalan."“Anda dilarang ke luar dari istana tanpa ijin dari raja.”“Aku hanya ingin menemui orang tuaku, bukannya mau kabur.”Lana mendengus kesal karena akses jalannya diblokir.“Ada beberapa aturan kerajaan yang tidak boleh dilanggar meski pun kau adalah seorang tuan putri,” Lana menoleh dan mendapati Victor sudah berdiri di belakangnya.“Apa? Kau juga mau melarangku?” Lana menga
“Apa maksudmu?”“Aku sudah mengirim mereka berdua ke Halberd.”“Apa?” butuh beberapa detik untuk Lana mencerna kata-kata kakeknya.‘Halberd? Wilayah paling barat di Illyrian, dan juga sangat jauh dari Estrela,’ memikirkannya saja sudah membuat Lana pusing.Dia tidak percaya, kakeknya sanggup bertindak sejauh itu. Halberd terkenal dengan suhunya yang dingin dan cuacanya yang tidak menentu. Lana khawatir orang tuanya tidak bisa bertahan. Seketika Lana diselimuti oleh amarah, emosinya bergejolak begitu mendengar informasi itu.“Kakek! Kau tidak bisa mengusir orang tuaku seperti ini!” Lana tidak bisa menahan teriakannya.Dia ingin marah dan juga menangis di saat bersamaan.“Hanya untuk pencegahan agar kau tidak terlalu sering keluar dari istana.”“Bagaimana bisa kakek tega mengusir orang tua yang selama ini merawatku dari Estrela, di mana hati nuranimu?”“Suatu saat nanti kau akan mengerti, kenapa aku melakukan semua ini, Lucia sayang.”“Jangan panggil aku dengan nama itu. Aku bukan Lucia
Lana mengambil benda apa pun dan bersiap memukul sosok yang tiba-tiba muncul tanpa di undang.“Hyaaa!”Lana berteriak sembari mengayukan sebuah sapu ke arah seseorang yang berjalan masuk tanpa suara. Dua detik setelahnya, dia terdiam, tertegun. Lana tidak menyangka pria itu akan muncul di sana. Pria yang tidak dia harapkan datang.“Kai? Apa yang kau lakukan di sini?” Tanya Lana tanpa bisa menyembunyikan keterkejutannya.“Kau hampir saja membunuhku,” bukannya menjawab, pria itu malah berkata dingin pada Lana.“Salah sendiri kau masuk dengan mengendap-endap seperti itu. Siapa pun pasti mengira kau adalah pencuri atau perampok!”“Apakah ada perampok yang memiliki wajah seperti ini?” Kai menunjuk diri sendiri dengan telunjuknya.“Entahlah,” Lana mengendikkan bahunya.“Kenapa kau ke sini?” lanjutnya, memutuskan tidak ingin berdebat.Jadi dia kembali ke tempatnya semula, membuka salah satu kain putih yang menutupi sofa dan duduk di sana.“Victor dan orang-orangnya tidak menemukanmu di sini.
“Ah, maaf. Aku tidak sengaja. Karena lampunya padam, aku jadi tidak bisa melihat dengan benar,” Lana berbicara tepat di depan wajah Kai.Dia merasa pipinya memanas berada dalam jarak sedekat ini dengan pria itu.“Kenapa jantungmu—” Lana tidak memiliki kesempatan untuk melanjutkan kalimatnya.Yang dia tahu, Kai tiba-tiba melingkarkan tangan di pinggangnya, lalu perlahan mendekatkan wajah ke arahnya.Lana tidak tahu, jantung siapa yang menggila sekarang. Berada dalam jarak sedekat ini dengan Kai menimbulkan perasaan aneh yang belum pernah dia temui sebelumnya. Selama ini, satu-satunya laki-laki yang paling dekat dengannya adalah ayahnya. Namun sekarang, ayahnya tidak ada. Dan Kai sepertinya memiliki niat terhadapnya.‘Apakah aku harus menutup mata di saat seperti ini?’ kata hatinya.Tubuh Kai sangat dingin, namun anehnya, Lana malah merasa hangat.Kai sendiri, tanpa sadar merasakan sesuatu yang
“Kudengar kau membantu tuan putri kecil untuk bertemu dengan orang tuanya. Kau juga menjadi orang pertama yang menemukannya saat dia melarikan diri dari istana,” ucap Louise—kakaknya.“Sepertinya akhir-akhir ini kau memiliki banyak waktu senggang. Bagaimana kalau kau mulai membantu Raja Alastor mengurus pemerintahan? Kau berbakat dalam hal itu, kan? Aku tidak keberatan membantumu berbicara dengannya,” sahut Kai dengan kata-kata sarkasnya.“Tidak, terima kasih. Kau tahu sendiri, cara menikmati hidup adalah satu-satunya bakat yang kumiliki. Dan aku akan mempertahankan kesan yang dimiliki Raja Alastor terhadapku akan hal itu.”“Benarkah? Kenapa aku merasa, kau sengaja membuat citra buruk itu sebagai penyamaran? Kau jelas-jelas ahli memahami data keuangan dalam pemerintahan, tapi malah bertingkah seperti seseorang yang akan mati besok. Bersenang-senang setiap hari, ckck.”Kai mencemooh perilaku kakaknya.
“Yelena.”“Sepertinya Kai dekat dengannya?” tanyanya spontan.‘Bagus Lana, dari sekian banyak pertanyaan, kau malah memilih pertanyaan bodoh itu,’ dalam hati, Lana merutuki diri sendiri.“Ya, mereka memang dekat.”“Yelena kehilangan kakinya karena menolong Kai, jadi adikku itu selalu merasa bersalah dan berusaha menjaganya selama ini,” terangnya.Lana mengangguk paham, jadi itu alasannya kenapa Yelena berada di atas kursi roda sekarang.“Bagimana bisa?” tanya Lana penasaran.“Singkatnya, Yelena mengorbankan dirinya untuk menyelematkan Kai dari kecelakaan. Untuk cerita lebih lengkapnya kau bisa tanyakan langsung pada Kai.”“Hah, aku malas bertemu dengannya,” Lana membuang wajahnya dengan acuh.“Kenapa? Dia kan tunanganmu,” ucapnya asal.“Dia bukan tunanganku!”“Kukira kalian berdua de
“Memangnya kenapa?”“Soal pertunangan itu…” Lana tidak tahu bagaimana cara melanjutkan kalimatnya.“Bukankah sudah ditentukan?”‘Bukankah sudah ditentukan? Dia bahkan memiliki template jawaban yang sama,’ batin Lana.“Kau tidak keberatan?” tanyanya lagi dengan hati-hati.“Apa kau menginginkannya?” Kai memiringkan tubuhnya, memusatkan perhatian sepenuhnya pada Lana yang duduk di sampingnya.“Apa?” Lana tidak bisa menyembunyikan kegugupannya, dan jantungnya sudah berdebar-debar sangat hebat sekarang.Lana menggigit bibir bawahnya sembari berusaha menenangkan diri.“Kenapa kau bertanya begitu?”“Karena kalau kau tidak setuju, pertunangan ini tidak akan pernah terjadi.”DEG!Hati Lana mencelos, dan dia merasakan keringat dingin membasahi telapak tangannya.“Kau bisa menolaknya
“Hari ini adalah hari pertamamu di Averil Academy, dan kami harus memastikan tuan putri tidak terlambat,” lanjutnya, masih belum menyerah untuk membangunkan Lana.“Averil… Averil Academy?” Lana seketika membuka matanya begitu mendengar nama sekolahnya yang baru.Nama sekolah itu sama sekali tidak asing di telinganya. Lana sangat tahu sekolah macam apa Averil Academy itu.Di sana hanya ada anak-anak dari keluarga bangsawan dan terpandang. Yang memiliki prinsip, ‘meski pun memiliki uang, belum tentu bisa bersekolah di sana.’Dan pagi ini, Lana baru saja diberitahu kalau dirinya akan bersekolah di sana? Dirinya tidak percaya dan mencoba menepuk-nepuk pipinya beberapa kali.“Ternyata bukan mimpi,” ucapnya tak percaya.“Ada apa, tuan putri?” tanya Melinda, penasaran melihat tingkah Lana yang tidak biasa.“Bagaimana bisa aku bersekolah di Averil Academy? Bukankah hanya
“Sepertinya aku memang menyukai Kai,” Lana tersenyum malu setelah berhasil meloloskan kata-kata itu dari bibirnya.Bukannya jawaban, Lana justru disambut dengan tawa puas dan menggelegar.“Victor, apakah aku salah dengar?” Victor mendekat saat namanya dipanggil.“Em… yang mulia, anda tidak salah dengar.”Kakeknya tersenyum lagi, seolah dirinya baru saja diguyur oleh kebahagiaan yang sangat besar.“Kalo begitu, ayo bertunangan. Kau setuju? Karena kau menyukainya, aku akan membiarkan kalian bertunangan dulu?” Lana merasa gugup bukan main.Melihat respons kakeknya yang senang bukan main, Lana menjadi panik, dan tanpa sadar hatinya jadi merasa bersalah. Lana tidak tahu apa yang akan terjadi kalau kakeknya menyadari kebohongannya kelak.Sementara Louise justru menatap ngeri pada sikap Lana yang mudah sekali berubah dalam hitungan detik.‘Ke mana perginya gadis yang tadi be
“Yelena.”“Sepertinya Kai dekat dengannya?” tanyanya spontan.‘Bagus Lana, dari sekian banyak pertanyaan, kau malah memilih pertanyaan bodoh itu,’ dalam hati, Lana merutuki diri sendiri.“Ya, mereka memang dekat.”“Yelena kehilangan kakinya karena menolong Kai, jadi adikku itu selalu merasa bersalah dan berusaha menjaganya selama ini,” terangnya.Lana mengangguk paham, jadi itu alasannya kenapa Yelena berada di atas kursi roda sekarang.“Bagimana bisa?” tanya Lana penasaran.“Singkatnya, Yelena mengorbankan dirinya untuk menyelematkan Kai dari kecelakaan. Untuk cerita lebih lengkapnya kau bisa tanyakan langsung pada Kai.”“Hah, aku malas bertemu dengannya,” Lana membuang wajahnya dengan acuh.“Kenapa? Dia kan tunanganmu,” ucapnya asal.“Dia bukan tunanganku!”“Kukira kalian berdua de
“Kudengar kau membantu tuan putri kecil untuk bertemu dengan orang tuanya. Kau juga menjadi orang pertama yang menemukannya saat dia melarikan diri dari istana,” ucap Louise—kakaknya.“Sepertinya akhir-akhir ini kau memiliki banyak waktu senggang. Bagaimana kalau kau mulai membantu Raja Alastor mengurus pemerintahan? Kau berbakat dalam hal itu, kan? Aku tidak keberatan membantumu berbicara dengannya,” sahut Kai dengan kata-kata sarkasnya.“Tidak, terima kasih. Kau tahu sendiri, cara menikmati hidup adalah satu-satunya bakat yang kumiliki. Dan aku akan mempertahankan kesan yang dimiliki Raja Alastor terhadapku akan hal itu.”“Benarkah? Kenapa aku merasa, kau sengaja membuat citra buruk itu sebagai penyamaran? Kau jelas-jelas ahli memahami data keuangan dalam pemerintahan, tapi malah bertingkah seperti seseorang yang akan mati besok. Bersenang-senang setiap hari, ckck.”Kai mencemooh perilaku kakaknya.
“Ah, maaf. Aku tidak sengaja. Karena lampunya padam, aku jadi tidak bisa melihat dengan benar,” Lana berbicara tepat di depan wajah Kai.Dia merasa pipinya memanas berada dalam jarak sedekat ini dengan pria itu.“Kenapa jantungmu—” Lana tidak memiliki kesempatan untuk melanjutkan kalimatnya.Yang dia tahu, Kai tiba-tiba melingkarkan tangan di pinggangnya, lalu perlahan mendekatkan wajah ke arahnya.Lana tidak tahu, jantung siapa yang menggila sekarang. Berada dalam jarak sedekat ini dengan Kai menimbulkan perasaan aneh yang belum pernah dia temui sebelumnya. Selama ini, satu-satunya laki-laki yang paling dekat dengannya adalah ayahnya. Namun sekarang, ayahnya tidak ada. Dan Kai sepertinya memiliki niat terhadapnya.‘Apakah aku harus menutup mata di saat seperti ini?’ kata hatinya.Tubuh Kai sangat dingin, namun anehnya, Lana malah merasa hangat.Kai sendiri, tanpa sadar merasakan sesuatu yang
Lana mengambil benda apa pun dan bersiap memukul sosok yang tiba-tiba muncul tanpa di undang.“Hyaaa!”Lana berteriak sembari mengayukan sebuah sapu ke arah seseorang yang berjalan masuk tanpa suara. Dua detik setelahnya, dia terdiam, tertegun. Lana tidak menyangka pria itu akan muncul di sana. Pria yang tidak dia harapkan datang.“Kai? Apa yang kau lakukan di sini?” Tanya Lana tanpa bisa menyembunyikan keterkejutannya.“Kau hampir saja membunuhku,” bukannya menjawab, pria itu malah berkata dingin pada Lana.“Salah sendiri kau masuk dengan mengendap-endap seperti itu. Siapa pun pasti mengira kau adalah pencuri atau perampok!”“Apakah ada perampok yang memiliki wajah seperti ini?” Kai menunjuk diri sendiri dengan telunjuknya.“Entahlah,” Lana mengendikkan bahunya.“Kenapa kau ke sini?” lanjutnya, memutuskan tidak ingin berdebat.Jadi dia kembali ke tempatnya semula, membuka salah satu kain putih yang menutupi sofa dan duduk di sana.“Victor dan orang-orangnya tidak menemukanmu di sini.
“Apa maksudmu?”“Aku sudah mengirim mereka berdua ke Halberd.”“Apa?” butuh beberapa detik untuk Lana mencerna kata-kata kakeknya.‘Halberd? Wilayah paling barat di Illyrian, dan juga sangat jauh dari Estrela,’ memikirkannya saja sudah membuat Lana pusing.Dia tidak percaya, kakeknya sanggup bertindak sejauh itu. Halberd terkenal dengan suhunya yang dingin dan cuacanya yang tidak menentu. Lana khawatir orang tuanya tidak bisa bertahan. Seketika Lana diselimuti oleh amarah, emosinya bergejolak begitu mendengar informasi itu.“Kakek! Kau tidak bisa mengusir orang tuaku seperti ini!” Lana tidak bisa menahan teriakannya.Dia ingin marah dan juga menangis di saat bersamaan.“Hanya untuk pencegahan agar kau tidak terlalu sering keluar dari istana.”“Bagaimana bisa kakek tega mengusir orang tua yang selama ini merawatku dari Estrela, di mana hati nuranimu?”“Suatu saat nanti kau akan mengerti, kenapa aku melakukan semua ini, Lucia sayang.”“Jangan panggil aku dengan nama itu. Aku bukan Lucia
“Perkenalkan, saya adalah Melinda Drake, yang akan mengurus segala keperluan tuan putri,” ucapnya dengan ramah dan santun.Sama sekali tidak berubah dengan saat pertama kali mereka bertemu.“Ah, kau yang memintaku untuk membuka pakaian?”Wanita itu tersenyum dan mengangguk sebagai jawaban.“Anda mau ke mana pagi-pagi begini?”“Aku ingin mengunjungi orang tuaku.”Setelah mengatakannya, Lana langsung melesat pergi. Mengabaikan larangan Melinda yang tidak membiarkannya keluar dari istana.Lana bahkan berlari saat beberapa maid mengejar untuk menghentikannya.“Kalian mau apa? Minggir, aku hanya ingin pergi jalan-jalan."“Anda dilarang ke luar dari istana tanpa ijin dari raja.”“Aku hanya ingin menemui orang tuaku, bukannya mau kabur.”Lana mendengus kesal karena akses jalannya diblokir.“Ada beberapa aturan kerajaan yang tidak boleh dilanggar meski pun kau adalah seorang tuan putri,” Lana menoleh dan mendapati Victor sudah berdiri di belakangnya.“Apa? Kau juga mau melarangku?” Lana menga